SI PITUNG & KAMPUNG TUGU DALAM JELAJAH KOTA TOEA BERSAMA KOMUNITAS JELAJAH BUDAYA
MENYUSURI
JEJAK MASJID AL ALAM,
RUMAH SI
PITUNG DAN GEREJA TUGU
Foto keluarga pertama di Masjid Al Alam Marunda |
Pernah
mendengar nama Si Pitung......??? konon kabar diberitanya Pitung ini adalah
"pencuri yang baik hati" yang membagikan hasil rampokannya kepada
rakyat miskin.....istilah kerennya kalau orang bule bilang Robin Hood.
Kalau
kalian suka akan sejarah bangsa dan negara kita di masa dahulu khususnya zaman
penjajahan Belanda ngga ada salahnya bergabung di Komunitas Jelajah Budaya
{KJB} dalam Jelajah Kota Toea, ini salah satu komunitas pencinta sejarah tempoe
doloe yang selalu jalan-jalan di lokasi bersejarah, bermarkas di Museum Mandiri Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota,
letaknya persis di depan halte busway stasiun Jakarta Kota alias beos. Kali ini
KJB menjelajahi kawasan Marunda dimana
di kawasan ini terdapat tempat-tempat bersejarah pada jamannya, yuk simak itinerarynya
sebagai berikut :
JELAJAH KOTA
TOEA : Kampung Toegoe & Si Pitung
Jelajah
Kota Toea kali ini akan menjelajahi wilayah Jakarta bagian utara terutama
daerah Marunda dan kampung Tugu. Selama di Marunda kita akan melihat bangunan
masjid Al Alam yang berada ditepi laut Jakarta. Masjid dengan empat tiang soko
guru ini masih terjaga keasliannya dengan arsitektur dimasa lalu. Selanjutnya
kita akan menjelajahi rumah panggung yang dikenal dengan rumah Si Pitung.
Sebenarnya rumah ini bukanlah milik Pitung melainkan rumah yang pernah dirampok
oleh Pitung atau mungkin tempat singgah untuk beberapa saat. Setelah puas
menjelajahi Marunda perjalanan kita lanjutkan menuju kampung Tugu yang terkenal
dengan keroncongnya. Berkunjung ke kampung tua Tugu kita akan melihat salah
satu peninggalan bersejarah yaitu gereja Tugu yang hingga kini masih aktif
digunakan untuk ibadah. Yuk menjelajahi kawasan utara Jakarta bersama Komunitas
Jelajah Budaya.
JELAJAH KOTA TOEA : Kampung Toegoe & Si Pitung
Minggu, 31 Agustus 2014
Pukul : 08.00 – Selesai
Starting Point : Museum Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota
Biaya partisipasi : Rp.200.000,- {harga mati uda ngga bisa ditawar yeee.....}
Pembayaran via transfer ke Bank Mandiri No.Rek. 1150004512697 a/n. Kartum Setiawan.
Sudah Termasuk : Tour Guide, PIN, Sinopsis, Air Mineral, Snack, Makan Siang dan Bus AC
Rute:
Museum Mandiri, Masjid Al Alam, Rumah Panggung “Si Pitung” , Kampung Tugu dan city tour dari Kota Tua menuju Marunda.
Museum Mandiri, Masjid Al Alam, Rumah Panggung “Si Pitung” , Kampung Tugu dan city tour dari Kota Tua menuju Marunda.
Rundown
Jelajah Kota Toea
08.00 - 08.15 wib Registrasi Ulang di Museum Mandiri
08.15 - 09.45 wib Perjalanan ke Marunda
09.45 - 10.30 wib Mengunjungi Masjid Al Alam
10.30 - 10.45 wib Menuju rumah panggung “Si Pitung”
10.45 – 11.45 wib Menjelajahi rumah panggung “Si Pitung”
11.45 – 13.00 wib Makan Siang
13.00 – 13.30 wib Menuju Kampung Tugu
13.30 – 14.20 wib Berkunjung ke gereja Tugu
14.20 – 16.00 wib Perjalanan ke Kota Tua
08.00 - 08.15 wib Registrasi Ulang di Museum Mandiri
08.15 - 09.45 wib Perjalanan ke Marunda
09.45 - 10.30 wib Mengunjungi Masjid Al Alam
10.30 - 10.45 wib Menuju rumah panggung “Si Pitung”
10.45 – 11.45 wib Menjelajahi rumah panggung “Si Pitung”
11.45 – 13.00 wib Makan Siang
13.00 – 13.30 wib Menuju Kampung Tugu
13.30 – 14.20 wib Berkunjung ke gereja Tugu
14.20 – 16.00 wib Perjalanan ke Kota Tua
Registrasi & pendaftaran
Komunitas Jelajah Budaya
T: 0817 9940 173 / 021 99700 131
Email : kartum_boy@ yahoo.com / kjb1527@gmail.com
jelajahkotatua@yahoogroups.com
Pendaftaran dan pembayaran terakhir hari Senin 25 Agustus 2014. Peserta terbatas
Komunitas Jelajah Budaya
T: 0817 9940 173 / 021 99700 131
Email : kartum_boy@ yahoo.com / kjb1527@gmail.com
jelajahkotatua@yahoogroups.com
Pendaftaran dan pembayaran terakhir hari Senin 25 Agustus 2014. Peserta terbatas
Awal Perjalanan
Pagi
itu sesuai jadwal yang ada dan ngerasa
uda bayar serta ikutan nich acara uda pada ngerumun di Museum Bank Mandiri
{MBM}. Saya sendiri harus berangkat pagi banget ngejar kereta supaya ngga
ketinggalan, ngalahin jam pagi saya buat berangkat gawe. Entah saya yang
kepagian atau emang jadwal keretanya yang tepat waktu...yang jelas saat pindah
kereta dari Stasiun Kampung Bandan menuju Stasiun Jakarta Kota alamakkkk......3
gerbong rangkaian kereta sepi bingiiit......jadinya saya bak orang kaya yang
carter kereta.....hahahahahaha, menikmati banget perjalanan kereta menuju
Stasiun Kota dalam kesendirian pagi......
Alhasil
sepertinya saya perserta terpagi yang datang hari itu....dan di sambut dengan
meriah di depan pintu museum oleh Mas Wege Van Java.....selamat pagi......sapanya.......
Semakin
mendekati waktu untuk perjalanan satu persatu peserta jelajah mulai berdatangan,
seperti biasa kalau uda lama ngga jumpa pasti heboh saling tegur sapa,
menanyakan kabar, cupika cupiki dll. Setelah semua peserta absen, ngambil jatah
snack dan kalau uda dirasa komplit...langsung menuju bus, ada yang unik dari
KJB ini kalau trip mempunyai ciri khas "roti buaya" sebagai sambutan
selamat datang....saya ngga tahu maknanya apa... tetapi dari cerita yang saya
dengar konon buaya ini melambangkan kesetiaan.
pagi itu jalanan menuju lokasi masih lancar |
Jam menunjukkan pukul 08.15 wib....semua peserta mulai bergerak
menuju Bus Pariwisata berjudul Safari Dharma Raya, busnya bersih dan adem
sebagaimana layaknya bus pariwisata. Tetapi kami belum bisa bergerak menuju
tempat tujuan di karenakan masih ada 2 peserta yang belum
datang........yuhuuuuu lain kali on time ye...hihihihihi, jam menunjukkan
sekitar pukul 08.30 wib....semua peserta dalam satu bus pariwisata bergerak
menuju lokassi tujuan, setelah sebelumnya menjemput 1 peserta yang menunggu di
dekat seputaran pintu masuk ancol.
Tempat
Tujuan
Hari
itu sepanjang perjalan menuju Marunda lancar, selain hari masih terhitung pagi
dan masuk hari minggu serta jalanan tidak rame lalu lintasnya, yang biasanya
sepanjang kawsan Marunda Cilincing ini banyak sekali truck-truck berbadan besar
dan lebar mengangkut peti kemas, kebayang seadainya hari kerja pasti kondisinya
sangat tidak menyenangkan macet sepanjang perjalanan yang akan kami temui,
berita yang tersiar di sepanjang jalur Marunda Cilincing ini merupakan
"Jalur Tengkorak"....nyaris sepanjang minggu pasti ada korban
kecelakaan di kawasaan ini terutama sepeda motor.
Pertama
: Mengunjungi Masjid Al Alam
gerbang pintuk masuk Masjid Al Alam |
Masjid
Al-Alam Marunda menjadi kunjungan pertama peserta Jelajah Kota Toea, berlokasi
di di tepi pantai Marunda, Jalan Marunda Besar RT 09/RW 01, Kampung Marunda
Besar Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi masjid yang berada persis di pesisir pantai
Marunda ini juga menjadi salah satu dari 12 obyek destinasi wisata pesisir di
Jakarta Utara.
Perjalanan
menuju lokasi Masjid terlihat bangunan rumah susun marunda nampak jelas
kelihatan dari kejauhan.......namun sayangnya sepanjang perjalanan menuju
lokasi masjid......sampah mengenang tampak terlihat di sepanjang bibir
pantai.....budaya yang masih di pelihara oleh sebagian besar masyarakat kita,
terkesan kumuh dan jorok lokasi ini...
rumah susun Marunda nampak dari kejauhan |
tumpukan sampah sepanjang pinggiran pantai |
jalan menuju ke Masjid Al Alam |
Menurut
Bapak Muhammad Isak Ansari seorang narasumber yang ikut jelajah hari itu
memberi keterangan bahwa dulunya letak Masjid Al Alam Marunda ini lokasinya berada seratus meter kebelakang dari lokasi
yang sekarang. Berukuran sekitar 10x10 M2, atapnya berbentuk joglo ditopang oleh 4 {empat} pilar
bulat bentuknya menyerupai bidak dalam permainan catur.
lubang unik dalam Masjid Al Alam |
Bahkan Mihrab yang ada dalam masjid ini pun
ukurannya kecil pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di
sebelah kanan mimbar, masjid ini berplafon setinggi 2 meter dari lantai dalam,
nah kebayang kan itu kondisinya......puanaseeee polllllll......, yang unik dan menarik yang belum pernah saya jumpai di
masjid manapun yang telah saya kunjungi, ada sebuah lubang kecil di sisi kiri
tembok masjid bentuknya lonjong seukuran telapak tangan, menurut Pak Isak saat
saya tanya untuk apa fungsi dari lubang ini....? beliau menjawab biasanya dalam
upacara pernikahan tempat mempelai pria memberikan mas kawin... tentu saja
berupa uang ......kaga kebayang kalau wujudnya almari bisa-bisa ngejebol tembok
donk...hihihihihihi
Saat
saya tanya Mas Kartum apa keistimewaan lain dari masjid ini....? adalah ke
empat soko tiang penyangga atau pilar bulat yang bentuknya menyerupai bidak catur
merupakan bangunan asli dari Masjid Al Alam ini.
makam yang terdapat dalam Masjid Al Alam |
Saya
melihat ada sebuah kuburan di dalam lokasi masjid ini....entah itu kuburan
siapa, dan di samping kanan masjid ini ada areal pemakaman, namun sayang tidak
terawat, rumput dan padang ilalang nyaris menutupi areal pemakaman.
arel pemakaman yang terdapat di samping kanan masjid penuh padang ilalang |
Ada
satu lagi yang unik adanya sumur di luar masjid hal yang termasuk langka kita
temui saat ini, yang mana kondisinya masih terawat dengan baik. Menurut saya
kondisi bangunan Masjid Al Alam ini masih terlihat bagus, cuma sayang agak kurang
dari segi kebersihannya, khususnya di halaman masjid.
Pesisir Teluk Jakarta |
kapal-kapal yang terlihat dari teluk utara Jakarta |
salah satu kapal yang bersandar di dermaga |
Sebelum
lanjut ke lokasi selanjutnya rombongan jelajah mampir sejenak di pesisir teluk
Jakarta Utara, dari lokasi ini kami dapat melihat kapal bersadar di dermaga,
bisa menyewa perahu menyusuri teluk ini dengan harga sewa sebesar Rp. 5.000,-
saja, namun ternyata hari itu tak satupun peserta yang mencobanya, di kawasan
pesisir teluk ini terdapat penjual makanan seperti ikan bakar, kelapa muda, dan
hindangan khas pantai pada umumnya ada di kawasan ini. Setelah di rasa cukup
melihat-lihat sejenak dan berfoto-foto dari para pejelajah....perjalanan di
lanjutkan menuju lokasi kedua.....
Kedua : Menuju Rumah Panggung Si Pitung
foto keluarga kedua Rumah Panggung Si Pitung |
Lokasinya masih satu wilayah dengan Masjid Al Alam terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara,
diperkirakan dibangun pada abad ke 19. Rumahnya Panggung Si Pitung ini berbentuk
panggung terbuat dari papan, bercat merah dan masih terawat dengan baik, namun
sayang di tempat ini saya tidak menemukan brosur ataupun keterangan yang bisa
menceritakan sejarah tentang kawasan ini.
Di dalam rumah ini terdapat furnitur seperti : meja
kursi tamu, tempat tidur, meja kursi makan, peralatan memasak dan beberapa peralatan
lainnya yang masih terawat dengan baik, yang nyaris semuanya terbuat dari kayu,
sayang saya tidak menemukan pramuwisata di tempat ini untuk ditanya-tanya
mengenai sejarah Rumah Panggung Si Pitung ini, Pak Isak sendiripun saya tidak
temukan saat saya ingin bertanya........entalah kemana beliau berada. Dan semua
teman-teman saya pada asyik sendiri-sendiri dengan berfoto-foto kesana kemari.
Si Pitung Robin Hood Betawi |
Rumah panggung Si Pitung ini terbuka, siapapun
bisa masuk dan hari itu lumayan ramai yang datang, bahkan ada yang sedang
mengadakan reuini di lokasi ini, terus saya menjumpai sepasang remaja yang
sedang kasmaran duduk di kursi panjang di ruangan tengah, saat saya tegur
karena terdapat tulisan : "dilarang duduk" mereka berdua justru tertawa
cekikikan tanpa rasa bersalah........haiyahhhhh lain kali cari tempat mojok
yang aman ya.....
Karena saya tidak bisa mendapatkan narasumber
di kawasan ini, maka cara terampuh adalah googling untuk mendapatkannya,
seperti tersebut di bawah ini....
Beragam pro dan kontra menyelubungi di balik kisah legenda Si
Pitung ini, tetapi pada dasarnya tokoh Si Pitung adalah cerminan pemberontakan
sosial yang dilakukan oleh “Orang Betawi” terhadap penguasa pada saat itu,
yaitu Belanda. Apakah hal ini benar atau tidak, kisah Si Pitung begitu harum
didengar dari generasi ke generasi oleh masyarakat Betawi sebagai tanda
pembebasan sosial dari belenggu penjajah. Hal ini ditunjukkan dari Rancak
Pitung di atas bagaimana Si Pitung begitu ditakuti oleh pemerintah Belanda pada
saat itu.
Pada tahun 1892, Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi
sesudah Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda
26-8-1892:2) memberi nasihat untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap,
kurang dari setahun kemudian, pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih
merencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis.
Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi
tidak berhasil. Karena kejadian tersebut, Kepala Penjara dicurigai melepaskan
si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia
meminjamkan sebuah belincong (sejenis linggis pencungkil)
kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki
dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2). Akibatnya, Si
Pitung lepas lagi
Berdasarkan rumor, Pitung pernah menampakkan diri kepada seorang
wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal
tersebut (Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat
ditemukan. Karena sulitnya menemukan dan menangkap si Pitung, harga untuk
penangkapan Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda
pada saat itu ingin menembak mati Pitung di tempat, tetapi sebagian pejabat mengatakan,
jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat
ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada
akhirnya hal ini dilakukan juga.
Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian dengan
kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih
membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda
23-9-1893:2). Dia juga mencuri dari wanita pribumi, Mie, termasuk pakaian
laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh
Nyonya De C, seorang pedagang wanita di Kali Besar yang menyatakan bahwa Pitung
mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahunya (Hindia Olanda
22-11-1892:2).
Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya ketika sedang
menderita sakit. Pada saat itu Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk
memperoleh pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal.
Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan
tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak
berdaya untuk melawan, walaupun pada saat itu pistol dalam jangkauannya (Hindia
Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini
kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih
kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian
ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang tak jauh dari Batavia beberapa
minggu kemudian.
“’Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan di tempat
sepi troes, Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng
troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi
mati itoe tempat djoega.’ (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)
Beberapa bulan kemudian, di bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne
mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di
antara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perjalanannya Hinne
diberi laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang
(Hindia Olanda 18-10-1893). Kemudian, Hinne menembaknya dalan penyergapan itu.
Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak
kedua kalinya, tetapi meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya
terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya, hari Senin, jenazah dibawa ke
pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.
Setelah Hinne menangkap Pitung, setahun kemudian dia
dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh
Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia
Belanda melakukan pencegahan agar “Pitung-Pitung” yang lain tidak terjadi lagi
di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya,
dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak diziarahi oleh masyarakat pada waktu
itu.
Berdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda
dengan beragam argumen tersebut di atas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2),
sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong, beberapa jam sebelum
kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa
kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung
Banteng Betawi), tetapi yang menarik, versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung
dapat di-”lemahkan” jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hindia Olanda
dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya.
{http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/kisah-si-pitung-legenda-santri-mujahidin-asal-betawi.html}
Si
Pitung tidak pernah menikmati hasil rampokannya, Si Pitung tak pernah beristri,
karena buronan yang tidak menetap disuatu tempat, ia juga bukan penjudi, atau
pun pemabuk, ia seorang penganut tarekat, dan menurut Margaret van Teel, Pitung
sempat beberapa kali kali menyelundupkan surat yang ditujukan pada pengurus
Masjid Al Abs Kampong Melayu. Dalam surat itu pula Pitung menggunakan nama
samaran Solihun, orang yang soleh.
Dikalangan
tarekat tatkala itu berkembang keyakinan bahwa merampas harta untuk kepentingan
perjuangan adalah halal belaka. Ini disebut fa'ie. Pitung menjalankan tugas ini
setelah tokoh-tokoh pemberontakan petani di Jakarta dan sekitarnya kesulitan
dana selama itu pelukis Raden Saleh telah disita kekayaannya pada tahun 1870
karena terlibat pemberontakan petani. Dan pada 1880 Raden Saleh meninggal dunia
di Bogor dalam keadaan miskin.
Seluruh
hasil rampokan Pitung diserahkan untuk kepentingan perjuangan. Bukan
dibagi-bagikan langsung kepada rakyat kecil sebagaimana selama ini di
dongengkan. Karena itulah Pitung amat sulit ditangkap karena jaringannya amat
luas. Bahkan salah seorang calon korbannya, Haji Safiudin Kampong Marunda,
akhirnya menjadi mitranya. Pitung sering kali berkunjung kerumah Haji Safiudin
di Marunda yang kemudian terkenal sebagai rumah Si Pitung.
@Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi,
Majalah Tani, April 2009}
AKHIR RIWAYAT
Karena
seringnya Pitung berkunjung ke Marunda, akhirnya tercium mata-mata Belanda.
Jalur Pitung dilacak. Pitung selakunya muncul di Pondok Kopi, Jakarta Timur,
jika hendak ke Marunda. Pada suatu petang Schout Hine dengan kekuatan satu regu
pasukan polisi bersenjata lengkap menanti Pitung di Pondok Kopi. Tak ayal lagi
begitu hari mulai gelap Pitung muncul, ia dihujani peluru. Pitung rebah tapi
tak langsung tewas ia dibawa dengan mobil ambulans yang sudah disiapkan ke
rumah sakit militer, kini RSPAD Jakarta Pusat.
Menurut
laporan Margaret van Tee, sepanjang perjalanan Pitung terus menerus menyanyikan
lagu Nina Bobo sehingga ditegur Schout Hine apa kiranya permintaan Pitung
terakhir karena tampaknya ajal hendak menjemput. Pitung mengatakan ia minta
dibelikan air nira dengan es. Permintaannya dikabulkan. Segelas es nira sejuk
diminumnya, belumnya kering segelas itu Pitung berpulang.
Pitung
mati muda dalam usia dua puluh delapan tahun.
@Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi,
Majalah Tani, April 2009}
AKSI TIDAK BERKOMPLOT
Dalam
menjalankan aksi perampokannya Si Pitung tidak membangun komplotan, melainkan
kompak berdua dengan sepupunya Ji'ih yang kemudian di hukum mati. Setelah itu
Si Pitung bekerja sendiri. Karena itulah sulit polisi mendapatkan informasi
tentang Pitung.
Apa
yang dikenal sebagai rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara,
sesungguhnya rumah Haji Saifudin seorang Bandar perdagangan ikan. Ada dua versi
tentang perampokan di rumah Haji Saifudin, versi pertama mengatakan Pitung
bener-benar telah merampok Haji Saifudin. Versi kedua meragukan kalau Haji
Saifudin sempat dirampok. Diperkirakan justru terjadi kesepakatan antara
Saifudin dan Pitung. Selanjutnya Saifudin menyerahkan sejumlah uang. Penulis
meyakini versi kedua yang mungkin terjadi.
Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi,
Majalah Tani, April 2009}
Bahkan rumah Panggung Si Pitung ini menjadi tempat Presiden terpilih Jokowi, saat mendeklarasikan dirinya menjadi Capres pada tanggal 21 Maret 2014 lalu.
Sebelum
menjelajah ke tempat selanjutnya kami semua peserta makan siang dan beristihat sejenak
di lokasi ini, hari itu menu yang di sajikan sangatlah pas dengan suasana siang
yang terik itu antara lain, sayur asem, ikan asin di sambalin, tempe, tahu,
kerang hijau dan buah semangka.....di tambah suasana teduh dari rumah panggung
plus tiupan angin sepoi-sepoi, menambah nikmat makan siang bersama hari itu, selamat
santap siang........
Ketiga : Berkunjung ke Gereja Tugu
foto keluarga ketiga di Gereja Tugu |
Para penjelalah melanjutkan ke lokasi berikutnya Gereja Tugu,
jaraknya sekitar ± setengah jam dari lokasi Rumah Si Pitung. Gereja Tugu merupakan salah satu dari 12 Jalur Distinasi
Wisata Pesisir Jakarta Utara, Terletak di Utara
Jakarta, Gereja Tugu merupakan peninggalan dari Portugis. Gereja ini terletak
di Kampung Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dibangun pada sekitar tahun
1676-1678 oleh orang Portugis.
Dan Gereja Tugu ini dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya, berdasarkan
peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 1999.
Tiba di lokasi ini sekitar jam 13.00 wib lewat, tetapi kita
tidak bisa langsung masuk ke dalam
gereja di karenakan ada acara kebaktian doa orang meninggal, yang tampaknya
baru di mulai belum lama saat rombongan kami tiba, nyaris ± 2 jam lamanya kami
menunggu kebaktian doa dalam gereja itu usai.
Di lokasi Gereja Tugu ini terdapat area pemakaman keturunan
Portugis Ambon, salah satunya Pendeta/Guru Laimena, bentuk makamnya sangat unik
tidak biasa seperti makam-makam umum lainnya, saya sendiri baru menjumpai makam
unik di tempat ini.
Menurut
Om Robby seorang mantan pelaut yang kami jumpai hari itu bercerita bahwa orang-orang Tugu yang masih keturunan asli
Portugis memiliki nama keluarganya sendiri, seperti Abrahams, Cornelis,
Michiels, Quicko, dan lain-lain. Sampai sekarang pun keturunan asli Portugis
masih menggunakan nama belakang itu.
Ukuran
Gereja Tugu ini tidak terlalu luas, bentuk bangunannya sederhana tanpa dekorasi
apapun baik di luar maupun di dalam, keunikan yang dapat dilihat ada pada pegangan
pintunya yang terlihat kuno dan antik, yang
mungkin tidak terdapat di gereja manapun, kobon kabarnya bangunan Gereja Tugu
ini masih asli walaupun sudah mengalami pemugaran. Di samping depan kanan
gereja terdapat lonceng yang sudah terlihat lama pula tergantung dengan baik di
tempatnya.
Keempat : Menuju Kampung Tugu
Masih
ada satu tempat yang seharusnya kami kunjungi seperti yang ada dalam itinerary Jelajah Kota Toea yakni : Kampung Tugu, sebenernya lokasi Gereja Tugu itu sendiri berada di kawasan Kampung
Tugu, akan tetapi menurut keterangan dari Om Robby rumah asli penduduk Kampung
Tugu saat ini sudah tidak ada lagi, masih ada satu rumah pemiliknya bernama
Andreas, karena satu dan lain hal tetapi kami tidak berkunjung ke sana.
kalinya penuh dengan tanaman eceng gondok dan rumput |
Penduduk Kampung Tugu sendiri saat ini lebih memilih menyewakan lahan tanah mereka kepada perusahaan peti kemas, truck kontainer, gudang dsb, sayang sekali kami tidak bisa mendapati satu bangunan asli dari rumah penduduk Kampung Tugu ini, justru saya mendapati kali yang terdapat di sebrang tembok gereja kali yang penuh dengan sampah dan tanaman eceng gondok di sepanjang kali.....dan pemukiman padat penduduk.
Kampung Tugu sejarahnya adalah kampung
peninggalan Portugis yang terletak di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan
Cilincing, Jakarta Utara. Kampung ini berisikan orang-orang keturunan Portugis
dan masyarakat yang menghuninya disebut sebagai Warga Tugu. Warga Tugu sendiri
bila keturunan asli itu seorang lelaki, maka nama keluarga masih terus dipakai.
Tetapi bila seorang perempuan, maka nama keluarganya akan menjadi hilang. Dan Budaya Portugis ini menganut system "patrialkal"
dimana menggunakan garis keturunan dari pihak ayah.
Berbicara
soal Kampung Tugu tak bisa lepas dari sebuah tradisi
khas Kampung Tugu itu sendiri adalah
Keroncong Tugu yang sepertinya telah melekat dengan nama Kampung Tugu hingga
kini. Kesenian khas Bangsa Portugis ini biasa ditampilkan pada saat perayaan
hari besar seperti Natal dan tahun baru. Keunikannya lainnya dari Keroncong
Tugu itu sendiri adalah terletak pada pola tetabuhan permainan-permainan alat
keroncong seperti selo yang khas, ukulele, dan cakcuk {seperti gitar kecil}.
Lagu-lagu yang dimainkan oleh Keroncong Tugu berbahasa Indonesia, Belanda dan
Portugis.
Akhir perjalanan
Dengan
usainya kunjungan dari Gereja Tugu maka, usailah pula penjelajahan kali ini,
selama perjalanan telah terlewati dengan segala suka dan dukanya bagi
masing-masing bagi peserta penjelajah yang ikut, serta meninggalkan kesan dan
kenangan yang berbeda pada setiap individunya.
Dalam
trip kali ini peserta yang ikut sekitar ± 32 orang, tetapi saya tidak semuanya
kenal hanya beberapa orang yang saya kenal dengan lumayan baik, mereka-mereka itu adalah :
Kartum Setiawan@
namaya......saya mengenalnya belum terlalu lama, setau saya orang paling
penting di Meseum Bank Mandiri {MBM}, perawakannya sedang, kulitnya coklat tidak
terlalu terang, walaupun wajahnya tidak ceria.....hehehehehe tetapi beliau
cukup ramah buat di tanya-tanya. Di Komunitas Jelajah Budaya {KJB} kedudukannya
adalah seorang CEO, nah....kebayang kan kalau KJB lagi bikin acara beliau orang
paling rempong dan penting banget karena pasti dicari-cari banyak orang buat di
tanya-tanya.......tetapi Mas Kartum ini rempongnya ngga sendirian sich, ada
asisten setia namanya adalah.......
Wege Van Jawa@.....tetapi
saya rasa itu nama palsu alias nama bekennya di KJB, bahkan WG lover menjadi
panggilan buat para fans-fansnya.....tapinya saya pribadi ngga ngefans lho jadi
buat Mas Wege begitu dipanggilannya jangan kepedean kellleeesss...., ngga beda
jauh dengan Mas Kartum Setiawan, Den Bagus Wege ini perawakannya sedang, tidak
gemuk, kulitnya coklat agak sedikit terang, wajahnya jenaka dan biasanya ngocehnya
kaga nahan....buuuanyak biiingiiiit......kalau ada acara trip termasuk salah
satu orang yang paling sibuk mondar mandir kesono kemari sembari teriak-teriak,
agar supaya jalannya trip bisa sesuai rencana, terus jeprat jepret menjadi
salah satu yang harus dia kerjakan, dan biasanya selalu dimintai tolong para
peserta buat mendokumentasikan dengan kamera masing-masing, seru dan heboh
pembawaannnya.....tetapi hari itu pensiun tidak menerima titipan kamera seperti
biasanya...saya sampai lupa mau minta tolong untuk mengambil gambar dari kamera
pribadi.
Hari
itu hari yang paling membahagiakan buat Den Bagus Wege karena anak dan istrinya
turut serta dalam jelajah kali ini alhasil putri kecilnya yang bernama Nayra
menjadi obyek model foto bagi para peserta yang ikut. Nayra ini umurnya baru
menginjak 1,5 tahun, tetapi uda lincah berjalan, terus tidak rewel sepanjang
jelajah berlangsung, padahal kondisi cuaca cukup terik siang itu. Yang lucu adalah saat ayah atau ibu memerintahkan
sesuatu contohnya memijat seseorang....maka si Nayra ini akan
melakukannya...hihihihi gemes bingiiit dech sama si bocah hitam manis
ini.......dan menjadi penjelajah termuda hari itu....
Muhammad Isak Ansari @.......boleh
dibilang uda senior, narasumber kami hari itu, perawakannya tubuhnya berperut buncit dan tingginya
sedang, rambutnya ikal ngakunya sich Nyong Ambon.....Cuma marganya apa beta
tidak bertanya, pembawaannya ramah walaupun raut wajahnya serius, bicaranya
banyak sepanjang awal perjalanan, menceritakan sejarah Batavia, beserta tempat
yang akan di kunjungi, saya kurang mendengerkan beliau bercerita........maklum agak
mengantuk dikarenakan saya datang terlalu awal......tetapi sayup-sayup saya
mendengar beliau bercerita sepanjang perjalanan kawasan Marunda Cilincing,
berikut akses jalan dan nomor angkot beserta tarifnya komplit beliau ceritakan,
sampai kawasan kramat tunggak yang kini telah berganti nama menjadi Islamic
Center hingga lokasi perpindahannya pun beliau sebutkan kalau ngga salah ingat
namanya Rawa Bebek....hihihihihi, seru saja mendengar beliau bercerita panjang
kali lebar....sehingga ini meringankan beban kerja Mas Kartum hari itu jadi
menghemat tenaga bicara....terus lucunya karena hari itu pakai sepatu
baru......maka akhirnya kakinya lecet dan akhirnya beliau terpaksa beli sandal
jepit dech...hahahahaha.....lain kali kalau lagi jalan-jalan jangan pakai
sepatu baru ya Pak Isak......hahahahahaha
Robby Sepellwa@.....semoga
nama belakang beliau tidak salah tulis, lain kata lain cerita sama dengan Pak
Muhammad Isak, Om Robby ini juga bersuku Ambon, kurus kecil perawakannya....gayanya
flamboyan maklumlah Si Om Robby ini mantan pelaut yang suka juga dengan sejarah, jadi begitulah beliau dalam
berpenampilan kancing kemeja atas di buka satu itu ciri khas atau pertanda orang
Ambon sejati katanya......dan saya ngerasa di jaman muda beliau.......pastinya
seorang play boy cap kampak.......hahahaha, kaga nahan ngelihat gaya bicaranya
yang serius tapi jenaka dan selalu mengerak-gerakkan kedua tangannya itu ......nah lo kocak bukan, saat kami meminta beliau untuk
menyanyi satu dua bait lagu...beliau berucap...nanti ibu-ibu pada
lari......sing ada lawan......
Si
Om Robby ini kami temui saat kami tiba di Gereja Tugu hari itu, tetapi karena
sedang berlangsung upacara sembayangan jenazah, alhasil kami harus menunggu
nyaris sekitar ± 2 jam lamanya, beruntung bertemu dengan beliau yang ramah dan
banyak cakap....hehehehehe, karena kami mendapatkan cerita tentang Gejera Tugu,
Kampung Tugu dan Keroncong Tugu dengan gayanya yang periang itu beliau
berkisah.....saat saya tanyakan mengapa tidak dibikin buku saja supaya bisa di
baca, tetapi beliau menjawab semua terekam dengan baik dalam ingatannya....yuhuuuuuu
Etty Dhamayanti@......seorang
guru "mitamitik" di SMA Negeri 71 Jakata, bu guru yang satu ini rajin
buanget ngetrip...... dan selalu bersama-ersama putra putrinya yang bernama
Ipu dan Teya. Rajin juga menghadiri hal-hal yang berbau
"kesejarahaan" baik itu pameran dan seminar. Kaget juga bertemu Bu
Etty hari itu karena beliau sekarang
langsing, dari terakhir kali saya bertemu, saat saya tanya tentang
mengkomsumsi produk yang sedang marak di tawarkan, beliau menjawab tidak menggunakan
mengingat harganya yang mahal bingiiit itu... berkulit putih dan berkaca mata
menjadi ciri khasnya.
Saya
salut dengan ibu guru yang satu ini tripnya bikin ngiri kalau liat foto-fotonya
yang selalu di share di facebook, ada satu tempat yang bikin saya iri buat
berkunjung tetapi belum ada kesempatan buat kesana yaitu "Goa
Jomblang" yang terletak di Propinsi DIY....seru kalau ngeliat foto-fotonya
yang jelas bikin sirik saya secara pribadi....hehehehehehehe, kapan ya bisa
kesana.....
Tetapi
hari itu beliau tidak membawa putri bungsunya, hanya berdua dengan putranya Ipu,
seneng dech bertemu Bu Etty lagi hari itu bertukar pengalaman trip dan nanya
rencana trip mendatang akan kemana....next bisa ketemuan lagi ya Bu Etty.
Selvina Agusnita @....saya
memanggilnya Kak Nita, uda lama saya ngga ketemu Ka Nita, sampai lupa kapan dan
dimana ya terakhir kali saya bertemu....hari itu saat saya ketemu dia......alamak
kata-kata yang diucapkankan adalah......kok tambah gemuk
sich....hihihihihi....padahal saya ngarepnya Kak Nita bilang kok tambah cantik
sich....yuhuuuuuuu. Perawakannya tidak terlalu tinggi, badannya sedang,
berkulit putih dan berkaca mata menjadi ciri khas
penampilannya.........bisik-bisik yang saya denger dari tetangga sebelah
nich....Kak Nita ini punya "six sense".....hihihihihi bener apa ngga
ya....???? kalau bener pengen diramal sich......
Reyni
Dwi Asiaty@.......ini trip ketiga saya ketemu sama Reyni di setiap KJB
bikin acara, perawakannya gede bongsor, kulitnya putih dan menggunakan
hijab....hobbynya motret dan jalan-jalan, belum lama berselang abis pulang trip
dari Benua Eropa.....tetapi dia sangat tidak rekomendasikan travel yang
digunakan saat trip Eropa kemarin.......katanya tidak memuaskan jadi jatuhnya
sama dengan trip sendiri ngga pakai travel....waduhhhhh....kalau hal itu
terjadi pada saya...alhasil saya pasti nangis bombay secara biaya yang
dikeluarkan buat trip ini tentunya ngga murah.....
Mugiati S Ita@......kalau
dibilang tinggi tidak juga, berkulit putih dan berkata mata minus menjadi ciri
khas Si Mba Ita begitu saya memanggilnya, terus pembawaannya ceria dan
ngemengnya banyak.....hihihihihi, saya belum terlalu sering barengan trip
bersamanya, menurut saya tempat gawenya keren banget di kedutaan Slovakia itu
kalau bener....kalau salah tolong dibenerin ya Mba ita, pasti Mba Ita ini
bahasa inggrisnya bagus dan bener banget
ya makanya bisa gawe di situ.
Si
Mba Ita ini hobby juga jalan-jalan, terus rajin banget foto-foto, share status
via facebook, mulai dari kondisi jalanan sepi, macet, banjir, kebakaran,
kecelakaan, lagi happy, sedih, galau, makan di kafe dan hal-hal aneh lainnya
yang dia temukan selama dalam perjalanan, terkadang penting juga tuch statusnya
bagi orang yang butuh......
Terus
alasan lain Mba Ita ikutan jelajah kali ini adalah : tempat dimana Jokowi mendeklarasikan dirinya menjadi Capres pada
tanggal 21 Maret 2014 lalu.....sepertinya Mba Ita ini begitu mengidolakan Sang
Presiden RI mendatang.
Sondang Susan@....ini
cewe berdarah Batak, tetapi marganya apa saya kurang faham yang jelas bukan
marga satwa pastinya....yups!!!!!, perawakannya lumayan bongsor, kulitnya sih
ngga bisa dibilang terang ya coklat agak terang dech kalau bole dibilang
begitu....sama dengan Mba Ita.......Sondang ini biasa di panggilnya, gawenya
juga di kedutaan cuma kedutaan apa saya juga ngga tau....yang pasti bahasa
inggrisnya baik dan benar lah.....hehehehe, penampilanya tomboy abisss,
rambutnya pendek ikal dan selalu menggunakan koas hitam kalau ngetrip begitulah
ciri khas Si Ito yang satu ini.
Hobby
yang paling di sukai selain jalan-jalan adalah hasil bidikannya keren abissss
itu menurut saya lho...., bisa dilihat dari hasilnya bila di share di facebook,
terus nalurinya tajem banget kalau ngeliat tulisan-tulisan yang ajaib yang dia
temui di jalanan.....terus orangnya lebih suka motret dari pada di potret.......hari
itu karena ngga biasa pakai sendal cewe......akhirnya sama dengan Pak Isak beli
sendal jepit juga terpaksa....hahahahaha padahal biasanya saya ngeliat Sondang
selalu pakai sepatu atau sendal gunung kalau lagi jelajah.......entalah hari
itu pengen tampil beda kali ya ....apa itu yang akhirnya membuat Sondang datang
terlambat........lantaran galau memutuskan pakai sendal apa
sepatu..........hahahahahahaha
Sita Rahmah@...Tante
Sita ini orangnya renyah ketawanya plus hebring pembawaannya, penampilannya
bergaya anak muda. Perawakannya tidak tinggi sich terus ngga terlalu langsing
juga.....terus apalagi ya....???? ngocehnya banyak ouy....hahahahaha...seneng
dech ngelihat tingkah laku Tante Sita yang ceria itu, sepertinya beliau sangat
menikmati setiap perjalanan wisata.....terus ada dua hal yang bikin saya iri
pertama kamera yang di pakai dan perjalanan wisatanya yang sudah ke sampai
luar negara......nah Tante Sita ini yang datang terlambat bersama Sondang.....entah
apa yang membuat terlambat kedatangannnya....??? mungkin syal motif tengkorak
itu kali ya.......hahahahahahaha........sampai ketemu di lain Jelajah ya Tante
Sita.....
Hardi Kwik@...Om
Hardy begitulah saya memanggilnya, paling senior diantara kami, tapi jangan
salah semangat senior ini ngga kalah jauh sama yang junior, ini kali kedua saya
barengan trip sama Om Hardy, setelah Jelajah Banten Lama tahun lalu. Sebagai
seorang yang profesional di bidangnya yang konon kata toko sebelah sebagai
tukang foto yah....bahasa kerennya fotografer.....hasil bidikannya uhuyyyy.....itu
pose model dari berbagai jenis gaya terabadikan dengan sensasional dari yang
berbusana komplit hingga kurang bahan....bergentayangan di wall FBnya.......yuuuhuuuu
kalau
trip Om Hardy salah seorang yang memegang peranan penting dalam hal
perdokumentasian, beliau selalu menyiapkan kameranya sampai dengan posisi yang
pas dalam berpose untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Yang patut di acungi
jempol.........panasnya terik matahari tidak menghalangi Om Hardi hari itu
untuk mengangkat kamera beserta tripotnya.....beliau selalu menikmati setiap
moment penjelajahan dari satu tempat ke tempat yang lainnya tanpa
keluhan.....saya melihatnya seperti itu. Senang bertemu dengan dengan beliau
seklilas dalam perjalanan ngoborlin politik yang sedang menghangat di negeri
ini, seru saja walaupun hanya seklilas.....masih tergiang di telinga
istilah...."kapal karam"......cerita yang belum tuntas, berharap next
jelajah bisa ketemu Om Hardy lagi......
Maria Rosalina@.........nama
komplitnya itu kalau bener dech...hehehehehe, tapi biasa di panggil Rita,
terusnya hari itu berkostum merah dan berkaos kaki merah pula saat mengetahui saya ikutan trip ini sudah booking tempat supaya namanya disebut
dalam catper ini yuuuhuuuu....... saat pertama kali saya mengenalnya ketika
Love Our Heritage {LOH} bikin trip Glodok-Pecinan sekitar 4 tahun lalu,
perawakannya lumayan bongsor...ups!!!!, kulitnya putih, berwajah oriental,
pembawaannya heboh dan rame serta bawel orangnya....hihihihihihi, ngga beda
jauh lah dengan saya tapi masih bawelan dia dech......, rajin buanget ngedatangi museum, kurasa nyaris
museum di Ibukota uda pernah dia jamah, terus rajin datang diacara-acara yang
berhubungan dengan permuseuman baik itu pameran, diskusi, seminar, bedah buku,
dll. Rita ini orangnya ringan tangan ngebantuin hal-hal yang berkaitan dengan
trip walaupun bukan termasuk panitia seperti mis: mengingatkan orang untuk
absen, ngebagi brosur dan hal-hal rebet lain dia kerjakan dan sepertinya tampa
pamrih saya sich ngelihatnya begitu.....narsis juga salah satu bagian dari hobbynya.....hehehehehehehe
Kalau
dulu gaweannya ngitung-ngitung keluar masuknya uang dari perusahaan kali ini
banting stir menjadi seorang pramuwisata alias tour gaet....., jadi kalau ada
yang butuh di bantuan buat di pandu keliling Ibukota untuk mendapatkan
tempat-tempat unik dan menarik, colek saja Rita ini biasanya dia di panggil
begitu....panggilan nama yang sama dengan saya, Rita ini bersahabat baik dengan..........
Putu Dinar@
salah satu orang penting di LOH, ini kali kedua saya ketemu Putu di trip KJB,
setalah trip Banten Lama beberapa bulan lalu. Masih tomboy penampilannya....rambutnya
ikal panjang berkepang satu dan berkaca mata menjadi ciri khasnya. Putu ini
orangnya ngga terlalu berisik seperti kebanyakan kaum cewe....terus kalau
sedang tertawa matanya tertutup rapat...hihihihihi, hari itu saya pulang
barengan Putu naik KRL via Stasiun Beos.....alamak padatnya orang beli antrian
tiket sampe susah banget buat jalan menuju peron.....ngga banyak yang bisa
dicerikan dari Si Putu ini abisnya orangnya pendiem sich hahahahaha......suka
malu jalan sama Putu karena saya yang berisik alhasil Si Putu cuma jadi
pendengar.....hihihihihihi.....
Bambang@.....mungkin
banyak yang belum tau dengan pemilik nama yang satu ini, terkadang profesi dan
jasanya suka di lupakan nyaris semua orang yang ikut bersamanya, menurut saya
Pak Bambang ini adalah orang yang sangat penting dalam terlaksananya jelajah
kali ini. Yap...beliau adalah seorang driver bus pariwisata Safari Dharma Raya
yang di sewa hari itu. Dalam mengemudikan busnya beliau sangatlah hati-hati dan
waspada selama dalam perjalanan, hari itu hanya sendirian karena menurutnya
sang kenek belum balik ke markas dari lebaran kemarin. Terima kasih ya Pak
Bambang telah membawa kami semua selamat sampai tujuan hingga kembali ke tempat
asal......
Dan
akhirnya saya Si Cantik Marita
Setyaningsih@.......sebagai penulis cerita dalam Jelajah Kota Toea Kampung
Toegoe dan Si Pitung, mengucapkan terima kasih pada semuanya yang telah
berpatisipasi dalam jelajah kali ini. Jikalau ada tulisan yang tidak berkenan
seperti tersebut di atas mohon maaf ya manteman semuanya, tidak bermaksud
membuka aip-aip pribadi setiap orang tetapi hanya melihat hal nampak dan kasat
mata semata....., senang bertemu dengan kalian semuanya....tambah lagi pengetahuan
saya tentang Legenda Budaya Betawi yang tidak mungkin dapat dikunjungi sendiri
karena pasti rebet mencari lokasinya yang ternyata memang jauh letaknya di
ujung Jakarta Utara.....next masih pengen ikutan jelajah lagi bila waktu dan
kesempatan serta kondisi perduitan saya memungkinkan......hihihihi, dapat bertemu
dengan teman lama dan baru tentunya, terus masih pengen foto-foto dan masih
pengen belajar nulis lagi........#salam wisata budaya
trims ya mbak Marita untuk ceritanya, he he he
BalasHapus