NGELONGOK PERAYAAN BETAWI DI FESTIVAL CIPEDAK

KETIKA………..GAMBANG KROMONG, LENONG, TARI, PANTUN, PALANG PINTU DAN KULINER ALA BETAWI TRADISIONAL DAN JAJANAN MASA KINI NUMPLEK DI FESTIVAL CIPEDAK




encang, encing, enyak, babe dan saudare-saudare nampang dulu ye di mari......

Uda nyaris 15 tahun gw hidup di kota megapolitan, tetapi ngelihat secara kasat mata perhelatan adat istiadat tata cara orang Betawi bikin perayaan belum pernah, palingan cuma ngeliat di tipi atau sekilas mata saat melintas di keramaian mall bila ada acara yang menggunakan tema Budaya Betawi.


senyum dulu sebelum eksplor......lets go guys........

Hari itu tepatnya tanggal 2 Juni 2015, gw bisa menghadiri Festival Cipedak 09 Srenseng Sawah Ke 2 Tahun 2015, yang di selenggarakan oleh Kelurahan Srenseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan dari tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2015 komplitnya geto nyak……..Festival Cipedak mengambil tema : Membangun dan Memperdayakan Potensi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, Budaya Masyarakat dalam rangka mendukung program Perkampungan Betawi.



para pengisi acara hari itu


Saat tiba di pintu gerbang langsung menjumpai salah satu stand yang bercirikan pernak pernik ala Betawi, selain onel-ondel tentunya, ada kertas warna warni di filosofikan sebagai pohon kelapa yang di ujungnya dilekatkan duit sebesar dua rebu rupiah saja di beberapa helai si pohon kelapa itu tadi, andai di taruh duit seratus rebuan…….pasti uda gw embat itu duit……..hehehehe


kemeriahan siang itu di Festival Cipedak


Di festival ini banyak banget stand-stand  rupa rupa neka warna berbagai ragam berjejer di sepanjang jalan kawasan RW 09 Srenseng Sawah, disini gw menjumpai beberapa kue tradisonal asli Betawi yang belum pernah saya lihat dan dengar sebelumnya seperti :kue irian, geplak, lapis pepe, selendang mayang dll, bahkan di salah satu stand  seorang ibu yang bernama Umi Kulsum menawari kami untuk mencicipi masakan asli Betawi yang sudah pernah saya dengar namanya yaitu “gabus pucung”, yang sudah termasuk langka juga, bahkan menurut orang Betawi sendiri makanan gabus pucung ini sendiri kini hanya di masak bila ada hajatan saja, karena ikan gabusnya yang juga sudah mulai langka, gabus pucung mirip dengan rawon, kuah hitamnya berasal dari keluwak namanya,terima kasih ya ibu Umi Kulsum…..ibu baik dech dari sekian banyak stand yang menjajakan makanan khas ala Betawi hanya stand milik ibu Umi Kulsum doangan yang menawari kami untuk mencicipi masakan mereka, semoga ibu Umi Kulsum CS mendapatkan rejeki yang barokah, amin. Sedikit filosofi tentang Suku Betawi, suku ini penuh dengan keterbukaan dalam menerima tamu atau pendatang, cuman memang bicara mereka kenceng jadi ngerasanya seperti ngajak beratem gitu……, hehehehehe…… tetapi itu sudah menjadi ciri khas dari suku ini.


es selendang mayang yang sudah mulai langka























gula merah


bir halal dan ngak bikin mabuk


aneka jajanan



aneka sirop berbagai rasa





batu akik pun turut serta di festival ini.....

batik betawi

pernak-pernik unik selama festival berlangsung:
















Selain kuliner di festival ini di pamerkan pula peralatan masak di jaman dahulu, dan kini mungkin sudah tidak lagi dipergunakan, seperti peralatan masak, masak pun masih dengan menggunakan tungku dan kayu bakar, yang harus di tiup untuk mengatur besar kecilnya api.

 
dahulu cara masaknya masih menggunakan kayu bakar dan tungku


peralatan masaknya yang sekarang mungkin sudah tidak di pergunakan lagi



Tetapi di festival ini tidak melulu adat dan budaya Betawi yang di tampilkan, tetapi berbagai makanan tradisional, makanan modern, minuman tradisional dan minuman modern, mainan, pakaian, kerajinan tangan, penjual balon, sepatu, sendal dll tumpah ruah meluber di sini……………..bahkan batu akik dan alat asahnya pun tak ketinggalan ikut meramaikan festival ini pokoke komplit dari yang belum pernah gw liat sampai yang sering gw liat……..


salah satu stand berhias cantik ngepik.....bro


Dalam festival ini kita bisa melihat beragam pakaian adat yang dulu pastinya di gunakan dalam keseharian, seperti kebaya encim komplit dengan kain dan kerudungnya untuk para wanitanya dan para prianya menggunakan pakaian demang atau jas ujung serong, pakaian abang Jakarta, pakaian none Jakarta, pakaian Sadariah dan yang pasti ondel-ondel ada di festival ini………


pakaian khas Suku Betawi





Yang paling seru adalah saat menjumpai para penari-penari cilik dan remaja yang berpakaian warna-warna cerah seperti merah, hijau muda, kuning di padu dengan kain jarik motif Betawi serta hiasan manik-manik warna keemasan membuat si pemakai busana menjadi lebih menghidupkan nuasa tarian saat berada di atas panggung. Kalau boleh memberi masukan mungkin sebaiknya para penari cilik ini tidak udah di rias terlalu tebal dan menor banget…….sangat miris dan berat rasanya melihat itu dandanan yang nempel di wajah polos para bocah-bocah cilik yang masih polos itu, menurut saya dengan kostum warna warni yang di pergunakan oleh para penari cilik cukup membuat rona kemeriahan panggung tetap memancar tanpa harus bermake up tebal.

para penari cilik dengan lincah dan riang walaupun panas cukup terik tetap semangat......



penari cilik itu....sayang dandannya menor banget

pernak-pernik pakaian adat penari Betawi :
















Saya tertarik dengan salah satu kostum penari yang mempergunakan hiasan di atas kepalanya sekilas seperti dompet wanita persegi empat panjang bentuknya, “saat saya tanya kostum apa yang dipergunakan……?” sang pemakai kostum Fitri menjawab, bahwa kostum yang dipergunakan adalah kostum untuk tarian Nandak Ganjen, yaitu tarian yang di tarikan oleh para gadis-gadis remaja dengan gerakan yang genit, biasanya di tarikan untuk menyambut hadirnya para tamu sebagai ucapan selamat datang.


Fitri namaya Pimpinan Sanggar Irama Fanan


Senang ketemu Fitri…..selain cantik, berkulit putih dia ramah banget lho mas bro…..{sssttttt………… saya punya nomor HPnya lho} seneng banget saat kita nanya-nanya tentang tari apa saja yang akan di tarikan pada festival kali ini, bahwa Fitri bersama teman-teman sanggarnya yang tergabung dalam Sanggar Irama Fanan, akan menampilkan tarian Sirih Kuning, Lenggang Nyai dan Nandak Ganjen…….nah pengetahuan saya bertambah karena selama ini saya cuma taunya tarian ondel-ondel doang……..hehehehe, untuk bisa tampil dalam acara festival ini mereka para penari latihan selama 15 hari berturut-turut jelas Fitri sebagai pimpinan sanggar.


Mpok Munanoh ngelenongnya cukup menghibur


Bahkan di festival ini pula saya bisa ngelihat secara live Lenong Betawi dengan bintang tamu Munaroh………kalau ada yang masih ingat nama Munaroh ini, adalah salah satu pemeran dalam Sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang memerankan tokoh Munaroh pacarnya Si Mandra……., Mpok Munaroh kalau dulu saya ngelihat di tipi orangnya berkulit keeling……ups…!!! Tapi saat saya ngelihat secara langsung kulitnya putih, langsing, tinggi dan cantik paras wajahnya……beda banget saat jadi Munaroh pada saat itu asli lho……… Si Mpok Munaroh tidak hanya piawai ngelonong, tetapi menyanyi pun suaranya merdu saat menyanyikan lagu Sirih Kuning.



menyambut tamu dengan tradisi Palang Pintu saling berbalas pantun


Yang paling seru dan menghebohkan saat acara Palang Pintu di mulai sekitar jam 10.00 wib, seiring dengan datangnya para tamu undangan penting tiba, yang namanya saling berbalas pantun seru bingiiit bro sumpah kewer-kewer dah ngedengernya……..bikin kagum saat pantun dari tuan rumah di luncurkan dan langsung di terima dan di balas oleh tamu, saling sambung menyambung secara lancar abis dan itu berlangsung lumayan lama bro……. misalnye pantun itu begini kire-kire ye :


rumah gedongan di cendana
roti buaya dipakein dasi 
nih rombongan dari mane mau kemane
masuk kampung aye kudu permisi

orang tua umpama keramat
Kalo ngomong jangan nyakitin hati
Aye dateng dari rawa Belong, Bang Pitung dengan segale hormat

mohon diterime dengan senang hati


para tamu undangan 

Acara palang pintu usailah sudah itu pertanda tamu kehormatan di persilahkan untuk memasuki dalam rumah dan di persilahkan duduk, hari itu Ibu Hajjah Silvia Murni selaku Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata datang bersama Bapak Walikota Jakarta Selatan Samsudin Noor beserta para undangan terhormat lainnya, seperti Bapak Muzamil Mantan Duta Besar Sirea, Koramil, Kepolisian, Unit Pengelola Kawasan Setu Babakan, Lurah, tokoh masyarakat setempat dan para sesepuh dari lingkungan Cipedak. 



tarian lenggang nyai.....


Acara tarian pun di mulai……para penari-penari cilik yang saya yakin sudah berdandan dari pagi buta…….hehehehe, antusias banget saat naik di atas panggung dengan semanggat mulai menari…….namanya juga masih bocah beberapa di antaranya ada yang lalai gerakan jadi lucu gitu dech saling pandang satu sama lain……hihihihihihi, di lanjutkan dengan tarian Tari Lenggang Nyai yang di tarikan secara lemah gemulai mengikuti irama tetabuhan secara langsung……….ada yang lucu sebelum penari akan mulai nari tiba-tiba CD yang akan di putar ngadat, nah lho rebetnya saat akan di iringi dengan tetabuhan atau kalau dalam Betawi di sebutnya Musik Samrah secara langsung………. Awalnya si penari langsung nolak…….katanya selama ini latihannya menggunakan CD takutnya iramanya jadi beda……..tetapi semuanya itu bisa tereksekusi dengan lancar dan mengalir saat musik samrah sudah di tabuh……seakan jiwa sang penari mendadak sontak mengikuti gerakan irama tetabuhan Tari Lenggang Nyai………..



tarian nandak ganjen.......

Yang seru dan semangat di siang yang makin terik, adalah saat Tarian Nandak Ganjen mulai beraksi di panggung, itu tetabuhan musik samrah berirama ceria dan ekspesif memancar dari wajah-wajah sang penari, gerakan-gerakannya sangat agresif, gesit namun luwes……bikin semangat bangkit dari kekantukan………maklum gw bersama CS sudah kelaparan plus kehausan maklum sedari pagi belum ngunyah secara jelas…….hehehehe sementara sepertinya jam maksi belum akan berlangsung……..cap cus keliling stand-stand dulu dah buat nyari “gegaresan”……….hihihihi seperti sudah gw ceritakan di atas saat mampir di standnya Ibu Umi Kulsum di tawari makan gretongan…………lumayan bisa ngeganjel perut buat sementara sembari nunggu jam maksi tiba……..


menikmati makan siang yang paling di tunggu semenjak datang.....hihihihi


Akhirnya yang menjadi puncak acara pun tiba, apalagi kalau bukan maksi…….tanpa harus di bujuk lagi cap cus kita menuju lokasi ngunyah, tara……tersedia nasi, daging dimasak item entah apa namanya, pecak ikan, tahu, tempe, ikan asin, jengkol, sayur asem, kerupuk, lalapan plus sambel………rasanya nikmat bingiiit dan juara banget maksi menggunakan sayur asem plus ikan asin serta sambel sembari di siang hari yang amat terik…….

menu makan siang hari itu :


daging dimasak hitam manis


pecak ikan mas


ikan asin


si jengkoal yang melegenda.......


tahu goreng, tak ketinggalan


tempe goreng


sayur asem seuger bingiiit......


kerupuk, sambel plus lalapan.....


yang bikin ngiler akhirnya tereksekusi.......


Ups…..!!! sebelum maksi berlangsung Mpok Evie sempet ngajakin kite-kite nenggok tetumbuhan yang namanya buah alpukat……bujubune dah……sesampainya di itu kebon yang namanya buah alpukat bergelangtungan siap buat di petik……..bikin pengen ngerasain itu buah alpukat langsung dari pohonnye……tetapi rupanya alpukat butuh beberapa waktu buat di peram sebelum di makan, tetapi sempet mencicipi buahnya tebal, garing dan rasanya agak manis tidak asem, sepertinya layak untuk di eksekusi nich sebagai buah tangan untuk di bawa pulang…….saat nanya sekilo harganya berapa…..buset dah lumayan mahal juga itu alpukat Rp. 25.000,- itupun sekilo isinya cuma 2, gw tawar Rp. 20.000,- itu pun kaga deal tetep kekeh di angka Rp. 25.000,-……..tapi dengan sedikit rayuan maut saya mendapatkan tambahan 1 alpukat plus alpukat yang layak untuk di petik langsung dari pohonnya saat di contohkan sama si abang pemilik kebon……..hahahaha alhasil saya dapat gretongan 2 alpukat curang bingiiiiit ye gw…….tapi saya ngga nyolong lho cuma ngerayu dikit doang………………..hihihihihi





buah alpukat yang sudah matang....yummy rasanya......


Sayangnya biar kate ini pemukiman yang mana sebagian besar warganya masih banyak Suku Betawi asli, tidak semua rumah-rumah yang ada berciri khas Betawi, banyak rumah berganti dengan bangunan modern, ada memang dari beberapa rumah yang masih mempertahankan bentuk asli tetapi itupun tidak banyak, ada pula yang yang tetap mempertahankan bentuk asli rumah adat Betawi tetapi bangunannya di kombinasi dengan bangunan modern, berharap warga Betawi sendiri masih mempertahankan bentuk asli bangunan rumah adat tersebut.


ciri khas rumah betawi yang sudah di moderisasi


kursinya yang mempunyai ciri khas



bentuk jendelanya nan unik


Kira-kira kurang lebih gitu perjalanan gw kali ini ngelihat adat dan budaya Betawi di Festival Cipedak, suka dan dukanya terlalui sudah dengan peneriman masing-masing bagi pengunjung yang hadir,  mendapatkan pengalaman seru dan berkesan serta sensasi  yang belum pernah gw tau sebelumnya, bertemu teman baru dengan menjelajah lingkungannya serasa berada di atmosfir dunia lain yang belum sempat terinjak oleh langkah kaki, jadi……….


nich yang bisa di kredit yang mane ye....qik...qik....qik.....


Gw Marita Setyaningsih alias Rita yang manis and cantik serta anggun mempesona seperti biasanya kalau gw narsis di manapun berada yuk mare………..serta yang nulis nich cerita, berhubung dan bersambung harus ngumpul di Stasiun Universitas Pancasila jam 7.30, berhitung dengan waktu and harus ngejar commuter line pagi……maka hari itu dengan berat hati harus bangun lebih pagi dari biasanya, mandi lebih pagi dari biasanya, ngejar kereta lebih pagi dari biasanya bila gw harus kerja lapangan di suatu tempat, judule melakukan hal lebih pagi dari biasanya di luar rutinitas…….tapi seperti kata pepatah : bangun pagi mendatangkan rejeki……..rejeki itu adalah jadi salah satu tamu “VVIP” bro…….yuhuiiiiii, walaupun pada akhirnya yang ngenyuruh datang 7.30 tidak on time juga pada akhirnya……..malah jadi orang nyaris paling akhir sebelum seorang teman berikutnya dateng……



maruk banget nyak gw.....mumpung gretong........


Menambah wawasan yang pasti karena bisa ngelihat langsung sebagian kecil dari budaya, adat dan tradisi Suku Betawi yang sudah mulai langka tergerus arus modernisasi jaman. Yang bikin merinding adalah  saat harus menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya……..itu rasanya  sesuatu bingiiit buat gw…..hiduplah Indonesia Raya…………………………………..

Suatu kesempatan langka buat gw bisa datang di nich acare berkat kebaikan seorang temen, yang berjudul…….


serius bingiiit ngebidikny............


Sondang Susan @ namenye adalah “biang keladi” kehadiran gw bisa dateng ke nich festival, berawal dari nyebar berita di facebook : “temans yg ga ada acara tanggal 2 Juni 2015, hunting yook ke acara budaya Betawi, Festival Cipedak 09 Srengseng Sawah, di Kec. Jagakarsa, Jak-Sel dalam rangka HUT Jakarta, mulai jam 07.00 - sampe selesai”. Nah gayung pun bersambut meriah saling saut menyautin buat ikutan mau datang, plus nanya-nanya acaranya ape aje, nah rebet dech di Sondang ini ngejawab dengan sabar satu persatu itu pertanyaan, dari mulai ngumpul dimane, naik apaan, terus saling ajak temen yang satu dengan yang lain…….dan pada akhirnye…….pas pelaksaan hari H…..pada kaga nongol tuch batang idungnya…….yang uda pada berisik nanya-nanya dengan berbagai alasan dari mulai capek, bangun kesiangan, bentrok dengan acara yang lain……sejuta alasan judule…….hehehehe

Tapi Sondang saat gw tanya kok yang berisik nanya-nanya kok ngga pada dateng…….. dianye cuman senyum-senyum wae sembari ngejawab “itu mah biasa…...cuman pada bikin rame pada awalnya doang, pas pada hari H yah gitu dech pada alasan ngga bisa”. Makasih ye Sondang berkat lu gw bisa ngeliat langsung perhelatan tradisi adat Betawi………terusnya lagi Si Nona Batak ini rajin banget lho ngeshare foto dalam setiap moment yang di ikuti, jadi kite-kite seneng banget ngelihat hasil bidikannya yang cukup keren itu.......

Akan tetapi bukan karena Sondang semata kite-kite bisa hadir di nih acare, berkat teman kantornya yang bername…….

Mpok Evie yang baju ungu.....


Evie Agustine @ nih die salah satu orang yang paling penting di Festival Cipedak kali ini, berkat lakinya Bang Rudi Saputra yang jadi ketua panitia…..makenye kite-kite berdelapan bisa nonton langsung jalannya kemeriahan siang itu hingga nyaris usai……

Tak hanya itu guys kitapun merasakan menikmati jadi tamu “VVIP” gimane kaga, antar jemput bro….menuju lokasi acara festival berlangsung, terus makan barengan sama pejabat-pejabat daerah di satu lokasi, duduk bersama para tokoh masyarakat dan sesepuh setempat…..yuhuuuuu berasa jadi orang penting rasanya di kampung orang.

Si Mpok Evie ini item manis kulitnye, perawakannya tinggi langsing, berhijab plus ramah pembawaannya…..baru awal ketemuan si Mpok Evie sudah berasa kenal lama jadinya. Senang bisa kenal Si Mpok Evie ini, sekilas mengajak berkeliling ke rumah orang tuanya, nengok kebon buah alpukat milik tetangganya dan di ajak mampir ke rumahnya sebelum pulang, rumahnya gede plus adem apalagi di depan rumahnya ada gazebo lumayan gede buat ngadem jika udara berasa panas, terusnya sebelum balik menuju stasiun kite-kite bertujuh di ajak keliling seputaran Setu Babakan yang luasnya kaga kira-kira itu setu nyak…..hehehe maklum gw baru pertama kali nginjek kawasan Jagakarta berkat Mpok Evie pula gw jadi tau kawasan Jagakarsa dan sekitarnya.

Terucap dari bibirnya bahwa seperti umumnya orang Betawi kalau jual tanah pasti akan digunakan untuk memenuhi keinginan anak-anaknya, tetapi kalau orang tuanya Mpok Evie justru menjual tanahnya untuk sekolah anak-anaknya, makanye Si Mpok ini sukses hidupnya, kerja kantorannya juga keren, gawe di Kedutaan Mesir bro……, terusnya Bang Rudi suaminye adalah seorang Dosen, makasih bingiiit ya Mpok Hj. Evie Agustine semoga rejekinya barokah, aminnnnn.



awas kalau uda full pindeh tempat ye tante.....

Sita Rahmah @ orang yang paling akhir datang dan harus ditungguin dengan setia kehadirannya, ini perjumpaan saya yang kesekian kalinya dengan Tante Sita, masih seperti biasa lincah dan penuh gairah serta semangat membara nikmati festival ini, walaupun udara panas cukup menyengat siang itu tidak menghalanggi geraknya untuk berburu foto-foto yang ngerasa layak untuk dibidik, kaga tanggung-tanggung dua kamera gede dan kecilnya dibawa sekaligus.


numpang narsis dulu......

Bersepatu wedges tidak menghalanggi langkah lincahnya buat mondar mandir kesono kemari berburu apa yang patut di incar…..termasuk ngecandid gw………hihihihihi, tapi nya kalau Tante Sita ini nga rajin upload foto-fotonya jadi cuma yang konyol-konyol doang yang di share......selebihnya hanya dia dan dirinya yang tau......hehehehehehe



busettttt......anakanya banyak bingiiiiiit......


Konon ceritanya sama gw……….saking lincahnya sampai-sampai dihampiri seorang wartawan tipi swasta yang lagi ngeliput nich acara, untuk di tanya kesan dan pesannya soal Festival Cipedak ini, entalah apa testimoninya itu bakal di tayangin apa di edit……..ups……!!!! hehehehehe Tante Sita  kalau kaga di tayangin coba hubungi toko material terdekat buat ngelapor ye………hahahaha

Hari itu Tante Sita sangat menikmati setiap acara yang di suguhkan, hunting foto, mencicipi gretongan kuliner asli Betawi, nanya-nanya sama orang wajib di tanya, yang pasti seneng bingiiiit karena tanpa sengaja bisa ketemuan dengan beberapa teman lamanya dan yang pasti melakukan sesi foto keluarga, see you next trip ya tante………



ssstttt........mumpung ngga ada yang ngeliat.......


Ida Farida @ perawakannya tinggi postur tubuhnya bikin iri gw bro….., berkaca mata dan berhijab, kulitnya sawo matang terang, ini pertemuan gw sama Mba Ida lagi setelah Jelajah Cilacap beberapa waktu lalu. Nah gegera menghadiri Festival Cipedak ini pula, mba Ida jadi naik commuter line untuk yang pertama kalinya………yuhuuuuuuuu, terusnya Mba Ida barengan temennya naik commuter line, berhubung dan bersambung belum pernah and takut nyasar dan salah ………hehehehehehe, makanya barengan sama……



Lusi Ramadhani @ mengajak  ibundanya tercinta untuk menikmati akhir pecan bersama, dan seorang temennya satu lagi Mba Nani namanya berkaca mata berbody bohay dan tampilannya lumayan tomboy sich………, yang pasti ngacir duluan karena ada keperluan di tempat lain katenya……...
Mba Lusi berhijab, perawakannya kecil langsing dan berkulit sawo matang, sekilas info juga menceritakan bahwa di daerah tempat tinggalnya masih banyak orang Betawi asli, jadi makanan yang tersaji ada selama festival berlangsung bukan hal yang baru dan asing buat Mba Lusi ini. Orangnya rame banyak cerita  hal-hal yang dia tau tentang seluk beluk Betawi, mengenai ciri khas bentuk bangunan asli rumah adat Betawi dan kulinernya, bisa tau karena di tempat si mba tinggal masih banyak orang-orang Betawi asli jadi sedikit banyaknya tau tentang hal-hal yang berkaitan dengan Suku Betawi. Dan selama festival berlangsung bersama Sang Ibunda sangat antusias menikmati acara dari awal hingga akhir, plus belanja-belanji apa yang patut untuk di eksekusi sesuai kebutuhan.



nih namenye buah alpukat & pouu'nnye.......


Raden Roro Rurisa Chandra Amartawati Hartomo @......alias Nyai Dasimah,  hari itu ketemuan bareng di Stasiun Universitas Pancasila satu perjalanan dalam kereta yang sama tetapi beda gerbong doang……..alhasil saat turun dari kereta kite berdua ngakak……..dasar “duo riri” selalu ketemu tanpa janjian terlebih dahulu……….


nyai tuch duit jangan di ambil ye.....cuma dua rebuan soalnye.....


Hari itu kaos merah dan celana hitam selutut serta bersepatu kets warna coklat tua kombinasi ungu, biasanya sejak paskah “bedel” penampilannya anggun mempesona bergaun,bersepatu pantofel dan membawa tas tangan bak emak-emak pejabat bila jalan-jalan sore sepulang kantor, tetapi hari itu dia tanggalkan semuanya dan angkat rangsel sebagai pelengkap penderita bawa gembolan……. termasuk bawa kue pancong yang dibawanya itu gw sikat abis berhubung belum ngunyah apapun pagi itu karena harus berangkat pagi bingiiiit…….Risa makan juga sich tapi cuma dikit doang, sepertinya dia tak tega melihat wajah gw yang memelas menahan laper…..hehehehehe, padahal menurut pengakuannya die belum juga sempet ngunyah pagi itu………

uhui.....yang dapat gebetan.......

Ini trip yang pertama kalinya setelah sekian lama belum pecicilan lagi agak jauhan dari biasanya…….hari itu sangat menikmati sepanjang acara dengan melakukan sesi jalan-jalan dari stand satu ke stand yang lain, icip-icip, foto-foto, tanya-tanya, belanja-belanja toples jadul, beli alpukat sekilo, tadinya pengen Batik Madura tapi karena tawar menawar harga yang tidak sepakat jadinya batal tereksekusi itu Si Batik Madura……….. dan sempet terkapar sejenak saking lelahnya……….hehehehehe

Ada yang kebiasaan yang menarik dari seorang Risa ini, setiap kali abis makan dimanapun berada saya perhatikan selalu membereskan piring-piring dan menumpuknya menjadi satu dan di pisahkan dari sampahnya, saat saya Tanya mengapa dia melakukan hal itu……??? jawabnya adalah bila suatu saat nanti punya “kafe” Risa akan menerapkan sistem memisahkan sampah dari piring dan menumpuknya menjadi satu……….hem….. akan lebih bagus lagi kalau langsung di bawa ke dapur plus di cuci bersih………huahahahahaha siapa tau dapat discount 50% …………

Buat Mpok Evie Agustin, Tante Sita Rahmah, Mba Ida Farida, Mba Lusi Ramadhani bersama Ibundanya, Nani, Sondang Susan dan Risa, tengkyu atas kebersamaanya hari itu dengan segala suka dan dukanya terlalui dengan komplit berjalan-jalan menikmati Festival Cipedak. terusnya buat Sondang, Risa dan Mba Lusi.....sorry gw ambil foto-fotonya ya buat nampang di nich catper....abisnya gw lagi ngga punya kamera, jadi gw comot-comot aje yang ada....hehehehe
Berharapnya suatu saat nanti gw bisa menjejakkan langkah kaki di kampung daerah lainnya di Nusantara Negeriku tercinta Indonesia, untuk mengeksplor adat dan budaya setempat dengan ciri khasnya masing-masing……….#salamwisatabudaya



next trip kemana ye gw..........???



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer