Rayuan Maut Pulau Kelapa


Kala Menyepi Itu Tak Harus Sendiri

Surya Tenggelam yang bikin merinding........



Maksaain Diri Berlibur
Di penghujung tahun 2016 ketemuan dengan salah seorang sohib di daerah Jalan Sabang sembari rumpi-rumpi kebahagiaan hidupnya dengan  Si Bule Jerman. Sebenarnya buat pergi mantai sudah disinggung via medsos, tapi karena sudah diambang tahun baru pasti kawasan wisata berjibun dengan para wisatawan yang menghabiskan malam pergantian tahun. Dan menurut kami berdua hal ini pasti tidak nyaman, karena lokasi wisata akan penuh sesak, segala sesuatunya sudah pasti mahal dan kondisinya riweh, memutuskan dengan kata sepakat pergi setelah tahun baru berlalu.

 
Gerbang Masuk Pelabuhan Sunda Kelapa


Antara Sunda Kelapa & Kali Adem Yang Mengalaukan
Tidak semua yang sudah direncanakan itu bisa berjalan sesuai rencana, Kapal Motor Sabuk Nusantara yang harusnya berangkat dari Pelabuhan Sunda Kelapa pukul 8.00 Wib..... ternyata ingar janji dengan alasan sedang dalam perbaikan...... nah loh, konyol bin super ngeselin, manakala saya harus berkejaran dengan waktu untuk bisa mencapai tujuan jangan sampai ketinggalan kapal, maklum kapal untuk mencapai tujuan hanya satu kali perjalan, dan kalau ketinggalan yasud manyun dech.

Untuk menghilangkan rasa kesal dan membunuh kekecewaan diri manakala sohib yang mengultimatum jam 07.00 wib belum kelihatan penampakannya dan mengabarkan bahwa dirinya tersesat bersama sang ojek on line yang di ordernya......, sembari menunggu kedatangannya gue iseng-iseng jepret sekitaran lokasi pelabuhan, pagi itu suasananya masih terbilang sepi belum nampak aktifitas bongkar muat barang dalam kapal.

 
Suasana Sunda Kelapa pagi itu......


Sebagai sebuah pelabuhan yang bersejarah yang termashyur di jamannya, sayang kini kondisinya tidak memperlihatkan nilai history bahwa dulunya pelabuhan ini memegang peranan penting menjadi pusat perniagaan terbesar di Batavia kala itu. Dengan infrastruktur yang belum  tertata dengan baik menjadikan pelabuhan ini kurang nyaman untuk dijadikan pelabuhan penumpang. Gue ngerasa Pelabuhan Sunda Kelapa ini kondisinya  jauh lebih baik pada masa kejayaan VOC dari pada saat ini, ini bisa kita lihat dan buktikan dari arsip dan foto-foto lama tentang Pelabuhan Sunda Kelapa.

Akhirnya sekitar 1,5 jam lamanya orang yang gue tunggu pun tiba, dengan wajah yang kusut musut karena berselisih faham soal rute dengan driver ojek on line.....jadi yah geto ongkos yang harus dibayar lebih mihiiilll.....hiks...hiks...hiks....derita lu ye, derita gue nungguin lu lama juga, dan derita kita bersama kapal menuju pulau tidak berangkat dari pelabuhan ini......

Mau balik ke rumah gengsi juga, gimana caranya harus bisa menuju pulau....... setelah browsing dilakukan mencari informasi, masih ada kapal menuju pulau berangkat jam 09.00 wib, cap cus berangkat menuju Pelabuhan Kali Adem yang jarak tempuhnya tidak begitu jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Guys.....yang namanya menuju Pelabuhan Kali Adem Muara Angke itu harus kuat dengan bebauan yang bikin mual dan pening, bau busuk begitu menyengat sepanjang jalan menuju pelabuhan, ditambah jalanan yang tidak bisa dibilang rata plus rob air laut, lengkap sudah penderitaan gue hari itu.....demi pengen mantaiiiii........

Pelabuhan Kali Adem Muara Angke Jakarta

Sampai pelabuhan sembari nanya-nanya kian kemari kapal mana yang akan berangkat menuju pulau yang akan dituju, bawaannya grabak-grubuk karena tempat penjualan tiket resmi sudah di tutup dan kami berdua diarahkan menuju biro travel yang ada di area pelabuhan, harga tiket di travel lebih mahal Rp. 5.000,- dari harga resmi Rp. 50.000,-

Suasana Pelabuhan Kali Adem pagi itu agak tidak biasa karena sehari sebelumnya tepat menjelang pergantian tahun tanggal 31 Desember 2016 terjadi musibah sebuah Kapal Motor Zahro terbakar saat menuju Pulau Tidung, tidak jauh selepas dari Dermaga Kali Adem Muara Angke Jakarta Utara. Jadi banyak keluarga korban yang mencari kabar kerabatnya yang belum di temukan yang mendatangi posko, selain pihak keluarga korban, terdapat juga para aparat yang berwenang dan para wartawan dari beberapa stasiun TV mondar mandir di pelabuhan mencari informasi terbaru.
 
banyak kapal bersandar manja hari itu karena tidak berdokumen


Imbas dari KM Zahro Ekspres yang terbakar menuju Pulau Tidung sehari setelah tahun baru, mengakibatkan kapal-kapal di Pelabuhan Kaliadem Muara Angke menuju Kepulauan Seribu banyak yang tidak berlayar, bisik-bisik Para ABK di dermaga menyatakan hal ini sebabkan karena adanya sweping dari aparat terkait, hanya kapal yang berdokumen lengkap yang boleh berlayar, itu sebabnya mengapa hari itu banyak kapal hanya bersandar di pelabuhan karena dokumen kapal yang tidak lengkap hingga tidak ada, nah......itu hebatnya birokrasi negeri ini dalam bekerja. Jadi ibaratnya kucing-kucingan antara pencuri yang di kejar aparat.......hanya bisa tiarap saat tertangkap.
 
melepas sauh berlayar menuju laut lepas


Perjalanan Yang Mengelisahkan
Sedikit cemas dan was-was saat berada di atas Kapal Bahari Ekspress, dilema melanda jiwa bimbang dan ragu melintas di hati maklum kecelakaan kapal yang baru saja terjadi sehari sebelumya secara tidak langsung berpengaruh secara phsikologis. Hari itu sebelum kapal berangkat di adakan pemeriksaan oleh aparat Kepolisian, Pihak Pelabuhan dan Para Kru Kapal untuk memerintahkan kepada semua para penumpang untuk menggunakan pelampung, di catat namanya, dimana hal sebelumnya tidak pernah di lakukan, hanya karena adanya kecelakaan mendadak para aparat dan pihak yang berwenang menjadi sok sibuk, heboh, terus terang kelakuan mereka yang seperti itu bikin panik buat gue.......hauduh kenapa negeri ini selalu bertindak lebay bila terjadi bencana......kemarin-kemarin ngapain saja nyak......???
 
Dermaga Pulau Harapan


Teriring doa dan pasrah kepada Allah SWT akhirnya kapal bergerak meninggalkan dermaga Kali Adem menuju laut lepas mencapai pulau tujuan. Sepanjang perjalan gue nyaris tidak ngobrol sama sahabat seperjalanan, lebih banyak tafakur, dzikir dan berdoa, sohib gue ini lebih cemas bawaannya dari pada gue sendiri, karena berita terbakarnya Kapal Zahro terlambat didapatnya, dan baru mengetahui setelah berangkat menuju pelabuhan......nah loh kebayang jadi rada paranoid bawaannya. Bahkan kami berdua hanya duduk masih terdiam dalam kabin kapal tanpa bergerak untuk keliling sekitar kapal, baru sekitar 15 menit kapal akan berlabuh baruhlah kami berdua berani bergerak menuju buritan untuk sekedar melihat kondisi di luar, alhamdulillah nyaris +3 jam lamanya akhirnya kapal bersandar di Dermaga Pulau Harapan Kepulauan Seribu.
 
bersandar di Pulau Harapan


Begitu kapal bersandar langsung diserbu oleh para calon penumpang yang akan kembali menuju Jakarta setelah menghabiskan masa libur tahun baru, karena terjadi kecelakaan kapal sehari sebelumnya maka beberapa perjalanan kapal banyak yang mengalami penundaan dan tidak  berlayar, akibatnya penumpang menumpuk di dermaga dengan raut gelisah menunggu kapal datang untuk mengangkut mereka kembali pulang.

Menyusuri Pulau Kelapa Yang Nyaris Tanpa Pohon Kelapa


Prasasti Pulau Kelapa
Lega rasanya saat menginjakkan kaki di Dermaga Pulau Harapan yang siang itu hiruk pikuk suasananya,  banyaknya para calon penumpang dengan berbagai macam bawaan menjadikan suasana lebih ramai dari biasanya, mereka berebut untuk naik kapal agar bisa terangkut kembali ke Jakarta.

Adalah Pulau Kelapa yang menjadi tujuan kami berdua, untuk menuju Pulau Kelapa maka kami harus melalui Pulau Harapan terlebih dahulu, setelah itu di lanjutkan menuju Pulau Kelapa dengan moda transportasi yang di tawarkan, bisa naik becak, ojek dan jalan kaki. Kami berdua memutuskan berjalan kaki dengan jarak tempuh + 300 M, ngakunya sich anak backpaker masak iya jalan kaki jarak segitu nga kuat.....malu lah ye...
 
laut nan membiru sepanjang pantai


Di siang yang sangat terik dimana Sang Surya sedang tertawa dengan gembiranya, kebayang itu senyumannya menimpa kami menyusuri perjalanan menuju Pulau Kelapa, sepanjang perjalanan pulau ini bisa dibilang rapi dan lumayan bersih, gue tidak melihat sampah berserakan di sepanjang jalan, pepohonan sebagai peneduh juga tumbuh di tempat ini walaupun tidak bisa di katakan rindang tapi lumayan sekedar buat berteduh.



Walaupun namanya Pulau Kelapa tetapi di pulau ini nyaris tidak terdapat si nyiur melambai di sepanjang pantainya, agak unik  memang dan sedikit mengelikan, tapi saat gue nanya sama penduduk lokal dulunya pulau ini memang banyak sekali pohon kelapa, tetapi seiring dengan bertambahnya penduduk otomatis terjadi perubahan lingkungan, pohon-pohon kelapa yang ada di tebang dan lahannya di jadikan rumah, jadi semakin lama semakin sedikit dan akhirnya menjadi pemukiman penduduk.

Sebagai sebuah pulau infrastruktur di tempat ini cukup lengkap dan bisa di bilang baik dari segi bangunan, ada dermaga, kantor kelurahan, polsek, puskesmas, masjid, pemakaman, sekolah hanya sampai tingkat SMP jadi kalau mau melanjutkan harus menyebrang ke Pulau Seribu lainnya. Walaupun pulau ini tidak terlalu luas tetapi sangat padat, hal ini terlihat di sepanjang jalan kiri dan kanan rumah penduduk begitu rapat berjajar satu sama lain, bahkan beberapa diantaranya di jadikan home stay bagi para wisatawan yang ingin bermalam di pulau ini.



Penduduk pulau ini lebih banyak di dominasi oleh Suku Betawi, Banten, Bugis, Jawa, Sumatera, karena terjadi perkawinan antar suku diantara mereka maka secara otomatis penduduk pulau ini berbagai macam suku daerah tinggal di sini. Penduduk Pulau Kelapa ini masuk dalam kawasan DKI Jakarta Kepulauan Seribu, tetapi mereka menyebut dirinya bukan orang Jakarta tetapi “Orang Pulau”.

Mata pencaharian penduduk pulau sebagian besar adalah nelayan, bila hasil melaut sedang bagus maka pengasilan harian mereka bisa mencapai Rp. 3.000.000,-, itu sebabnya nyaris semua rumah di pulau ini bangunannya bagus dan jauh dari kumuh, rumah-rumah gedong berbagai model nyaris berjajar rapi sepanjang kanan dan kiri jalan. Selain nelayan profesi lainnya adalah pedagang dan beberapa diantaranya sebagai pegawai kantoran.


Berburu Sunset
kemilau dari sang surya menjelang tenggelam.....

Hem..... kudu wajib hukumnya kalau lagi mantai “Berburu Sang Surya”........ sore itu bergegas mencari lokasi terbaik buat menyaksikan moment itu. Sembari berjalan bertanya dengan penduduk lokal dimana tempat terbaik buat menyaksikan panorama alam yang menakjubkan itu, mereka menyarankan menuju lapangan yang lokasinya ada di ujung pulau.
Lumayan menguras tenaga untuk menuju lokasi yang dimaksud, ternyata Pulau Kelapa ini cukup luas dan penduduknya cukup padat, hal ini dapat terlihat sepanjang jalanan kampung perumahan penduduk sangat rapat nyaris tiada sela. Kurang lebih setengah jam setelah melewati area pemakaman kami sampai di lapangan, suara riuh dari anak-anak yang bermain bola menambah warna tersendiri menjelang senja hari. 












Terlihat dengan kasat mata dari kejauhan, semburat jingga berpadu dengan abu-abu menjadikan senja menjadi lebih romantis. Dan primadona dari semua itu adalah........kala “Sang Surya”mulai meredup perlahan turun menuju peraduaan......wuiiiih bisa melihat peristiwa alam yang begitu anggun mempesona membuat suasana bathin menjadi tenang, teduh dan bersemayam dalam keheningan, semburat jingga merona yang mengelilingi sang surya menambah eksotisme keseksian tersendiri sore itu. Rasanya betah tanpa ingin beranjak dari lokasi ini, kala Sang Surya semakin lama semakin meredup kemilaunya hingga akhirnya tengelam dalam pelukan senja, kami pun beranjak meninggalkan lokasi menuju.....

Bermalam Di Pulau
Penginapan Ibu Nengsi namanya, penginapan ini kami dapatkan saat kami bertanya pada anak-anak yang sedang nongkrong di dekat sekolahan, dengan ringan kaki si bocah mengantarkan kami menuju sebuah warung yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari, rupanya pemilik warung juga memiliki penginapan.



 Harga kamar yang ditawarkan Rp. 500.000,- permalam, hem....mihil juga nich dalam hati, akhirnya gue tawar Rp. 200.000,-, si ibu minta Rp. 300.000,- tapi gue tetap bertahan di angka Rp. 200.000,- dan..... akhirnya si ibu menyerah juga.....hehehehe kamar dengan kapasitas untuk sekitar 10 orang, kamar mandi di dalam, air mineral segalon dan berAC pula kami dapatkan harga spesial komplit Rp. 200.000,- ajiiiib itu judule......hehehehehe. Prediksi gue sich karena tahun baru sudah berlalu dan dari pada kamar nganggur maka bungkuslah harga yang gue tawar, tapi gue yakin jika weekend atau libur nasional pasti sang pemilik tidak akan bergeming dan akan tahan harga......hihihihihihi.....bobo manja dulu ye guys lelah nich sudah seharian ngider sepanjang pulau......zzzzzzzzzzz

Pulang Yang Bikin Stresss.....



Pagipun tiba rasanya waktu begitu cepat berlalu, membersihkan raga lanjut menunaikan ibadah subuh dan bebenah, menurut info yang kami dapat kemarin kapal akan berangkat pukul 07.00 Wib, meninggalkan penginapan sembari mencari kepastian tentang keberangkatan kapal, menuju Dermaga Utama Pulau Kelapa suasananya masih sepi seperti tak ada tanda kapal akan berangkat, simpang siur kabar tentang jam keberangkatan kapal berubah-ubah, dari jam 07.00 wib menjadi jam 09.00 wib itu pun masih belum pasti, sembari menanti kepastian jam keberangkatan kapal, memutuskan mengeksplor kawasan dermaga pagi itu, geliat pagi di mulai para penduduk pulau lalu lalang beraktifitas, ada yang menjajakan makanan, petugas kebersihan menyapu jalanan, tukang ojek mondar-mandir sepanjang dermaga menarik penumpang, penarik becak membawa dagangan dan juga penumpang. Bisa melihat langsung dengan mata kepala sendiri aktifitas penduduk pulau mengeliatkan roda perekonomian, menjadikan suasana pagi itu memberikan gambaran warna kehidupan tersendiri.
 
Kantor Kelurahan nan megah
Saat kapal datang sekitar jam 9.30 wib suasana di pelabuhan mendadak riuh, para calon penumpang yang sedari pagi menunggu dengan segala kegalauan yang mengharu biru berebutan ingin segera naik ke atas kapal takut kehabisan quota, para petugas pun mendadak sibuk turun tangan mencatat nama penumpang dan mengambil gambar, para penumpang dengan sadar diri mengambil pelampung hal mana biasanya tidak di lakukan. Setelah semua para penumpang dan barang dinaikkan, kapal segera melepas haluan dan mengangkat sauh berangkat menuju Jakarta.
 
aktifitas penduduk pulau pagi hari
Saat gue baru mulai terlelap dalam buaian semilir bayu dan kapal baru meninggalkan Dermaga Pulau Kelapa sekitar  + 40 menit tiba-tiba kapal kembali putar haluan menuju Pulau Kelapa lagi........, nah loh......dengan kabar oli mesin bocor.....waduh kebayang mirisnya hati mendengar hal ini, kok bisa hal seperti ini terjadi...? Apa tidak ada perawatan secara berkala...? gue  tidak mengatagorikan ini sebagai force majure, karena kasak kusuk penumpang pun mulai terdengar kemarin saat pemberangkatan mengalami hal yang sama, kapal kembali ke pelabuhan dengan kondisi mesin tidak stabil.
 
kapal-kapal nelayan


Gue merasakan imbas langsung dari kejadian terbakarnya Kapal Motor Zahro yang terbakar saat menuju Pulau Tidung, dimana seharusnya gue berlayar menuju ke Pelabuhan Kaliadem Muara Angke Jakarta dengan kapal jam 07.00 wib berangkat dari Dermaga Pulau Kelapa, tetapi karena banyak kapal yang tidak berdokumen lengkap sehingga menyebabkan kapal tidak dapat berlayar dan hanya bersandar manja tak beraga  di dermaga.


para penumpang menunggu kapal


Akhirnya nahkoda memutar haluan kembali ke Pulau Kelapa untuk berganti kapal lagi, terbayang begitu resahnya para penumpang atas kejadian ini. Sesampainya di dermaga Pulau Kelapa penumpang berebutan pindah ke kapal motor yang bersandar disebelah, memakan waktu kurang lebih 45 menit memindahkan penumpang dan barang-barang yang diangkut.
 
kesibukan para petugas


Sepanjang perjalanan menuju Muara Angke alhamdulillah berjalan lancar dan gue alhasil kelaparan karena tidak mempersiapkan bekal selain air mineral yang sudah menipis pula. Senja menjelang barulah kami sampai di Pelabuhan Kali Adem dengan selamat disambut bebauan amis bercampur sampah langsung bikin mual dan pening kepala.....tuing....tuing....

Traveling Mandiri


Memutuskan tanpa ikut rombongan sirkus manapun, yang ngga perlu bikin janji dan riweh harus memenuhi quota baru bisa berangkat, dan membawa perlengkapan rebet lainnya serta tanpa perlu mengikuti list yang telah di jadwalkan itu rasanya lebih damai, bisa menikmati satu tempat tanpa perlu batasan waktu serta gaduh buat foto-foto narsis sebagaimana jika kita traveling bergerombolan. Kali ini gue hanya pergi berdua dengan salah satu sohib dekat :

biar cemas narsiiiis itu jangan di lewatkan.....yuhuuuuu

Aida Saragih : yang punya ide berkunjung ke Pulau Kelapa karena katanya pulau ini masih jarang dieksplor oleh para wisatawan dibandingkan pulau-pulau yang ada disekeliling Kepulauan Seribu lainnya.
Cuman lain kali kalau uda janji jangan terlalu ngaret ye Eda.......gue berjemur nyaris 1.5 jam lamanya di pelabuhan dengan resah plus gelisah menanti kedatanganmu yang terlalu lama itu.....hiks....hiks.....


kacau nich HP gue error ngga bisa narsis jadinya.....
Ssstt.....malam itu Aida curcol tentang rencana hidup selanjutnya di masa mendatang untuk melangkah lebih jauh dengan pujaannya hatinya seberang benua, ahhh...... rindunya Aida dengan Sang Pujaan Hatinya itu......i lope you Mr. “M”........yuhuuuuuuu
 
melambai lambai nyiur di pantai.......

Ini menambah satu destination lagi buat gue berkunjung ke salah satu pulau yang ada di kepulauan seribu. Bisa menikmati segala kelebihan dan kekurangan di pulau ini adalah satu kenikmatan hidup tersendiri. 

biar panas....buat pose itu tidak masalah buat gue.......

Suasana pantai yang di tawarkan memang tidak terlalu memuaskan karena gue tidak bisa berenang di pulau ini, tetapi keramahan tamahan penduduk pulau menawarkan nilai lebih tersendiri dan bisa ngelihat “Sang Surya” tengelam di remang senja itu......wuiiiih menyajikan kenikmatan hidup yang damai, tenang dalam hening kesunyian nan indah, yang ditawarkan oleh alam semesta dengan merogoh kocek tidak lebih dari Rp. 300.000,- lumayan murah untuk traveling hari itu. 

akhirnya kami harus pulang

Masih ingin berkunjung lagi di sekitaran Kepulauan Seribu ini suatu saat nanti bila rejeki dan waktunya mengijinkan, salam berwisata ya guys...........
  

Komentar

Postingan Populer