RAILWAY HERITAGE TRAIL BUITENZORG - SOEKABOEMI - TJIANDJOER

SEXYNYA JALUR

BUITENZORG-SOEKABOEMI-TJIANDJOER-TJIMAHI-BANDUNG




barengan Kang Dicky sang tour guide dari Railway Heritage Trail


Moda transportasi di indonesia khususnya kereta api saat ini boleh dikatakan sangat baik dan semoga akan terus membaik dari tahun ke tahun, apalagi jika di pertengahan tahun 2023 nanti kereta api cepat jurusan Jakarta Bandung sudah beroperasi BRAVO buat Indonesia. Dari berita yang saya baca kereta api cepat jurusan Jakarta Bandung jarak tempuhnya hanya sekitar 40 (empat puluh) menit jika sebelumnya memakan waktu 3 (tiga) jam, jika hal ini bisa terwujud tentu merupakan peristiwa yang sangat luar biasa bagi negara kita , dan kita sebagai warga negaranya harus bangga bahwa Indonesia punya moda transportasi seperti yang dimiliki oleh Jepang dan Cina. 

 

Bukan kereta api cepat yang mau saya narasikan dalam Catatan Perjalanan kali ini tetapi sejarah mengenai Jalur Rel Kereta Api Buitenzorg-Soekaboemi-Tjiandjoer yang kemudian dilanjutkan hingga menuju Bandung dan Cicalengka, kala itu merupakan jalur kereta api pertama yang ada di wilayah Priangan. Awal dibangunnya jalur kereta api ini untuk memudahkan mengangkut hasil bumi di wilayah Priangan menuju Batavia.

 

Railway Heritage Trail namanya saya sengaja mengikuti trip ini karena menurut saya rute yang di tempuh selama perjalanan syarat dengan makna sejarah mengapa jalur rel kereta api di bangun oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika itu. Dengan menggunakan moda transportasi kereta api kami para peserta Railway Heritage Trail di sepanjang perjalanan  disuguhi landscape panorama bentangan sawah bak karpet menghijau yang menghapar yang menyejukkan pandangan mata, menjulangnya gunung nun jauh terlihat, dan aliran air sungai hanya akan kita temui selama dalam perjalanan bisa kita nikmati jika naik kereta api.

 


Sesuai dengan itinerary kami para peserta Railway Heritage Trail berkumpul di Stasiun Bogor mengambil tempat di ruangan VIP Stasiun Bogor jam 07.00 Wib. Menurut saya ini merupakan trip exclusive  karena hanya berjumlah 44 perserta tidak lebih mengapa demikian karena kami hanya mengambil 1 (satu) gerbong kereta Api Eksekutif Argo Pangrango menuju Stasiun Sukabumi.

 

Kereta Api Eksekutif Argo Pangrango sendiri akan berangkat menuju Bogor - Sukabumi Jam 08.20 Wib, sebelum keberangkatan kami para peserta terlebih dahulu diajak berkeliling Stasiun Bogor untuk mendengar sejarah masa lalu pembangunan Rel Kereta Api dan Stasiun Kereta Api Bogor, Trip Railway Heritage Trail dipimpin oleh Dicky Achmad Sadikin Saeria Atmadja atau Kang Dicky biasa beliau dipanggil.


Penampakan Kereta Api Eksekutif Argo Pangrango


Sebagain dari kita warga JABODETABEK sebagai pengguna moda transportasi KRL pasti pernah menginjakkan jejak langkah kaki di Stasiun Bogor, bagi pengagum sejarah dan pencinta bangunan lawas pasti akan terkesima dengan arsitektur dengan stasiun ini, yup  Stasiun Bogor pembangunan awalnya di mulai pada tahun 1870 yang dibangun oleh perusahaan kereta api Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan dikelola kurang lebih selama 40 tahun, karena terdapat kendala masalah finansial pada tahun 1881 pembagunan stasiun ini kemudian diambil alih oleh perusahaan kereta api yang bernama Staatsspoorwegen (SS) yang melayani rute Batavia - Buitenzorg. 

 

Sudah tahukah kamu kalau Taman Topi yang sekarang menjadi Alun-Alun Kota Bogor dahulunya adalah merupakan Taman Wihelmina yang di bangun pada tahun 1910 untuk menghormati Putri Wihelmina Ratu Belanda yang berkuasa ditahun 1890 – 1948. 


Rel kereta api Buitenzorg Station sekitar tahun1830 awalnya berada di area Alun-Alun Kota Bogor sebelum akhirnya dipindahkan ke belakang stasiun yang dilakukan dengan tujuan untuk perluasan stasiun. Dan Stasiun Bogor telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Pemerintah berdasarkan SK Menbudpar Nomor PM. 26/PW.007/MKP/2007, tertanggal 26 Maret 2007.


 


Bangunan Buitenzorg Station sendiri mengambil gaya arsitektur Indische Empire, kemegahan masih bisa kita lihat hingga kini Lobby Stasiun mengambil gaya aliran Neoklasik dan atapnya menggunakan emplasemen/kanopi, sangat klasik memang seperti ciri khas arsitektur bangunan Europa pada umumnya, namun sayangnya kebersihannya masih kurang terawat diarea sekitar stasiun.

 

Saya baru mengetahui kalau disekitaran Buitenzorg Station dahulunya terdapat 3 (tiga) bangunan hotel :

1. Hotel Du Chemin De Fer di Bantammerweg berdiri pada tahun 1872, keberadaan bangunan hotel tersebut masih ada hingga kini dan telah dijadikan Kantor Polres Bogor.

2.  Hotel Dibbets berdiri pada tahun 1856, kemudian di tahun 1913 berganti nama menjadi NV American. Bangunan hotel saat ini masih ada dan tetap berfungsi sebagai hotel yakni Hotel Salak  yang lokasinya terletak di seberag Istana Bogor.

3.   Hotel Belle Vue berdiri pada tahun 1853 dengan view Gunung Salak dan Lembah Sungai Cisadane, keberadaannya kini telah beralih fungsi sebagai Bogor Trade Mall (BTM)

 

Mengeksplor sekitar Stasiun Bogor hingga lantai atas usailah sudah, saatnya bergerak menuju tujuan utama Bandung menggunakan Kereta Api Eksekutif Argo Pangrango sampai Stasiun Sukabumi untuk kemudian berganti dengan kereta api lokal ekonomi menuju Bandung. Sepanjang perjalanan kami para peserta disuguhi panorama alam nan membentang dari hamparan sawah nan hijau hingga kekuningan serta yang siap untuk dipanen, hijaunya pepohonan serta menjulangnya tiga gunung yang terlintasi selama perjalanan Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede itu kelebihan yang akan kita nikmati jika menggunakan moda transportasi kereta api.

 

RAILWAY HARI PERTAMA SABTU 19 NOVEMBER 2022

 


Hari pertama perjalanan dimulai dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Lama Bandung, sepanjang perjalanan di atas Kereta Api Eksekutif Argo Pangarango tepat pada jam 8.20 Wib. Kang Dicky selaku pimpinan trip bercerita sejarah yang pernah ada dari stasiun ke stasiun, dimulai dari Stasiun Cigombong sampai tujuan akhir Stasiun Sukabumi ini terdapat tempat wisata yang bernama Danau Lido jadi kalau ingin traveling ke tempat ini bisa turun di Stasiun Cigombong bisa naik ojeg atau jalan kaki kalau ingin menikmati suasana pedesaan wilayah ini.

 

Danau Lido sendiri dibangun pada tahun 1898 dibuat oleh Antonius Johanes Ludoficus Maria Zwijsen seorang Polisi berkebangsaan Belanda yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Kawasan wisata Danau Lido dibangun untuk dipersembahkan kepada Ratu Wihelmina. Dibuat pada saat pemerintahan Belanda yang membangun jalan raya Buitenzorg – Soekaboemi. Mereka mencari tempat peristirahan bagi para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan. Bahkan Presiden Sukarno sendiri sering datang berkunjung dan beristirahat di lokasi ini untuk menulis sebuah buku yang diberi judul SARINAH, seorang perempuan pengasuh beliau di masa anak-anak.

 

Selain Danau Lido di Desa Sukaresmi terdapat Pemakaman Tentara Jerman. Menurut sejarah yang saya simak dari penuturan Kang Dicky dan artikel yang pernah saya baca pada tahun 1926 kakak beradik dari Jerman yang Emil dan Theodor Hellferich membeli tanah di Sukaresmi seluas 900 hektar untuk membangun perkebunan teh, dan mereka juga membangun sebuah Tugu untuk mengenang temen-teman yang gugur pada Pedang Dunia I. Tahun 1939 Perang Dunia II meletus Adolf Hilter yang didukung Partai Nazi menyatakan perang. Jepang yang menjadi sekutu Jerman berhasil menaklukkan Belanda pada tahun 1943 dan Tentara Adolf Hilter ikut masuk adalah Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) dari Armada Kapal Selam (U-Boot) U – 195 dan U – 196. (Sumber : Portal Resmi Kabupaten Bogor)

 


Selain Danau Lido dan Makam Tentara Jerman terdapat juga Perkebunan Kina di wilayah Tatar Priangan Bandung, Lembang hingga Garut. Masukknya kina ke Indonesia berkaitan dengan politik tanam paksa yang diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes Graaf Van Den Bosch pada tahun 1830. Pada abad ke 18 sebagian besar wilayah Hindia Belanda dilanda wabah malaria yang menyebabkan kasus kematian yang didominasi oleh masyarakat yang tinggal di kawasan hutan yang beralih fungsi menjadi pemukiman. Meningkatnya kasus malaria membuat Pemerintah Hindia Belanda memasukkan kina sebagai tanaman yang wajib ditanam oleh masyarakat di areal kebunnya. Tanaman kina sendiri harus ditanam di kawasan pegunungan atau dataran tinggi maka dari itu kawasan Tatar Sunda di Cibereum, Riung Gunung, Kawah Ciwide, Nagrag, Rancabola, Cibitung, Talaga Patengan dan Lembang sangat cocok menjadi tumbuh kembang tanaman kina.

 

Tahun 1880 komoditas tanaman kina berkembang sangat pesat di Indonesia hingga mampu menembus industry Kesehatan ke luar negeri, Pemerintah Hindia Belanda melihat hal ini akhirnya mengencarkan kebijakan tanam paksa untuk memaksimalkan ekspor komoditas kina. Kondisi ini memicu pengusaha perkebunan kina di Jawa Barat mendesak Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1896 di Bandung Pemerintah Hindia Belanda mendirikan pabrik kina yang bernama Bandoengsche Kinine Fabriek (BKF), dengan didirikannya pabrik kina di Bandung membuat Jawa Barat menjadi produsen kina kelas dunia.

 

Priangan sendiri pada masa Kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah perkebunan teh, karet dan kina, hasil dari perkebunan ini kemudian di angkut ke Batavia dengan menggunakan kereta api dari stasiun terdekat. Pabrik Teh yang terkenal dari wilayah Priangan ini adalah Pabrik Teh Goalpara yang masih berdiri dan berproduksi hingga kini.

 

Kereta  Api Eksekutif Argo Pangrango terus berjalan dan berhenti sejenak di stasiun-stasiun yang terlintasi untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Kang Dicky masih terus bertutur mengenai sejarah yang ada di wilayah Tanah Priangan, saat kereta melintas di Stasiun Cicurug pada tanggal 9 – 12 Desember 1945 terjadi perang konvoi pertama Pasukan TKR menghadang Tentara Sekutu dan Belanda dari Cigombong (Bogor) hingga Ciranjang (Cianjur). 


Terjadinya Pertempuran Bojong Kokosan dimulai Ketika pasukan Tentara Inggris, Gurkha dan  NICA  sebanyak satu batalyon yang berusaha masuk ke Sukabumi yang dilatar belakangi oleh tiga tujuan utama:

1.    Mengambil tawanan Jepang di daerah Sukabumi dan sekitarnya.

2. Memberikan bantuan ke Bandung yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antara pihak pemuda dan tantara sekutu.

3. Menjaga kelancaran hubungan jalan darat antara Bogor-Sukabumi-Cianjur.


Peristiwa di Bojong Kokosan ini  menjadi cikal bakal terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 24 Maret 1946. (Sumber: Wikipidea)

 

LEMPENG GUTTA TJIPETIR NAN MENDUNIA 



Pernah mendengar kata Tjipetir….??? sungguh sebuah kata yang terdengar terasa aneh dan asing di pendengaran kita apalagi bagi yang baru pertama kali mendengarnya, pasti bertanya-tanya apakah Tjipetir itu….. ??? apakah disamber petir…. hohohoho.

 

Tjipetir adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi. Yang dahsyat dan luar biasa di Desa Tjipetir ini terdapat Perkebunan Karet yang digunakan untuk bahan baku Insulator Kabel Telegraf Bawah Laut Transatlantik pada abad ke 19, nah hebat dan luar biasa di negeri ini kaya alamnya dari mulai pertanian, perkebunan, hasil hutan sampai dengan pertambangan Indonesia punya itu semuanya, hal ini yang menyebabkan Bangsa Kumpeni bernafsu bingiiiiiit ingin menguasai Indonesia selama 350 tahun lamanya.

 

Di Desa Tjipetir terdapat Perkebunan Karet yang hasilnya diolah menjadi Lempeng Lentur Gutta (Getah Perca) yang diekspor ke berbagai negara pada awal abad 19, dan di abad itu Lempeng Gutta pernah menjadi primadona untuk pasar dunia karena kegunaannnya. Konon kabarnya dari beberapa artikel yang saya baca Getah Perca ini merupakan tanaman asli Indonesia dan pabriknya berada di Kecamatan Kadudapit merupakan satu-satunya pabrik yang ada di dunia yang memproduksi Getah Perca sejak tahun 1885.

Pada Tahun 2012 di benua Eropa pernah dibuat heboh lantaran banyak ditemukan lempengan berbentuk talenan dan bertuliskan TJIPETIR yang mengambang di seluruh kawasan pantai Inggris.

 

Kereta terus bergerak melewati Stasiun Cicurug, Stasiun Parung Kuda, Stasiun Cibadak, Stasiun Karang Tengah, Stasiun Cisaat dan Stasiun Sukabumi, kami para peserta Railway Heritage Trail harus turun di Stasiun Sukabumi. Setiba di Sukabumi disambut dengan udara terasa panas dan awan kelabu mengantung manja diharibaan langit nan memucat lesu bermuram durja…… ah semilir angin seakan enggan berhembus tuk mengusir bayu yang mulai membara membakar raga….

 

Bangunan tua bersejarah yang masih tersisa di Sukabumi


Stasiun Sukabumi mulai beroperasi pada tahun 1882 sebagai alat transportasi penumpang dan barang yang merupakan hasil dari perkebunan. Dilihat dari arsitektur bangunan Stasiun Sukabumi merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda  dengan  gaya  bangunan  Tropical Indies dengan ciri khas langit-langitnya yang tinggi, mempunyai pintu besar dan ventilasi jendela berbentuk setengah lingkaran. Stasiun Sukabumi telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Cagar Budaya. Di stasiun ini masih terdapat beberapa peninggalan tempoe doloe seperti rel, tongak besi bertuliskan RRUPR 1890. Jika berkesempatan ke Sukabumi menggunakan moda transportasi kereta api sempatkan melihat tiang bersejarah yang masih berdiri tegak lokasinya tepat di seberang stasiun. Terdapat dua buah tiang dengan bentuk yang sama dengan kondisi yang masih baik.


Lokasi Tiang ini terdapat d Seberang Stasiun Sukabumi


Waktu telah menunjukkan 11.45 Wib saatnya melanjutkan perjalanan menuju Bandung, kali ini menggunakan kereta api lokal ekonomi bergerak meninggalkan Stasiun Sukabumi, dengan melewati Stasiun Gandasoli, Stasiun Cireungas untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. 




Selama dalam perjalanan menuju Bandung stasiun yang saya nantikan adalah Stasiun Lampegan, menurut saya stasiun ini merupakan salah satu stasiun yang “istimewa” terletak di Pasir Gunung Keneng Desa Cibokor, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur – Jawa Barat. Stasiun Lampegan ini dibangun  oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegeb (SS) pada tahun 1879 – 1882 atau sepuluh tahun setelah pembangunan jalan kereta api Buitenzorg – Batavia. Tidak jauh dari Stasiun Lampegan ini terdapat Situs Purbakala Gunung Padang jadi jika ingin berkunjung ke Gunung Padang kita bisa turun dari stasiun ini. 

 

Yang istimewa dari Stasiun Lampegan ini adalahnya terdapatnya Terowongan pertama yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dikerjakan oleh kaum pribumi dengan system kerja paksa, yang hebat adalah saat menggali terowongan hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana berupa cangkul dan linggis untuk menggalinya dan dibantu dengan dinamit di pertengahan bukit untuk memperlancar pembangunan terowongan, bisa terbayang dalam imajinasi kita membuat terowongan hanya menggunakan cangkul dan linggis…???



KISAH TEROWONGAN LAMPEGAN NAN MISTIS EKSOTIS


Batu Galian dari Terowongan Lampegan


Terowongan Lampegan merupakan terowongan pertama dan tertua di Indonesia memiliki Panjang 683 meter, terowongan ini membelah Gunung Kencana dan konon kisahnya tak dapat dipisahkan dari hilangnya seorang Penari Ronggeng yang bernama Nyi Sadea yang menjadi tumbal pembangunan terowongan ini.  Nyi Sadea hilang setelah menari dalam rangka syukuran atas selesainya pembangunan terowongan ini. Setelah bernari hingga larut malam di mulut terowongan Nyi Sadea masuk ke terowongan untuk berteduh, menunggu hujan reda. Setelah berteduh Nyi Sadea tiba-tiba mendengar suara ada yang memanggil namanya, setelah Nyi Sadea menghampiri suara yang memanggilnya itu tiba-tiba Nyi Sadea menghilang dan konon menurut cerita tubuhnya ditanam di salah satu dinding terowongan ini untuk dijadikan tumbal terowongan…… hiiiii serem ouy, terlepas itu sebuah fakta atau mitos semata

 

Hari beranjak siang seharusnya kami menuju tujuan akhir Stasiun Bandung, akan tetapi di Stasiun Padalarang sedang ada pembangunan jalur kereta api cepat Jakarta Bandung, maka kami tidak dapat melintas di Stasiun Padalarang akhirnya para peserta turun di Stasiun Cipatat menggunakan transportasi bus menuju Bandung. Tiba di Bandung hari sudah menjelang senja sekitar jam 17.00 Wib maka hari pertama perjalanan usailah sudah saatnya para peserta menuju penginapan masing-masing dan jumpa lagi di halaman Stasiun Bandung Lama (Selatan) tepat jam 07.00 Wib ke esokan hari.

 

YOKOTEL DAN KULINER MALAM PERKEDEL BONDON YANG BIKIN PENASARAN…… TERNYATA

 

Warung Nasi Perkedel Bondon Bandung


Saya dan lima sohib turun di penginapan YOKOTEL yang terletak di Jl. Kebon Jati No. 17 Kota Bandung, penginapan ini sudah dipesan sebelumnya oleh salah satu sohib jadi kita tinggal rebahan, alasan memilih Yokotel ini karena lokasinya dekat dengan Stasiun Lama Bandung tempat kita ngumpul kembali ke esokan harinya.

 

Malam menjelang setelah rehat sejenak saatnya mencari makan saatnya kampung tengah harus di urus agar segala emosi bisa di redam dan tidak menimbulkan gejolak… hahahaha, berjalan menyusuri sekitaran hotel ternyata lokasinya dekat dengan Terminal Angkutan Kota Bandung dan dibalik tembok terminal ini Stasiun Bandung Lama (Selatan) berada. Seperti pada umumnya di setiap terminal pasti ada tempat kuliner dari sekian banyak kuliner yang ada dilokasi terminal ini yang paling menarik pehatian adalah Warung Nasi Perkedel Bondon bagi penikmat kuliner pasti tidak asing dengan mana kudapan yang bernama Perkedel Bondon ini, saya sendiri pun sudah pernah mendengar nama kuliner ini berikut sejarahnya mengapa dinamakan Perkedel Bondon tetapi untuk mencicipinya belum pernah, berhubung dan bersambung sedang berada di lokasi dengan tidak menyiakan waktu yang ada kami menghampiri Warung Nasi Perkedel Bondon, namun sayang Si Bintang Utama Perkedel Bondon belum siap sedia masih dalam proses akan dimasak dan baru matang sekitar jam 23.00 Wib…..  dikit kecewa sebenarnya tetapi rasa penasaran menyelimuti kami berenam maka atas saran dari si akang penjaga warung kami dipesan terlebih dahulu agar nanti tinggal diambil saat perkedel itu matang, karena menurut si akang jika malam menjelang jam 23.00 Wib warung ini akan ramai dengan antrian pembeli dan mengingat pula ini malam minggu pasti kondisinya akan lebih ramai dari malam biasanya. Diputusan untuk memesannya terlebih dahulu nanti kami akan kembali lagi untuk mengambilnya, beralih haluan untuk mencari makan diputuskan makan disebelah persis samping hotel terdapat warung makan ayam bakar dengan perlengkapnnya.

 

Warung Makan Perkedel Bondon menggunakan kamu bakar dalam memasaknya



Jam  terus berdetak mendekati hampir 23.00 Wib, karena rasa penasaran masih menyelimuti kami berenam dengan yang namanya Perkedel Bondon seperti apa wujud dan rasanya….???, dengan rasa sedikit engan maklum kantuk sudah mulai menyerang tetapi dari pada mati penasaran bergegaslah kami kembali ke lokasi Warung Makan Perkedel Bondon, kala pertama kali kami datang lokasi yang awalnya sepi tetiba malam itu saat kami kembali suasananya berubah menjadi ramai semua meja terpenuhi dengan antrian, semakin lama semakin banyak yang datang sementara Si Primadona Perkedel Bondon sedang dalam proses pengorengan, salah satu daya tarik di warung ini cara memasaknya masih tradisional menggunakan kayu bakar. 

 

Lobby Yokotel Bandung


Akhirnya Si Primadona Perkedel Bondon matang sudah saatnya siap untuk dinikmati, berhubung dan bersambung lokasi warung sangat ramai dan tidak ada lagi tempat buat menikmati akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel saja dan menikmatinya dengan lebih santai. Bergegas melangkahkan kaki menuju hotel dan kami pun disuguhi “pemandangan malam” lain yang sesungguhnya sedang berjajar menunggu pelanggan….. hehehehehehe skip ya. Berenam kami duduk di meja makan lobby hotel kami mulai membuka bungkusan tak sabar ingin menikmati Si Primadona Perkedel Bondon yang kondang di Kota Bandung, saat kami mulai menyuapkan ke mulut masing-masing……. tara rasanya kok diluar ekspektasi dari kami berenam yah…. mohon maaf ini penilaian secara pribadi bukan secara umum, bahkan salah satu dari kami hanya makan satu potong lagi dan tidak mau melanjutkan katanya jauh lebih enak perkedel buatan dia….. hahahaha, rasa penasaran terjawab sudah dan karena makanan sudah dibeli ya harus dimakan walaupun tidak semua habis akhirnya kami berbagi dengan karyawan hotel yang bertugas malam itu, memutuskan segera kembali ke kamar dan bobo karena esok hari tepat jam 07.00 Wib para peserta harus berkumpul di stasiun melanjutkan penjelahan hari kedua.

 

HARI KEDUA RAILWAY HERITAGE TRAIL 20 NOVEMBER 2021



Sepertinya pagi terlalu cepat datang penat dan kantuk belum lagi menghilang dari raga nyawa pun masih melayang-layang, selepas subuh dan beberes kami sarapan sangat sederhana binti minimalis di penginapan ini pilihan menunya hanya dua macam pop mie atau roti jadi tentukan pilihan anda….. beberes sarapan dan menitipkan gembolan di staff hotel karena sore harinya kami harus kembali ke Jakarta menggunakan kereta api jam 18.15 Wib. 

 

Beres sarapan kami berenam bergegas menuju Stasiun Bandung Lama (Selatan) untuk menuju Stasiun Cimahi, dipersilahkan menunggu di ruang VIP Stasiun Bandung sembari menunggu kedatangan kereta api lokal menuju Cimahi. Ruang tunggu VIP stasiun ini masih asli dari segi bangunan cukup terawat rapi dan bersih terpampang foto-foto lama berkisah sejarah masa lalu stasiun dan kereta api di dinding ruangan. 

 

Kereta api yang ditunggu akhirnya datang kami dipersilahkan naik ke dalam kereta, perjalan menuju Cimahi menempuh jarak sekitar kurang lebih 25 menit. Udara Cimahi pagi itu terasa sejuk bayu berhembus menyapu raga seakan datang menyambut mengucapakan selamat datang di Kota Cimahi.

 

Kabupaten Cimahi merupakan kota kecil tetapi di kota ini syarat dengan peninggalan sejarah masa lampau, dari artikel yang saya baca Stasiun Cimahi ini dahulunya adalah sebuah halte yang dibuka pada tanggal 17 Mei 1884 bersamaan dengan peresmian dibukanya jalur kereta api Tjianjur – Bandoeng oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatssporwegen (SS).

 


Tujuan dibangunnya jalur ini oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatssporwegen (SS) di Tanah Priangan untuk kepentingan ekonomi yang menghubungkan wilayah tanah Priangan yang subur dengan Pelabuhan di Batavia. Keberadaan lain dibangunnya jalur ini adalah untuk kepentingan militer guna melegitimais kekuasaan Belanda di Hindia Belanda yang ada di Indonesia. Tidak jauh dari lokasi stasiun terdapat Militair Hospital (Rumah Sakit Militer) rumah sakit ini sengaja di bangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu untuk  kebutuhan  Militer Garnisun sebagai penyangga pertahanan militer di daerah Bandung. Sekarang kondisi rumah sakit tersebut masih ada dan tetap berfungsi sebagai rumah sakit yang diberi nama Rumah Sakit Dustira, sayang sekali kami tidak bisa melihatnya dengan jelas dari seberang stasiun karena terhalang sebuah truck yang parkir.

 

Langkah kaki berlanjut kearah luar stasiun sekitar kurang lebih 50 meter terdapat sebuah bangunan gedung yang cukup megah dahulu gedung ini bernama Societeit Voor Officieren, gedung ini dahulu berfungsi sebagai tempat untuk mencari hiburan, berkumpul atau bersosialisasi Warga Belanda untuk minum-minum, berdansa dansi dan menonton pertunjukan musik. Sayangnya kami para peserta Railway Heritage Trail tidak bisa memasuki gedung ini karena kini pengelolaannya telah berpindah ke tangan swasta dan berganti nama menjadi The Historich, terlihat penampakannya dari luar gedung ini telah beralih fungsi menjadi gedung pertemuan untuk berbagai acara.

 

Puas memanjakan mata walau hanya dari luar saja akan kemegahan Bangunan Societeit Voor Officieren, membayangkan isi bangunan gedung tentunya sangat megah dan mewah dengan ornament-ornamen klasik bangunan Eropa pada umumnya. Saatnya kembali ke Stasiun Cimahi untuk melanjutkan perjalanan Kembali ke Stasiun Bandung. Meluaskan pandangan mata sejenak ke seberang stasiun terdapat bangunan-bangunan lama dengan arsitektur klasik rumah Eropa pada umumnya, terlihat masih terawat dengan rapi dan sepertinya digunakan sebagai perumahan militer.

 

Kemegahan Bangunan Societeit Voor Officieren Cimahi


Para peserta Railway Heritage Trail kembali menaiki kereta api lokal untuk kembali ke Stasiun Bandung, sampai di Stasiun Bandung Lama juga dikenal dengan sebutan Stasiun Hall waktu menunjukkan sekitar jam 09.06 Wib. Kang Dicky membawa kami keliling Stasiun Hall sembari menjelaskan sejarah awal berdirinya stasiun ini, sebagian besar bangunan yang ada di stasiun masih asli dan cukup terawat ada penambahan bangunan yang bersifat untuk menunjang kelancaran stasiun seperti sky train agar penumpang lebih nyaman menuju peron. 


Stasiun Kereta Api Bandung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1884. Dibangun pada tahun 1878 – 1884 oleh Staatspoorwegen (SS) Perusahaan Kereta Api masa Hindia Belanda yang membuat jalur Bogor – Sukabumi -Cianjur – Bandung – Cicalengka. Stasiun ini merupakan hasil renovasi arsitek E.H. De Roo Tahun 1928. Bangunan Stasiun Kereta Api Bandung telah di tetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai Bangunan Cagar Budaya, Perda Kota Bandung No. 19/2009.

 


Menilik sejarah seperti yang Kang Dicky sampaikan sembari melihat photo-photo lama  yang ada dalam booklet yang dibagikan kepada para peserta, bahwa dahulu tepat di tengah Stasiun Hall terdapat sebuah Tugu/Monumen Lampu yang letaknya di depan pintu selatan stasiun.  Tugu yang dibangun pada tanggal 6 April 1925 dirancang oleh seorang arsitek yang bernama E.H. de Roo, untuk memperingati 50 tahun Staatsspoorwegen (SS) yang telah berkarya di Pulau Jawa. Bangunan Tugu itu sendiri diterangi oleh banyak lampu dan itu merupakan lampu pertama yang ada di Bandoeng, jika malam hari tiba banyak orang datang berkunjung ke Tugu Stasiun Hall untuk melihat benderangnya lampu yang menyala. Fungsi utama dari Monumen Lampu selain sebagai sarana penerangan dimalam hari juga berfungsi sebagai Titik Triangulasi dalam pengukuran dan pemetaan tata kota.

 

Sayang di sekitar tahun 1950-an Monumen Lampu tersebut dibongkar dan digantikan oleh Monumen Locomotif Uap yang dinilai lebih memiliki Nilai Sejarah yang lebih tinggi, Locomotif  Uap seri Treamlok (alat ukur tidak standar) C (roda kemudi diameter 60 mm) atau disebut dengan TC 10. Lokomotif Uap, Locomotif Uap sendiri didatangkan pada tahun 1915 oleh Perusahaan Kereta Api Staatsspoorwegen (SS) dengan menggunakan bahan bakar kayu jati sebagai motor penggeraknya. 

 

SUKARNO DAN STASIUN BANDUNG HALL

 

Para Peserta Railway Heritage Trail di Beranda Kantor Pusat PT. KAI Bandung


Udara Kota Bandung siang itu beranjak panas menyengat sementara trip belum lagi usai masih ada lokasi yang perlu di ekspor. Kami semua peserta di bawa Kang Dicky masuk di dalam stasiun dikisahkan bahwa dahulu lokasi tempat penjualan tiket berada ditempat yang sekarang berdiri beberapa Mesin ATM, dan sekarang lokasi penjualan tiket di pindah ke sebelah kiri kalau kita masuk ke dalam stasiun. Dari sekian narasi sejarah Stasiun Hall yang disampaikan oleh Kang Dicky  yang membuat saya terkesiap adalah kisah orang nomor satu pertama di negeri ini maklum saya baru mengetahui hari itu. Sukarno pernah bekerja di Stasiun Hall sebagai seorang Klerk (Staff) Kantor Kelas Satu Golongan Satu. Tugas utamanya adalah membuat daftar gaji untuk para pegawai dengan gaji sebesar 165 rupiah

 

Awalnya kedatangan Sukarno ke Bandung adalah untuk melanjutkan Pendidikan dan telah mendaftar ke Perguruan Tinggi Teknik (Technische Hogeschool te Bandoeng) kini bernama ITB. Belum lama Sukarno menempuh Pendidikan, tiba-tiba Sukarno harus menghadapi masalah keluarga yakni mertuanya H.O.S. Tjokroaminoto ditahan oleh Pemerintah Hindia Belanda karena sebagai pemimpin Sarekat Islam dituduh menggerakkan perlawan di Cimareme, Garut, karena kondisi itulah yang menyebabkan Sukarno muda harus bekerja mencari uang untuk membiayai keluarga istinya Utari Putri dari H.O.S. Tjokroaminoto. Setelah di tahan selama tujuh bulan H.O.S. Tjokroaminoto dibebaskan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal April 1922, Setelah H.O.S. Tjoktroaminoto dibebaskan Sukarno menceraikan Isterinya Utari kemudian Sukarno kembali ke Bandung untuk melanjutkan kuliah. Jurusan yang Sukarno ambil ketika itu adalah  Teknik Sipil dengan jurusan “Jalan Raya dan Pengairan” lulus dan diwisuda pada 25 Mei 1926, walaupun Sukarno mengambil spesialisasi Jalan Raya dan Pengairan tetapi minat Sukarno pada arsitektur bangunan sangatlah tinggi karena memang Sukarno sendiri senang mengambar, ada beberapa rumah yang merupakan desain dari Sukarno tetapi hasilnya tidak terlalu istimewa karena Sukarno sendiri bukanlah spesialis arsitek.


Waktu terus berjalan melanjutkan langkah menuju Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia (KAI), melalui Stasiun Hall hingga tembus ke Stasiun Baru khusus untuk pemberangkatan kereta api eksekutif. Entah berapa langkah kaki yang harus terlalui judule jauh pisan gitu yah….. hahahahaha pokoknya cukup membuat kaki eiyke gempor mana hari itu cuaca Kota Bandung sedang tak bersahabat teriknya luar biasa, walaupun semilir angin bertiup tetapi belum cukup mengusir rasa lelah maklum sudah mulai jompo….. haiya…..hahahahah. Kami masih terus menyusuri jalan raya depan stasiun hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan setelah melalui lorong yang cukup panjang. 

 

Kantor Pusat PT. KAI terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Kota Bandung. Kami para peserta Railway Heritage Trail sengaja dibawa lewat pintu belakang jadi begitu melihat bangunan dari gerbang depan wow…. saya di sugguhkan oleh sebuah bangunan gedung yang cukup besar dan megah. Kantor Pusat PT. KAI dahulunya bernama Balai Besar Bandung, lokasi ini awalnya masih berupa penginapan bernama Villa Maria. Berdasarkan peta yang dikeluarkan oleh Biro Topografi Hindia Belanda tahun 1905, Villa Maria masih berupa satu bangunan utama menghhadap gerbang masuk (kini menjadi kantor Direktur Utama, Gedung B1). Perusahaan kereta api dan trem Negara Staatsspoor en Tramwegen (SS en Tr) secara bertahap mulai menempati bekas Villa Maria sejak tahun 1916. Pada Kantor Pusat Bandung terdapat bunker bawah tanah yang diperuntukan sebagai tempat penyimpanan dokumen dan asset-aset perusahaan, tetapi kini bunker tersebut dipergunakan sebagai Musem dan di sini kita bisa melihat sejarah perjalanan kereta api dan trem yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk foto-foto yang terpampang dengan rapi dalam dinding bunker, kondisi bunker sendiri sangat kecil sehingga untuk memasuki lokasi ini harus bergantian.

 

Dahulu jawatan kereta api pada masa Pemerintahan Hinda Belanda terdapat 16 jawatan kereta api untuk wilayah Jawa dan Madura, antara lain :

1.      SS       : Staatsspoor - en Tremwegen

2.      NISM : Nederlandsch – Indishe Spoorweg – Maatschappij

3.      BOS   : Bataviasche Oosterspoorweg - Maatschappij

4.      SJS     : Samarang – Joana Stoomtram - Maatschappij

5.      SCS    : Samarang – Cheribon Stoomtram - Maatschappij

6.      OJS    : Oost – Java Stoomtram - Maatschappij

7.      SDS    : Serajoedal Stoomtram - Maatschappij

8.      MS     : Malang Stoomtram - Maatschappij

9.      KSM  : Kediri Stoomtram – Maatschappij

10.     PSM  : Pasoeroean Stoomtram – Maatschappij

11.     PbSM: Probolingo Stoomtram – Maatschappij

12.     BDSM: Babat – Djombang Stoomtram – Maatschappij

13.     MSM : Modjokerto Stoomtram – Maatschappij

14.     MT      : Madoera Stoomtram – Maatschappij

15.     BTM   : Bataviashe Tramway -Maatschappij

16.     NITM : Nederlandsh – Indische Tramweg - Maatschappij

                        

Dan kunjungan ke Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia (KAI) di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Kota Bandung, menjadi akhir perjalanan   para peserta Railway Heritage Trail, seharusnya masih ada satu destinasi lagi yang harus dikunjungi yaitu Jalan Braga, tetapi sebagian besar para peserta membubarkan diri di tempat ini karena mereka ada agenda lain, termasuk saya dan lima sohib yang memutuskan tidak ikut mengekspor Jalan Braga, sayang sebenarnya untuk dilewatkan satu destinasi lagi tetapi kondisi fisik kami tidak mengijinkan untuk itu maklum kami sudah mulai menjurus ke golongan “jompo”….. hahahahaha di tambah semalam kurang istiharat dan sore nanti pukul 18.15 harus kembali ke Jakarta.

 

kalau kata Ebit G Ade perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan…… itu sebabnya gue ikutan bergabung dengan kelima cewe-cewe ini supaya kesannya gue kagak alone and terlihat menyedihkan gitu lah yach…. hehehehe dan para sister itu adalah :

 

MIRA THESY SUMARWOTO

Lokasi Dalam Stasiun Sukabumi


Si mba yang satu ini essay going bingiiit orangnya, kalau boleh gue bilang dialah yang paling rempong bin ribet selama Railway Heritage Trail berlangsung, mulai urusan ngasih penjelasan apa saja sich yang didapat selama trip berlangsung, ngurusin ukuran size dress code, urusan bayar, booking taxi on line, nyari hotel yang harus berganti lokasi selama di Bogor dan Bandung dll pokoke judule paling riewuh dah….. tapi hal itu dilakukan tanpa beban, gue ngelihat si Mba Mimir ini sebagai orang yang sangat menikmati hidup.


Mba mimir ini baik bingiiiit loh guys….. mengeluarkan duit extra  buka kamar hanya untuk menunggu jam keberangkatan kereta yang waktunya masih lumayan agak lama sekitar lima jam lagi, karena lobby hotel sendiri kondisinya tidak memungkinkan untuk menunggu dalam waktu yang agak lama, thanks mba mimir atas kebaikan duitnya ….. hehehehe berkah rejeki yo


Awalnya Railway Heritage Trail hanya dia saja yang ikut dan menginformasikan trip ini kepada….


IDA FARIDA

Lokasi Warung Makan Perkedel Bondon


dan gue dapat info Railway Heritage Trail dari Mba Ida Far, setelah gue baca-baca itinerarynya aih… ini lokasi yang banyak jejak sejarah tempoe doloe mengenai Stasiun dan Kereta Api serta kawasan disekitarnya bagaimana sebuah stasiun itu dibangun, jalan kereta api dibangun bahkan sampai dengan terowongan.

 

Ini perjalanan gue dengan Mba Ida Far yang untuk kesekian kalinya tipikalnya ceplas ceplos sebagaimana karakter orang Surabaya pada umumnya yang cepat supel dalam bergaul, terus mba ini adalah orang yang sangat sayang dan perhatian  terhadap ibunya yang ini dibuktikan selalu menelpon setiap hari untuk bertukar sapa menanyakan kabar, terus apa saja acara untuk hari ini dan mau kemana lagi dst….. kalau mendengar Mba Ida Far telponan dengan Ibundanya gue ngerasa seolah sedang berada di Jawa Timur dan ngobrol dengan dialek jawa timuran…. nyok opo kabare sampeyan cak….. hahahahahaha


Begitu sayangnya dengan Sang Bunda sampai beli oleh-oleh khas Bandung untuk dikirim ke Surabaya….. nah lo, perilaku yang layak dan pantas untuk ditiru bukan

 

PRATIWI

Lokasi Societeit Voor Officieren Sukabumi


kalau Mba Ida far pembawaannya ceria lain lagi dengan Si Mba yang satu ini Pratiwi namanya biasa dipanggil Mba Tiwi orangnya pendiam kesan pertama kenal, tetapi kalau sudah kenal dan kita ajak ngobrol pasti akan rame juga kalau nyambung tentunya.

 

Hari itu sepertinya Mba Tiwi kurang begitu bersemangat seperti sedang ada problem yang sedang dihadapi, raut wajahnya seperti terlihat lelah jadi ikutan trip ini merupakan solusi terbaik melepas penat dari segala rutinitas harian yang menjemukan, bahkan Mba Tiwi sampai mengambil cuti demi bisa ikutan trip ini.

 

IDA MARYANA


Lokasi Depan Stasiun Sukabumi


Ini sering disebut “kembarannya” Mba Ida Far, sampai disematkan julukan Duo Ida pada mereka berdua, tetapi karakter keduanya tidak beda jauh yaitu sama-sama hobby belanja dan hobby jajan….. jadi kembarnya itu lebih tepat pada karakter yang dimiliki…… hehehehehe. 

 

Trip ini menjadi ajang reunion bagi mereka berdua setelah nyaris 3 tahun lamanya tidak bersua dampak pandemi covid 19 lalu. Setelah sekian tahun tak  bertemu dengan Mpok Ida Mar gue ngelihat tampilan baru dengan menggunakan hijab rupanya Ibadah Umroh beberapa bulan lalu membuat Mpok Ida Mar ini mendapatkan hidayah dari Allah, aamiin.

 

Satu hal yang buat gue sirik sama Ida Mar ini orangya peloooor abiiiis, nah lo itu keuntungan orang pelor dimanapun berada dan dalam kondisi apapun bisa bobo nyenyak tanpa gangguan resah dan gelisah seperti gue…….. zzzzzzzzzzz  dan….. baru tersadari saat lihat-lihat ngelihat hasil jepretan foto-foto alamak…. ternyata mpok Ida Mar ini lupa lepas masker….. huhuhuhuhu….

 

TJATURI

Lokasi Museum Bawah Tanah PT. KAI Pusat


Kami menjuluki Tjatur ini sebagai “Miss Tongsis”, kalau kita lagi trip dimanapun dan kapanpun Tjatur ini orangnya paling aktif untuk mengambil gambar, jadi kalau urusan dokumentasi Tjatur ini adalah orang yang paling update untuk membidik dan hasil bidikannya tidak hanya tersimpan dalam smartphone semata tetapi langsung share di media sosialnya dengan alasan agar foto-foto hasil bidikannya tidak hilang dan media sosial menjadi ajang untuk menyimpan kenangan sampai kapanpun, dan akan menjadi nostalgia sepanjang masa selama media sosial itu masih ada. 

 

PRINCESS SYAHRITA


Dan gue sendiri “Princess Syahrita”……. hihihhihi saat menuliskan cerita Railway Heritage Trail dalam blog ini selain menyimak tour guide dengan baik  selama jelajah berlangsung walaupun itu tidak bisa 100% maklum terkadang gue berhenti sejanak melihat kondisi bangunan yang masih ada dan membaca keterangan yang ada dan ada yang gue tidak mendengar karena meleng atau lagi sibuk pose yang tidak boleh dilewatkan….hehehehehe, jadinya gue masih harus mencari referensi, baca-baca artikel, browsing mbah google untuk mencari contekan dll karena ini menuliskan sejarah dan sejarah itu sendiri banyak versi saat gue baca jadi jangalah sampai salah dalam menulisnya.

 

Dan foto-foto yang ada dalam blok ini adalah bidikan dari kamera smartphone milik Tjatur, hari itu saya sengaja tidak mengambil foto di spot-spot yang bisa untuk dijadikan referensi karena lebih ingin menikmati suasana jelajah dan lebih ingin konsen mendengarkan Tour Guide berkisah tentang peristiwa di masa itu. 


Sayang dari kami berenam tidak beruntung memenangkan door price dari empat buku terbitan dari PT. KAI yang tidak dijual secara umum atas quis yang dilontarkan dari Kang Dicky…… aaararrrggrhhhhh kalah cepat dengan peserta yang lain atau emang kagak tahu jawabannya….. hahahahahaha……


Akhir kata miss you and love you girls …… berharap kita bisa  jelajah barengan lagi di lokasi lain yang unik dan tidak pernah kita sangka…… salam rindu

 

see you next trip girls.... by by

  

 

 


 

 

 

Komentar

  1. ebuset inces critanya lengkap beut, serasa lg menjelajah, thanks ya crita indahnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer