PERGERAKAN BOEDI OETOMO DALAM ILUSTRASI GAMBAR
BOEDI OETOMO DALAM KEMEGAHAN ARSITEKTUR
MUSEUM ARSIP NASIONAL
Salah satu museum
yang punya arsitektur indah dan masih terpelihara dengan baik adalah Museum
Nasional atau lebih di kenal dengan Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia,
terletak di Jalan Gajah Mada No. 111, Jakarta Barat 11130.
Jumat 22 Agustus
2014 lalu menyempatkan diri berkunjung sejenak ke museum ini, dengan mencuri jam
ngantor saya selama dua jam saja...., biasa lagi jenuh dengan kondisi rutinitas
yang sedang berlangsung, jadi cari jalan pintas membunuh kejenuhan dengan
mencari hiburan sejenak, mungkin bagi kebanyakan orang membunuh kejenuhan pergi
ke mall atau nongkrong di kafe-kafe.....bagi diri pribadi itu tidak berdampak
baik bagi kondisi perdompetan saya, karena yang ada jadi konsumtif dan akhirnya
bikin puyeng.....maka saya lebih suka membunuh kejenuhan dengan mendatangi
museum atau tempat yang bisa bikin tidak berdampak masalah sesudahnya.
Museum selama ini
dikenal selalu kebanyakan orang sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno dan antik
dengan kesan penuh debu dan kelabu, tetapi bagi saya museum bukan sekedar
tempat untuk menyimpan benda-benda yang umurnya sudah berabad lamanya. Menurut saya "museum merupakan interaksi diri
pribadi dengan sejarah masa lalu, dimana kita awam tentang suatu kondisi di
masa itu". Tetapi tentunya ini tergantung dari sudut pandang pribadi
masing-masing personal dalam memandangnya.
Sudah lama banget
pengen menjejakkan langkah kaki ke museum ini tetapi selalu
terlewatkan......yang ada jadinya malah mengurus "kampung tengah" di
Jhony Steak karena memang lokasinya tidak jauh dari museum ini. Bersyukur Cita-cita
saya hari itu dapat terwujud tanpa rencana bisa berkunjung ke tempat ini,
kebetulan ada pameran arsip Boedi Oetomo, dan faktanya saya satu-satunya
pengunjung yang datang pagi itu, tanpa ada petugas museum yang bisa saya
tanyai, hanya ada 2 orang satpam, terus ngga bayar alias gratis dan ngga ada
brosur apapun jadi bener-bener garing tanpa informasi, menikmati kesendirian
dalam museum tanpa kebisingan......
Secara arsitektur
bangunan museum ini terbilang megah sebagaimana bangunan Eropa pada umumnya
dengan ciri khasnya langit-langitnya yang tinggi, jendela lebar dan besar, lubang angin yang ada
pada kusen pintu dengan ukiran khas unik dan antik, dari segi kebersihan cukup
rapi dan terawat, terutama kamar mandinya sangat terawat dengan baik, belum pernah saya jumpai
dimuseum manapun selama saya trip..... Suasananya teduh apalagi halaman
belakang museum ini terdapat hamparan rumput yang luas dan terawat dengan baik.
Tetapi kali ini saya
tidak membahas tentang kemegahan dari Museum Arsip, saya berbagi cerita
mengenai suatu pergerakan yang sangat di kenal dimasa itu, mungkin diantara
kita banyak yang belum mengetahui. Organisasi Budi Utomo lahir pada tanggal 20 Mei 1908 dan
menjadi tonggak sejarah permulaan pergerakan nasional di Indonesia, yang di ilustrasikan
dalam sebuah karya seni dalam bentuk gambar.
@ Sekilas Sejarah Boedi Oetomo @
Budi Utomo (ejaan Soewandi: Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi
pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.
Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat
politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai
kemerdekaan Indonesiawalaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya
ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.
Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20
Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada hari Minggu, 20 Mei 1908 , pada pukul sembilan pagi, bertempat
di salah satu ruang belajar STOVIA , Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia
menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka
lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka
sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh
karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang harus memimpin
Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan
organisasi itu.
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami
beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin
berasal kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton,
seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo,
bekas Bupati Karanganyar (presiden
pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto
Dirodjo dari Keraton
Pakualaman.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan
penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo.
Saat itu, Douwes Dekker, seorang
Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang
mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat
pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama
makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang
sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan
ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali.
Baginya "tanah air api udara" (Indonesia) adalah di atas
segala-galanya.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo
menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya
kongres yang pertama ini, BU telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota,
yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.
Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan
bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo yang pertama. Semenjak dipimpin
oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang bergabung dari
kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang
memilih untuk menyingkir. Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu
perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat
Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama
itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk
mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan.
Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya
gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo
agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih
oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena
dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman. Karena gerakan
politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin
dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna
tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun
kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan
kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi,
misalnya, rakyat menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat
(yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk
menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya
Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat
pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya
bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia
Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai
motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.
Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo
yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa
Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi,
orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme
Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik.
Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa,
Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan
beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme
Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa
lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme,
tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.
Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa
dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme
"Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting. {sumber @
http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Utomo}
Di museum ini terdapat beberapa foto dan ilustasi
gambar serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Gerakan Boedi Oetomo, yang
saya ambil diantaranya :
@ Tahun 1907 :
Dokter Wahidin Soedirohoesodo berceramah di
Sekolah Kedokteran Stovia Batavia dan mengemukakan gagasannya untuk membentuk
studiefonds (Badan Bantuan Pendidikan) untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Ia bertemu dengan Soetomo, mahasiswa Stovia, yang mendukung gagasannya.
@ 20 May 1908 :
Soetomo {saat itu masih berumur 20 tahun}
bersama beberapa mahasiswa dari sekolah-sekolah di Jawa berkumpul di ruang
kelas untuk mengadakan rapat dan lahirlah Boedi Oetomo. Rapat itu dihadiri juga
oleh siswa-siswa dari sekolah lain di Bogor, Probolinggo, Yogyakarta, dan
lain-lain.
Nama Boedi Oetomo berasal dari bahasa jawa
berarti "berbudi luhur", diambil atas usul Soeradji dari kata-kata
Soetomo sendiri saat mengomentari ceramah Dokter Wahidin, "puniko
setunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utami {itu salah satu perbuatan
yang baik dan menunjukkan keluhuran budi}.
Dalam deklarasi itu, turut hadir pula
Mohammad Saleh, Soewarno, Muhammad Soelaeman, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan
Goembrek.
@ Juli 1908 :
Gagasan Boedi Oetomo menyebar ke sekolah lain
di Jawa. Per Juli 1908, anggota Boedi Oetomo
sudah mencapai 650 orang.
Soetomo nyaris dikeluarkan dari Stovia karena
aktivitasnya si Boedi Oetomo, teman-teman sesama Boedi Oetomo siap mengundurkan
diri dari Stovia jika Soetomo dikeluarkan. Direktur Stovia, H.F Roll membela aktivitas Boedi Oetomo di depan Dewan
guru sehingga dia tidak jadi dikeluarkan.
3-5 Oktober 1908 Kongres pertama Boedi Oetomo
diadakan di Yogyakarta. Sekitar 300 orang hadir dari beragam latar belakang
dan profesi. Haluan perkumpulan dirumuskan. Boedi Oetomo akan berfokus pada
peningkatan kesejahteraan orang Jawa dalam bidang sosial, ekoomi dan
kebuadayaan serta tidak terlibat dalam politik. Keanggotaaanya terbatas pada
suku Jawa dan Madura.
Tjipto Mangoenkoesoemo hadir dan mengutarakan
ketidaksetujuannya. Menurutnya, fokus kerja Boedi Oetomo hanya ditujukan pada
kaum priyayi Jawa saja, bukan rakyat
Jawa keseluruhan, terutama di desa-desa.
Karena masih harus menempuh masa studi, maka
kaum muda menyerahkan kepemimpinan pada kaum tua. Raden Adipati Tirtokoesoemo,
Bupati Karanganyar, dipilih sebagai ketua Boedi Oetomo yang pertama. Dr.
Wahidin Soedirohoesodo terpilih sebagai wakil ketua.
@ 28 Desember 1909 :
Arsip pengakuan Boedi Oetomo sebagai hukum {rechtpersoon}, tertanggal 28 Desember
1909. Statuta pertama Boedi Oetomo yang diajukan untuk pertama kali sebagai
organisasi badan hukum pun terdapat dalam arsip ini. Boedi Oetomo menyewa Mr.
S.J. M Wijthoff, seorang advokat untuk mengurus badan hukum kepada pemerintah
kolonial. Dalam statuta disebutkan bahwa tujuan Boedi Oetomo adalah menggalang
kerjasama antara rakyat Jawa dan Madura secara harmonis. Boedi Oetomo juga
mencurahkan perhatiannya pada bidang pendidikan, kebudayaan, teknik dan
industri, menumbuhkan kembali seni dan tradisi pribumi, menjunjung tinggi
cita-cita umat manusia pada umumnya, dan membantu meningkatkan kesejahteraan
bangsa.
@ Hubungan Boedi Oetomo dan Teosofi 16 Januari 1909
Hinloopen Labberton, perwakilan dari Himpunan
Teosofi Hindia Belanda, menyelenggarakan ceramah di depan anggota Boedi Oetomo
tentang hubungan teosofi dan Boedi oetomo, termuat dalam buku Theosophie
oentoek Boedi Oetomo.
@ 9 September 1909
Tjipto Mangoenkoesoemo, Komisris Pengurus
Besar Boedi Oetomo, mengajukan usul agar Boedi Oetomo meluaskan keanggotaanya
bagi seluruh orang-orang Hindia dalam rapat Pengurus Besar Boedi Oetomo di
Yogyakarta. Usul tersebut ditolak dan Tjipto Mangoenkoesoemo mengundurkan diri
dari Boedi Oetomo. Saat tu anggota Boedi Oetomo mencapai 10.000 orang di 40
cabang.
@ Media Boedi Oetomo Juli-Septermber 1910
Majalah Verslag Boedi-Oetomo diterbitkan
menggunakan bahasa Melayu. Majalah Goeroe Desa diterbitkan oleh Boedi Oetomo,
ditujukan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan dan berisikan
informasi mengenai teknik-teknik pertanian.
@16 September 1911
R.T. Tirtokusumo terpilih sebagai ketua Boedi
Oetomo untuk masa jabatan kedua, namum dalam pelaksaannya ia memutuskan untuk
meletakkan jabatannya karena konflik internal organisasi.
@ Peran Boedi Oetomo dalam Rencana Milisi Boemipoetra 1914-1916
Boedi Oetomo mendukung pembentukan milisi
boemipoetra untuk mempertahankan Hindia Belanda. Gagasan ini ditentang oleh
Sarekat Islam Semarang yang berhaluan kiri. Gagasan pembentukan milisi ditolak
pemerintah kolonial namun pembentukan Dewan Rakyat {Volksraad} diterima. Boedi
Oetomo berpartisipasi di dalamnya.
@ Aktivitas Boedi Oetomo : Perselisihan dengan
Regentenbond 1913
Regentenbond 1913
Para Bupati {yang merupakan priyayi tinggi
Jawa} yang tergabung dalam Boedi Oetomo memisahkan diri dan membentuk
Regentenbond karena merasa statusnya terancam oleh dominasi priyayi rendahan
dalam Boedi Oetomo. Pada 12 November 1913 sekelompok bupati mengajukan
pendirian "Perhimpunan Bupati-Bupati", {Vereeniging van Regenten}.
@ Peran dalam Volksraad 1917 – 1918
Haluan pergerakan Boedi oetomo berubah dari
gerakan sosial-budaya menjadi gerakan politik dengan tuntutan otonomi dan
perlemen untuk orang-orang pribumi {volksraad}. Volksraad dibentuk di Batavia,
wakil-wakil Boedi Oetomo duduk di dalamnya.
Arsip ini memuat keterangan tentang sebuah
komisi di dalam volksraad yang dipimpin oleh J.C. Pabst, dengan anggota
Dwidjosewojo {Boedi Oetomo}, Koesoemo Oetoyo, Tjipto Mangoenkoesoemo, Abdul
Rivai dan W.M.G Schumann yang bertugas menyusun konsep wajib militer untuk boemipoetra di Hindia Belanda.
@ Boedi Oetomo dalam Garut Affaire 1919
Haji Hassan dari Cimareme melakukan
perlawanan terhadap pemerintah dengan menolak membayar pajak padi. Dia tewas
terbunuh di rumahnya dalam sebuah pengepungan polisi. Insiden ini menimbulkan
reaksi beragam. Pemerintah Kolonial dianggap kurang tanggap dalam memberikan
penjelasan. Beberapa anggota Volksraad mengusulkan agar bisa pergi ke Garut
untuk menyelidiki peristiwa tersebut. Wakil Boedi Oetomo di dalam Volksraad
berpidato menyetujui gagasan itu. Namun beberapa hari kemudian, saat voting
dilakukan, hanya Sastrowidjosewojo, yang semula setuju, malah menolak.
Sementara itu Radjiman memilih tidak memberikan suaranya.
@ Radikal dan Berfusi Tahun 1921-1922
Boedi Oetomo mulai menempuh jalan politik
revolusioner dengan mempertanyakan kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Boedi
Oetomo membentuk komite yang menyokong pemogokan pegawai pegadaian {Januari
1922} dan menuntut pelepasan ratusan pemogok yang ditangkap. Karena ini,
pemerintah menganggap Boedi Oetomo telah menjadi organisasi "kiri".
@ 1923-1924
Golongan tua dan muda mulai bertentangan
terkait arah pergerakan, dipengarui oleh perkembangan pergerakan di India {non-kooperatif}
dengan pemerintah. Golongan muda ingin Boedi Oetomo menjadi non-kooperatif,
sedangkan golongan tua menolak dan berusaha menghapus anggapan golongan
"kiri" tersebut. Golongan tua menang dalam kongres Boedi Oetomo pada
tahun 1924; menyetir Boedi Oetomo kambali ke jalur kebudayaan.
@ 1925-1927
Kepengurusan Boedi Oetomo jatuh ke tangan
golongan muda. Kedudukan pengurus besar dipindahkan ke Semarang pada kongres
April 1925. Boedi Oetomo bergabung pada Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia {PPPKI} pada Desember 1927. Suara untuk
menjadikan Boedi Oetomo sebagai organisasi yang terbuka bagi semua orang
Indonesia mulai berkemuka.
@1928-1929
Kongres tahun 1929 menyetujui penambahan satu
kalimat dalam anggaran dasar Boedi Oetomo, yakni ikut serta melaksanakan
cita-cita persatuan Indonesia.
@ 1930-1931
Boedi Oetomo membuka keaggotaan untuk semua
orang Indonesia. Kongres tahun 1931 menugaskan para anggota Boedi oetomo untuk
berusaha mempersatukan perkumpulan-perkumpulan yang berkebangsaan Indonesia.
@1932-1934
Kongres Boedi Oetomo pada Desember 1932
memutuskan mengubah haluan pergerakan secara radikal; mencapai Indonesia
merdeka.
1933-1934 adalah saat di mana Boedi Oetomo
menentang keras pembatasan hak berserikat dan berkumpul setelah partai-partai
pergerakan nasional diberangus pemerintah. Komisi fusi BO-PBI {Persatuan Bangsa
Indonesia} dibentuk pada Januari 1934.
@1935
Kongres Boedi Oetomo terakhir dan kongres
peresmian fusi berlangsung pada 24-26 Desember 1935 dan lahirlah Partai Indonesia
Raya {Parindra}.
@ Petisi Boedi Oetomo mengenai Desa Onderwijs
Arsip ini memuat informasi tentang usulan
Boedi Oetomo kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk menaikkan gaji pengajar
sekolah di desa. Selain itu, Boedi Oetomo juga mengajukan perbaikan kondisi
sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan bagi rakyat di banyak pedesaan di Jawa.
Sukarno menyampaikan pidato peringatan hari
kebangkitan nasional pada 20 Mei 1948, tiga tahun setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia {17 Agustus 1945}. Itulah pertama kalinya hari kebangkitan nasional
diperingati.
Dalam pidatonya, Sukarno menjelaskan kisah
awal pergerakan nasionalis. Dia mengacu kepada pendirian Boedi Oetomo dan
lahirnya organisasi lain. Sukarno merujuk kepada Boedi Oetomo karena jadi
organisasi bumiputera pertama di Indonesia.
Sebagai alat-perdjoangan jang moderen itu,
maka semula didirikan Budi Utomo, Serikat Islam, Indische Party dan pelbagai
organisasi Rakjat lainnya. Semua organisasi rakjat ini kemudian bertumbuh dan
berkembang terus menjadi isi keseluruhan djiwa pergerakan kemerdekaan
nasional.... Pidato Presiden Sukarno, 20
Mei 1959.
Obat Aborsi Pil Penggugur Kandugan
BalasHapusPil Obat Aborsi