RIJSTAFFEL ROMANTIS DI GUDANG REMPAH-REMPAH


ROMANSA SENJA MUSEUM BAHARI


Peserta Komunitas Jelajah Budaya

Gerimis nyaris tiada henti di sepanjang hari Sabtu 18 Maret 2017, tetapi hal itu tidak menyurutkan langkah kaki bagi Para Peserta Jelajah Kota Toea menyusuri Museum Bahari menikmati “Senja di Gudang Rempah-Rempah”, itu tema yang diambil oleh Komunitas Jelajah Budaya kali ini.

*MENARA SYAHBANDAR*

Menara Syahbandar

Adalah “Rijsttafel” yang menjadi puncak acara utama dari jelajah hari itu, tetapi untuk sampai pada puncak acara yang dinanti, terlebih dahulu para peserta jelajah di ajak berkeliling Museum Bahari untuk melihat kejayaan Batavia di masa lampau.


Museum Bahari Merupakan Cagar Budaya

Di mulai dari Menara Syahbandar yang tingginya sekitar 18 M, menuju lantai atas menara ini harus menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu dan jarak anak tangga yang satu dengan lainnya jaraknya tidak dekat, jadi mesti berhati-hati terlebih sore itu cuacanya redup karena mendung dan dalam ruangan tidak begitu terang, diperlukan kewaspadaan tersendiri untuk melangkahkan kaki dari 1 anak tangga ke anak tangga yang lainnya, saya merasakan hal yang tidak nyaman karena tidak ada penerangan di tempat ini.

Menara Syahbandar di malam hari terlihat elegan

Menara ini dibangun secara bertahap pada tahun 1652 sampai dengan 1771, sudah berumur ratusan tahun tetapi bangunan ini masih berdiri kokoh walaupun kini tidak sempurna karena kini kondisinya mulai agak miring, hal ini disebabkan oleh abrasi jalan yang mulai turun karena jalanan depan museum ini di lewati oleh kendaraan besar dan berat. Jadi ketika kita berada di puncak menara bilamana ada kendaraan besar seperti tronton lewat, maka kita akan merasakan goncangan tersebut....nah ngeri bukan, kebayang dah kalau yang lewat tronton secara berkanvoi.....hauduh yang ada pasti jejeritan kacau balau dah itu.....hehehehe berasa naik kora kora
 
Penampakan Pelabuhan Sunda Kelapa


Keistimewaan dari menara ini adalah penggunaan kayu dalam menara yang masih terawat dengan baik, bercat merah dan tidak menggunakan paku antara kayu yang satu dengan kayu lainnya, tetapi menggunakan pasak yang terbuat dari kayu pula, berlantai kayu papan, konon menurut keterangan tour guide hari itu Menara Syahbandar ini kondisinya masih orisinal.

*PANORAMA di ATAS MENARA*
Gudang Rempah-rempah di Jaman VOC

Dari puncak menara kita di sugguhkan oleh panorama sekitar teluk utara Jakarta, terlihat dari kejauhan Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Pintu Air Pasar Ikan, Muara Sungai Ciliwung, dan gudang-gudang yang dahulu di gunakan oleh VOC digunakan untuk menyimpan rempah-rempah. Bangunan gudang di sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen dan bangunan gudang di sisi timur dikenal dengan sebutan Oostzijdsche Pakhuizen.
 
Pintu Air Pasar Ikan
Pada saat kedudukan Bangsa Kumpeni di Batavia Museum Bahari ini di pergunakan untuk menyimpan hasil bumi rempah-rempah bangsa kita untuk kemudian di ekspor ke Eropa. Tetapi saat Batavia diduduki Bangsa Jepang museum ini dipergunakan oleh mereka untuk menyimpan logistik para tentara.

Kaligrafi Cina yang terdapat di samping tangga

Di tahun 1976 tempat ini oleh pemerintah Republik Indonesia di jadikan Cagar Budaya yang harus dilindungi, dan setelah dipugar pada tahun 1977 diresmikan menjadi Museum Bahari pada tanggal 7 Juli 1977. Di menara ini kita bisa melihat foto-foto lama dari jaman ke jaman tentang tempat ini, yang kalau di perhatikan dengan cara seksama kondisinya jauh lebih terawat di jaman itu, terlihat begitu bagus dengan ciri khas bangunan benteng gaya klasik Eropa. Dibanding sekarang jauh berbeda karena lingkungan di sekitarnya kumuh sehingga pesona dari Museum Bahari tidak tampak seperti bangunan sejarah yang terawat,hem....ini kira-kira jadi tanggung jawab siap yah...??? sudah pasti bukan tanggung jawab gue lah ya.....hahahahaha

*KELILING MUSEUM BAHARI*


Urusan menara bereslah sudah tereksplor dalam wacana dan penalaran para peserta masing-masing, ada yang faham, faham sekali ataukah gagal faham..... hayo....termasuk yang manakah anda...??? qik...qik...qik. Langkah kaki berlanjut turun kebawah untuk berkeliling dari satu gudang ke gudang lain, rinai gerimis masih turun cukup deras sore itu, tetapi jelajah masih terus berlangsung lanjut menuju sisi luar gudang terlebih dahulu.  Jalanan menuju dalam gudang melewati lingkar luar disugguhkan oleh jalanan bebatuan bercampur sampah dengan aroma bebauan sampah, melalui pintu kecil yang kondisinya sangat miris dengan anak tangga yang tidak beraturan menyeberangi genangan air di atas bentangan papan yang kondisinya licin, lubang dan tidak rapat, menitinya pun harus berhati-hati langkah demi langkah hingga sampai ujung seberang.



Gue takjub di sepanjang kubangan air yang menyerupai danau ada kehidupan, deretan rumah-rumah bedeng berderet rapat sepanjang tepian sisi, miris melihatnya dengan kasat mata langsung, berpuluh pertanyaan berkecamuk dalam jiwa, bagaimana mereka bisa hidup dan tinggal di tempat ini, bagaimana kalau hujan turun, debit air makin naik, para gerombolan nyamuk dan hal-hal lain yang tidak nyaman lainnya, membuat gue harus lebih bersyukur dan kian menundukkan diri bersimpuh di hadapanNya bahwa gue masih bisa hidup layak. 

*RUANG SATU KE RUANG LAIN*

Melangkahkan jejak kaki menuju ruangan museum yang di kenal pula dengan Museum Maritim, gue seakan terseret dalam arus waktu masa itu, masa dimana VOC berkuasa menjajah bangsa Indonesia dan melihat orang-orang pribumi menjadi budak mereka hilir mudik mengangkut hasil rempah-rempah dari kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan menuju gudang dan sebaliknya, menyayat rasanya melihat rakyat sendiri menjadi budak para kumpeni saat itu.....rasanya pengen bingiiit gue selepet itu para kumpeni itu.....hehehehe



Hal yang positif di saat VOC  berkuasa di jaman itu kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi masyur sehingga secara tidak langsung menjadikan pesatnya perdagangan di Batavia, dengan banyaknya kapal-kapal dagang yang bersandar di pelabuhan menjadikan roda perekonomian menjadi maju.


Museum ini sangat amat besar dan luas nyaris tanpa ruang-ruang bersekat, dinding bangunannya sangat tebal dan kokoh, tiang-tiang penyangga terbuat dari kayu jati terdapat di setiap ruangan menambah detail ruangan menjadi lebih serasi berpadu dengan ketebalan tembok dinding. Dari setiap kayu-kayu jati yang ada di setiap ruangan terdapat tulisan angka pembuatan dari masing-masing kayu, sungguh unik di jaman itu justru arsitektur sudah sedemikan majunya, mereka mengutamakan kuantitas dan kualitas nilai bangunan yang masih kokoh berdiri hingga kini. Saking luas dan besarnya tempat ini kira-kira kalau di bikin.....kontrakan bisa seribu pintu kelles.....hehehehehe

*PENATAAN RUANG MUSEUM*


Penataan Musuem Bahari ini disusun secara tematik, masing-masing koleksi dan informasi terbagi ke dalam masing-masing ruang, yaitu:
1. Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia
Koleksi yang dipamerkan: miniatur kapal dan peralatan nelayan.

2. Ruang Teknologi Menangkap Ikan
Koleksi yang dipamerkan: pancing, bubu, dan jaring.

3. Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional
Koleksi yang dipamerkan: teknologi dan sentra pembuatan kapal

4. Ruang Biota Laut
Koleksi yang dipamerkan: aneka jenis ikan, kerang, tumbuhan laut, dan dugong (putri duyung).

5. Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000 (Pusat Perdagangan Dunia)
Koleksi yang dipamerkan: artefak-artefak yang berhubungan dengan kesejarahan pelabuhan di Jakarta pada rentang tersebut, termasuk meriam, keramik, dan benteng

6. Ruang Navigasi
Koleksi yang dipamerkan: kompas, teleskop, dan sejumlah alat bantu navigasi

7. Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa
Koleksi yang dipamerkan: foto-foto dokumentasi mengenai pelayaran kapal uap pertama dari Eropa ke Asia.

8. Ruang Navigator Dunia
Koleksi yang dipamerkan: patung-patung navigator indonesia maupun dunia yang pernah singgah di Indonesia.

9. Ruang penyimpanan rempah-rempah
Koleksi yang dipamerkan: beberapa sisa rempah-rempah peninggalan VOC.

10. Ruang pedagang dunia yang pernah singgah di nusantara

dalam puncak Menara Syahbandar

Oh ya guys.....gue tidak menceritakan ruangan museum ini dengan detail ya, secara tour guidenya juga kecepetan ngemengnya, terus langkahnya cepet pula dari satu tempat ke tempat lain, jadi gue kaga konsen ngedengarnye alias gagal faham, belum lagi jumlah peserta yang banyak berseliweran kesono kemari buat to foto...narsiiiis di setiap angel yang di rasa unik, gue sendiri saja mau to foto rempong karena gagal selfie dan minta tulung sama peserta lain hasilnya malah kabur kaga jelas.....waduh rasanya kesel-kesel gimana gitu....hiks....hiks...hiks... Mas Wege mbok ya lain kali kalau ada 2 group jangan cuma konsen di salah satu group saja ye....jadinya group yang satunya jadi anak tiri.....ups! bener ngga ya...??? hehehehehe

*PUNCAK ACARA*

Es Selendang Mayang asli Betawi....suegerrr teniiiin

Rijstaffel merupakan puncak acara yang ditunggu oleh semua para penjelajah Kota Toea, secara sudah dahaga, lapar dan lepek, kucel bin lecek bagi yang keujanan dan tak berpayung pada hari itu....termasuk gue. Begitu jelajah museum usai para peserta di sambut dengan berebutan segelas “es selendang mayang” ya guys bukan selendang sutera.....hihihihihi sebagai menu pembuka, cukup lumayan menghilangkan dahaga sejenak.


kami team risjstaffel siap melayani anda....yuhuuuuuu
Memasuki kafe museum kondisinya tidak jauh beda dengan tempat gue keliling tadi, kursi-kursi berjalin rotan berpadu dengan kayu sederhana berpasangan dengan meja kayu bundar, sesuai dengan suasana kafe menyatu menjadi furniture selaras dengan lampu-lampu gantung sederhana. Design interior kafe ini tidak mewah mungkin hal ini menyerasikan dengan kondisi museum agar suasana tempo doeloenya menjadi dominan.

*RIJSTTAFEL*

Sajian Ala Rijstafeel

Apa itu rijstaffel....??? rijsttafel kui bohoso londo yang artinya “meja nasi”. Berawal dari kekaguman para Meneer-Meneer Belande terhadap Raja-Raja Jawa di Kraton Solo dan Jogyakarta, dimana pada saat para raja ini mengundang tamu kehormatan untuk menjamu makan siang bersama, setiap jenis makanan diantarkan oleh perempuan-perempuan nan jelita dengan membawa nampan, berkeliling dari satu meja menuju meja yang lain hingga usai. Jumlah pembawa nampan disesuaikan dengan jumlah hidangan yang disajikan, jadi setiap orang pelayan membawa 1 makanan.



mantap.......

Kemudian oleh Bangsa Belanda konsep rijstaffel ini diadopsi oleh mereka dengan cara mempermalukan bangsa kita. Mengapa dipermalukan....??? orang-orang Belanda kedudukannya tidak ingin sederajat dengan kaum inlander (pribumi), sehingga mereka memperkejakan para “Jongos” (pelayan laki-laki) muda untuk melayani mereka. 

silahkan menikmati kakak...kakak....cantiq.....

Para jongos ini berpakaian rapi bersih baju putih sebagai atasan dan menggunakan ikat kepala, serta dilarang menggunakan alas kaki, hilir mudik melayani para kumpeni pada saat jamuan makan siang dan malam. Sejarah tentang rijstaffel ini banyak berbagai versi dan sumber, satu sama lain ada sedikit perbedaan disana sini, jadi tinggal bagaimana anda memahami dan menela’ah memandang arti dari rijstaffel itu sendiri.


Tak terkecuali hari itu para penjelajah Kota Toea menikmati sajian ala rijsttafel dengan menu : Nasi, ayam goreng serundeng, tempe bacem goreng, perkedel kentang, sambel goreng ati, lalapan, sambel dan kerupuk. Dan sebagai hidangan penutup disajikan puding dalam kemasan.

ini namanya perkedel mister.......bukan oncom ye....hehehehe



Sayang jumlah penyaji rijstaffel hanya satu team, nah kebayang kan para peserta yang jumlahnya + 50 orang harus dengan amat sabar menunggu giliran di datangi oleh mereka, waduh kebayang lamanya itu....ganjel kue semprong dan kembang goyang, plus bebera snack sponsor dari Mba Grace Tanus tidak mampu membendung naga ngamuk nagih jatah saatnya di empanin .....hahahahaha.....hauduuuuuh nyaris hilang rasa sabar gue mana kala saat penyaji itu lewat depan meja gue ternyata tidak berhenti, tapi justrus berbalik arah ke meja sebelah.....rasanya....pengen lari ke pantry ngambil jatah sendiri.....huahahahahahahaha. sekedar saran buat panitia lain kali jumlah penyaji di sesuaikan dengan jumlah peserta ya....supaya menunggunya tidak terlalu lama, jangan meja-meja awal sudah selesai menikmati hidangan meja lain masih harus mangyun nunggu giliran.....hehehehehe


walaupun kami 3 L kami tetap tersenyum melayani anda, tengkyu ya guys......


Dengan berakhirnya jamuan ala rijstaffel, maka berakhirnya keseluruhan acara pada hari itu, dan seperti bisa sudah menjadikan suatu kewajiban sesi foto-foto itu penting dan tidak boleh terlewatkan, selain sebagai kenangan bagi para peserta yang ikut dan dokumentasi arsip bagi pihak Komunitas Jelajah Budaya sebagai penyelenggara acara.

Gue Yang Nulis nich Catper......manis kan yah....uhuk

Akhirnya gue si manis “marita setyaningsih” ....bukan si manis jembatan ancol ye...menutup catatan perjalanan. Ini merupakan kali kedua gue mengikuti rijstaffel, yang pertama kali ikut diadakan di Museum Bank Mandiri, secara keseluruhan sepertinya acara berjalan lancar, kali ini gue banyak sekali bertemu dengan para peserta baru, mungkin pula ada anggota KJB yang sudah lama muncul kembali dan gue belum mengenalnya, berbagai usia komplit dari yang belia muda hingga lanjut, berbagai karakter pun lengkap, ada yang serius menyimak tour guide, ada yang rajin foto-foto, ada yang asyik menyendiri, ada yang selalu harus bersama rombongannya, ada yang harus berdua dengan pasangannya tanpa terpisahkan....dll....hehehehe kepo bingiiit yah gue.

Kalau KJB bikin acara seperti ini secara tidak langsung menjadi ajang mini reunian bagi para pesertanya untuk saling tegur sapa, menanyakan kabar, sudah traveling kemana saja yah kamu, ada yang cerita baru pulang liburan dari kota C, negara G, ada yang sibuk dengan gaweaan hingga jarang ikutan, ada yang baru melahirkan, ada yang baru sembuh dari sakit, dan rumpian-rumpian lain yang gue juga kaga ngarti....hehehehe.

Remang senjapun berganti malam, saatnya harus meninggalkan lokasi menuju pulang, ini rebet buat gue secara tidak mengenal kawasan ini di malam hari, jadi terkesannya tidak familier dan horor karena saat menuju lokasi ini saya sempat nyasar....hehehehe, terpaksa cari tebengan yang bawa mobil, ternyata si mba yang saya mau tebengi tidak lewat stasiun kota mau bablas tol, cari lagi....ternyata si bapak yang mau saya tebengi juga tidak lewat stasiun kota bablas via tol....nanya sama mba-mba yang tidak bawa kendaraan ternyata sudah punya teman naik bajaj menuju stasiun kota, waduh rebet dah kalau yang namanya nebeng, mutusin naik ojek on line wae. Ternyata....oh ternyata...di saat sesi futu-futu....gue ngelihat Bang Sahat ini adalah orang terakhir yang mau saya tebengi kalau beliau tidak lewat stasiun kota maka mutusin naik ojek....alhamdulillahnya beliau bersedia gue tebengi, akhirnya duduk dengan nyaman bersandar manja di sedan mewah beliau hingga stasiun kota rasanya mak nyesss.......hihihiiiii norak bingiiit ye gue, sayang hanya sekejab....coba diantar sampai BSD itu ngelunjak namanya.....hahahahaha, terima kasih ya Bang Sahat dan Kak Ani, lain kali gue nebeng lagi ye....hehehehe



Hari itu saya bertemu dengan Mas Kartum sebagai Sang Empunya Komunitas Jelajah Budaya yang memboyong keluarganya, Mas Wege sebagai tukang jepret, Nila sebagai tukang koar-koar. Jumpa pula dengan wajah-wajah lama yang sudah saya kenal seperti : Bang Sahat, Bang Andi, Pak Bambang, Kak Ani, Bu Sita, Bu Ratu, Bu Icha, Mba Ida, Ida Maryana, Mba Respati, Mba liza, Mba Grace, Mba Woro, Samanta dan wajah-wajah baru yang baru gue lihat hari itu. Mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para penyaji rijstaffel yang tentunya telah berusaha bekerja dengan sangat baik, gue tau melayani banyak orang bukan hal mudah dilakukan, tetapi mereka tetap mengembangkan senyuman walaupun mereka sebenarnya lelah dan capek.

Ada pertanyaan yang sangat mengelitik saat MC Nila menanyakan kira-kira lokasi mana lagi yang mungkin dilakukan rijstaffel......harusnya waktu itu saya menjawab : sebuah museum khusus yang bisa di eksplor dengan menggunakan Kereta Wisata......dimanakah itu......gubrak dah pasti para peserta Jelajah Semarang – Ambarawa tahu tempat ini komplit dengan alasannya.....hahahahahaha, nampaknya ok juga tempat ini di adakan rijstaffel.....ya guys, terbayang keliling museum dilanjutkan dengan menggunakan Kereta Wisata, begitu kembali di sambut dengan senyum sumriggah sang penguasa stasiun dan mempersilahkan para tamunya menikmati sajian ala rijstaffel.......yuhuuuuu, mimpi yang terindah jelmalah dalam nyata.......hahahahaha
 

Kira-kira itu cerita perjalanan gue menyusuri jejak-jejak gudang rempah-rempah di masa jaman kejayaan VOC dengan kondisi terkini, berharapnya Museum Bahari ini tetap ada dan terawat itu yang paling penting, karena merawat itu bukan suatu hal yang mudah.#salamjelajahbudaya



Komentar

Postingan Populer