TONGGAK SEJARAH MARITIM INDONESIA


HAI GUYS BELAJAR SEJARAH ITU KEREN LHO.......

  


Belum bosan mengeksplor mall atau masih terus browsing buat belanja on line.....??? yakin masih mau numpuk baju lagi dalam almarimu yang sudah penuh sesak itu...... terus tas dan sepatumu yang jumlahnya lebih dari 5 pasang itu juga masih kurang.....??? coba sesekali kamu ganti haluan melirik tempat yang bisa bikin kamu takjub, tempat yang semula tidak ngerti fmenjadi paham, terus duit kamu juga jauh lebih hemat......

Yups.......!!!! tempat ini tempat itu bernama MUSEUM, ups.....!!!! lantas apa asyiknya sich jalan-jalan ke museum...? cuman buat ngelihat benda antik, kuno, usang, kelabu dan penuh debu...... eiiiit entar dulu, itu mungkin museum jaman dahulu saat ini museum-museum kita sudah mulai bebenah diri berhias sesyantiik mungkin menebar pesonanya agar di lirik untuk bisa memikat siapapun yang melihatnya



Ibukota Jakarta punya museum baru namanya MUSEUM MARITIM INDONESIA, museum ini bener-benar fresh karena baru saja soft launching pada 07 Desember 2018 lalu. Lantas apa yang menarik dari museum ini dan layak untuk di kunjungi.....??? selain adem, bersih dan tertata dengan apik, tata letak museum di susun berdasarkan awal mula perjalanan maritim di Indonesia, jaman penjajahan Belanda, hingga perkembangan maritim Indonesia hingga sekarang. Yang pasti di museum ini dipamerkan berbagai artefak perjalanan sejarah pelabuhan-pelabuhan di Indonesia serta perjalanan bangsa Indonesia menjadi bangsa maritim.

Bagi yang doyan pecicilan ke museum, tempat ini layak buat di kunjungi karena meseum ini menawarkan hal yang berbeda dan menarik buat di eksplor, karena di tempat ini kita bisa belajar awal sejarah maritim Bangsa. Dan bagi yang hobby dengan kapal di museum ini kita bisa melihat replika kapal-kapal unik nan sangat menarik di jaman itu, sungguh karya yang luar biasa.

RUTE PERJALANAN PENJELAJAH PERTAMA


Rute perjalanan penjelajah pertama sejarah alam membentuk wilayah Indonesia berselang seling antara daratan dan lautan. Manusia paling awal penghuni kepulauan ini, Homo Erectus, yang tiba di Nusantara sejak lebih dari sejuta tahun lalu pun harus mampu menghadapi di lingkungan ini. Mereka terbukti telah melakukan pelayaran dengan rakit bambu menyebrangi selat di antara pulau-pulau dari Jawa hingga ke Flores. Karena itu mereka disebut Penjelajah Laut Pertama, The First Marinir.

PETA AUSTRONESIA


Di museum ini terdapat Peta Austronesia, budaya kepulauan nusantara berkembang amat pesat ketika para penutur bahasa Austronesia mulai bermigrasi ke wilayah ini sekitar 2.000 tahun yang lalu, sekelompok nelayan di Cina Selatan dan Formosa, Taiwan, mulai berlayar ke Filipina dan beradaptasi dengan lingkungan kepulauan dan mulai mengembangkan teknologi pelayaran jarak jauh, di antaranya adalah perahu kano ganda. Dari kepulauan ini, mereka menyebar lebih luas lagi ke berbagai penjuru Nusantara hingga ke Melanesia.

MATARAM KUNO


Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 hingga ke 10) berpusat di pedalaman Pulau Jawa tetapi memiliki beberapa pelabuhan di pantai utara, sekitar Pekalongan dan Semarang. Kerajaan yang diperintah oleh dua klan beragama Hindu dan Budha ini, memiliki jaringan perdagangan yang luas di Asia Tenggara. Pengaruhnya di kawasan ini dibuktikan dengan temuan Prasasti Laguna di Manila. Klan yang beragama Budha erat berhubungan dengan Sriwijaya di Sumatera. Salah satu relief di Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 terdapat PAHATAN KAPAL yang menunjukkan adanya pelayaran di samudra.

PRASASTI LAGUNA


Replika Prasasti Keping Tembaga Laguna (900 Masehi) yang menunjukkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Pulau Luzon pada awal abad ke-10 Masehi. Prasasti ditemukan pada tahun 1989 di Laguna de Bay, Filipina, ditulis dengan aksara Kawi dan menggunakan bahasa Melayu Kuno. Saat ini Prasasti Laguna berada di Museum Nasional Filipina.



Setelah kejayaan Kerajaan Majapahit surut, muncul Kerajaan Islam di Melaka, Samudra Pasai (Sumatera), dan Demak Jawa Tengah. Semua kerajaan itu besar karena mengandalkan perdagangan melalui jalur laut. Ketika itu Asia Tenggara justru mengalami “Revolusi Perdagangan”. Pada tahun 1511 Portugis menyerang dan menguasai Melaka. Sejak saat itu para pedagang muslim menyebar ke wilayah lainnya di Nusantara.

BANGSA EROPA


Selama abad ke-15 dan ke-16, peradaban Eropa mengalami perubahan besar yang mengubah dunia. Perubahan itu ditandai dengan tiga gerakan penting yaitu reformasi agama kristen. Rennaissance, dan Penjelajahan Lautan. Menurut sejarahwan Arnold Toynbee, perubahan hubungan Eropa Asia dari jalur darat ke jalur laut membawa bangsa barat mampu menyatukan dunia, baik yang dihuni maupun tak berpenghuni. Perubahan kiblat ke lautan dipicu oleh sejumlah penemuan penting di bidang kelautan, khususnya teknologi kapal dan alat navigasi.

KEKUATAN ARMADA DAGANG VEREENIGDE OOST-INDISCHE COMPAGNIE (VOC)



Sejak tahun 1602-1795 VOC memiliki sekitar 4721 kapal berlayar dari Belanda ke Asia dan 3356 kapal berayar dari Asia ke Eropa, 2292 di antaranya berlayar dari Batavia. Total awak kapal yang diangkut sebanyak 973.000 orang dari Belanda dan 366.900 orang dari Asia.
Selama tahun 1640-1688 nilai barang dan komoditas yang berhasil diangkut samapai ke Belanda mencapai sekitar 150 gulden. Sementara barang dan uang yang dikirim ke Asia sebagai modal mencapai 120 juta gulden.

Setiap dekade, keuntungan yang diperoleh VOC mencapai sekitar 10 juta gulden. Namun, memasuki abad ke-18 hingga keruntuhannya pada tahun 1799, VOC terus mengalami kerugian karena korupsi dan peperangan dengan Inggris.


PELABUHAN MASA KOLONIAL
(Perubahan VOC menjadi Pemerintah Hindia Belanda)




Setelah hampir 2 abad lamanya VOC malang melintang di Nusantara, akhirnya serikat dagang Belanda ini runtuh karena korupsi dan beban perang. Pemerintah Belanda segera mengambil alih seluruh aset dan kuasanya. Lalu, dibentuklah pemerintahan Hindia-Belanda dengan pusatnya di Batavia.

Di bawah administrasi kolonial ini, pelabuhan dan perdagangan laut diatur dengan lebih ketat. Baru setelah gerakan liberalisasi menguat pada sekitar tahun 1820 pemerintah Hindia-Belanda melonggarkan peraturan dan muncul investasi-investasi yang mampu meletakkan dasar modernisasi pelabuhan dan pelayaran di Nusantara. Sejumlah perusahaan kapal membangun armada pelayaran yang kuat dan menata pelabuhan hingga lebih modern.


MODERNISASI PELABUHAN & PELAYANAN di HINDIA BELANDA



1. KPM dan Perusahan Pelayaran Lainnya
Pada masa Liberalisai perekonomian di Hindia Belada (kemudian menjadi Indonesia), Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM) muncul sebagi perusahaan pelayaran terbesar yang berusaha mengembangkan jaringan pelayaran ke seluruh pelosok negeri.
Selain KPM wilayah Hindia Belanda juga terdapat beberapa perusahaan swasta lain di sektor pelayaran, seperti Rotterdamsche Lioyd (1870), Stoomvaart Maatschappij Nederland (NSN 1870), Java-China-Japan (1902), dan Java Australia (1911).

2. Armada Kapal
Perusahan-perusahan pelayaran di Hindia Belanda pada umumnya memiliki armada kapal bermesin uap dan bertonase besar (1150-300 ton), sehingga lebih cepat, terjamin aman, dan jadwal lebih teratur. Berikut jenis kapal yang mereka miliki.

3. Modernisasi Pelabuhan
Proses modernisasi pelabuhan-pelabuhan besar dilakukan dengan peningkatan fasilitas yaitu pengerukan kolam pelabuhan hingga kedalaman lebih 10 meter, memperlebar gerbang laut masuk pelabuhan, memperbarui alat-alat berat untuk bongkar muat (crane), memperluas gudang dan membuka kantor perwakilan perusahan pelayaran domestik maupun internasional. Hubungan dengan jaringan transportasi lain, khususnya kereta api, mulai dilakukan.

4. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan
Memasuki abad ke-20 pemerintah kolonial sudah memilki Cetak Biru tentang pengembangan pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa.
Pada tingkat yang lebih kecil, modernisasi juga dilakukan oleh pelabuhan-pelabuhan “lapis kedua” baik di Jawa maupun di Luar Jawa.

5.Jaringan Pelayaran Sebelum Datangnya Masa Pendudukan Jepang
Pada periode 1930 an hingga datangnya masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada 1942, jaringan pelayaran KPM telah menjangkau seluruh wilayah Nusantara dari Sabang sampai Merauke.

PELABUHAN MASA KOLONIAL


Pada masa Hindia Belanda, pelabuhan menjadi tulang punggung perdagangan yang menggerakkan perekonomian negara pusat dan negara koloni. Pada akhir abad ke-19 masehi, pemerintahan kolonial mulai aktif merevitalisasi dan membangun pelabuhan-pelabuhan di Hindia Belanda menjadi modern secara bertahap.

PELABUHAN SUNDA KELAPA


Pelabuhan Kelapa telah dikenal sejak abad ke-12 merupakan pelabuhan terpenting di kerajaan Pajajaran. Pada masa masuknya Agama Islam dan para penjajah Eropa, Pelabuhan Sunda Kelapa kala itu diperebutkan oleh kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun.

Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Kerajaan Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di  Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari TiongkokJepangIndia Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselenkopisutrakain, wangi-wangian, kudaanggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.


Sekitar tahun 1596, bangsa Belanda di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di Jayakarta dengan tujuan utama untuk mencari rempah-rempah. Saat itu, rempah-rempah menjadi komoditas utama di Belanda yang berkhasiat sebagai bahan obat, penghangat badan, hingga wangi-wangian.

Memasuki abad ke-19, Pelabuhan Sunda Kelapa jadi mulai sepi karena  pendangkalan yang terjadi di sekitar pelabuhan menyulitkan kapal-kapal yang hendak berlabuh. Padahal, saat itu Terusan Suez baru saja dibukan dan bisa menjadi kesembatan besar bagi Pelabuhan Sunda Kelapa untuk berkembang lebih pesat lagi. Karena Pelabuhan Sunda Kelapa sudah tidak seramai dulu, perhatian Belanda untuk mengembangkan pelabuhan akhirnya jatuh ke Pelabuhan Tanjung Priok




Sebenarnya sejarah  Museum Maritim Indonesia ini masih lah panjang, saya baru membahas sedikit dari koleksi yang ada di museum ini, rasanya nggak asyiiiik kalau saya harus menceritakan semua hal yang ada di museum ini, nanti kamu-kamu tidak datang berkunjung kalau saya harus “membocorkan semua rahasia” yang ada di museum ini..... hahahaha nah supaya kamu lebih tahu dan jadi lebih pinter eksplor Museum Maritim Indonesia barengan dengan the gank kamu, inceran kamu, pacar, gebetan, mantan ups....!!! siapa tau balikan lagi..... hehehehe, tenang di museum kamu masih bisa selfie dan wefie barengan sohib-sohib kamu di lokasi yang instagramable....., terus yang hobby sama belanja tenang di museum ini ada konter khusus menjual souvenir yang berkaitan dengan tema museum berupa kaos, topi, tas, dan replika kapal, nah segera langkahkan kamimu segera menuju Museum Maritim Indonesia........yuhuuuuuu

KEJUTAN di HARI IBU, 22 DESEMBER 2018


Berhubung kami datang berkunjung bertepatan pada Hari Ibu 22 Desember, Pihak Museum Maritim Indonesia memberi apresiasi kepada kami empat perempuan masing-masing mendapatkan kaos berlogokan Museum Maritim Indonesia, terimakasih yang pasti hari itu bahagianya double, dapat ilmu dan kenangan-kenangan dari Pihak Museum....yuhuuuuiiiiii

Saya sendiri bisa datang ke Museum Maritim Indonesia ini berkat.......



NAHKODA KARTUM SETIAWAN : nama beliau cukup di kenal di kalangan sejarahwan, budayawan, dan komunitas, buat yang belum kenal dengan beliau coba gabung dengan Komunitas Jelajah Budaya (KJB), di jamin kamu bakal ketagihan ikutan jelajah dan belajar sejarah untuk mengenal cagar budaya dan situs yang ada di Indonesia. Agar jalannya pelayaran menjadi stabil maka siang hari itu Kapten Kartum Setiawan membawa empat Anak Buah Kapal, dan satu Juru Mudi yang masing-masing bernama :


ABK IDA FARIDA : ada yang berbeda dengan penampilan ABK Ida siang hari itu, jika biasanya tampil tomboy dengan seragam kebesarannya (jeans & kaos), siang itu tampil feminin menggunakan dress panjang (gamis).


ABK DWI TJATURI : siang itu tampilan ABK Dwi cerah ceria menggunakan warna orange, tampak cetar dan ceria selama pelayaran berlangsung, dan yang pasti sebagai Tongsis Queen kita jangan jauh-jauh darinya, begitu “Si Tongsis” diangkat itu bertanda kita harus mendekat dan langsung smile.... klik...klik.....



ABK DINNA : hem..... ABK Dina hari itu bahagia sekali saat tau dirinya akan di ajak berlayar oleh Nahkoda Setiawan. Akan tetapi dirinya sempat riewuh dengan body bongsornya, saat foto barengan dirinya protes...... merasa dirinya kok gede banget ya..... hehehehe, dan rasa tidak PD itu pun berlanjut saat harus menentukan ukuran kaos yang hendak di belinya. Jadi gimana uda tau ukuran kaos yang pas nich.....???



JURU MUDI RISHDO : ini adalah asisten setia dari Nahkoda Kartum Setiawan, postur tubuhnya tinggi, bodynya kurus jangkung, rambutnya pendek ikal, kulitnya sawo matang, pembawaannya pendiem, jadi kalau loe kagak nanya dia kagak bakalan ngomong......hihihihi, termasuk pemalu, jadi kalau mau foto dia kudu di paksa, tapi walaupun pendiem dia baik kok apalagi kalau di suruh motretin loe pasti mau lah, gimana kalau kagak mau ya loe paksa lah..... hahahaha



ABK PRINCESS SYAHRITA : dan gue yang nulis Catatan Perjalanan ini, mengucapkan terimakasih kepada  Nahkoda Kartum diajak berlayar keliling Museum Maritim Indonesia, buat gue museum ini keren dan mengedukasi, sangat rekomen buat di kunjungi keluarga terutama buat anak-anak, karena di museum ini kita bisa mengenal Sejarah Pelayaran Bangsa Indonesia dari awal hingga akhir.

Teriring salam hangat buat Bapak Dani dan Tim Museum Maritim Indonesia Jakarta, yang telah menyambut kedatangan dan memandu kami saat berkunjung ke museum, semoga ke depannya Museum Maritim Indonesia makin ramai di kunjungi oleh para wisatawan dan pelajar untuk belajar sejarah dunia maritim Bangsa Indonesia.

Yang pasti saya masih ingin berlayar keliling menuju pelosok negeri, tetapi belum tahu di dermaga mana gue akan bersandar, nantikan saja di Catatan Perjalanan gue berikutnya........



Komentar

Postingan Populer