SI PITUNG & KAMPUNG TUGU DALAM JELAJAH KOTA TOEA BERSAMA KOMUNITAS JELAJAH BUDAYA

MENYUSURI JEJAK MASJID AL ALAM,
RUMAH SI PITUNG DAN GEREJA TUGU



Foto keluarga pertama di Masjid Al Alam Marunda

Pernah mendengar nama Si Pitung......??? konon kabar diberitanya Pitung ini adalah "pencuri yang baik hati" yang membagikan hasil rampokannya kepada rakyat miskin.....istilah kerennya kalau orang bule bilang Robin Hood.
Kalau kalian suka akan sejarah bangsa dan negara kita di masa dahulu khususnya zaman penjajahan Belanda ngga ada salahnya bergabung di Komunitas Jelajah Budaya {KJB} dalam Jelajah Kota Toea, ini salah satu komunitas pencinta sejarah tempoe doloe yang selalu jalan-jalan di lokasi bersejarah, bermarkas di Museum Mandiri Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota, letaknya persis di depan halte busway stasiun Jakarta Kota alias beos. Kali ini KJB  menjelajahi kawasan Marunda dimana di kawasan ini terdapat tempat-tempat bersejarah pada jamannya, yuk simak  itinerarynya  sebagai berikut :

JELAJAH KOTA TOEA : Kampung Toegoe & Si Pitung
Jelajah Kota Toea kali ini akan menjelajahi wilayah Jakarta bagian utara terutama daerah Marunda dan kampung Tugu. Selama di Marunda kita akan melihat bangunan masjid Al Alam yang berada ditepi laut Jakarta. Masjid dengan empat tiang soko guru ini masih terjaga keasliannya dengan arsitektur dimasa lalu. Selanjutnya kita akan menjelajahi rumah panggung yang dikenal dengan rumah Si Pitung. Sebenarnya rumah ini bukanlah milik Pitung melainkan rumah yang pernah dirampok oleh Pitung atau mungkin tempat singgah untuk beberapa saat. Setelah puas menjelajahi Marunda perjalanan kita lanjutkan menuju kampung Tugu yang terkenal dengan keroncongnya. Berkunjung ke kampung tua Tugu kita akan melihat salah satu peninggalan bersejarah yaitu gereja Tugu yang hingga kini masih aktif digunakan untuk ibadah. Yuk menjelajahi kawasan utara Jakarta bersama Komunitas Jelajah Budaya. 

JELAJAH KOTA TOEA : Kampung Toegoe & Si Pitung 
Minggu, 31 Agustus 2014
Pukul : 08.00 – Selesai
Starting Point : Museum Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta-Kota
Biaya partisipasi : Rp.200.000,- {
harga mati uda ngga bisa ditawar yeee.....} 
Pembayaran via transfer ke Bank Mandiri No.Rek. 1150004512697 a/n. Kartum Setiawan.
Sudah Termasuk : Tour Guide, PIN, Sinopsis, Air Mineral, Snack, Makan Siang dan Bus AC
Rute: 
Museum Mandiri, Masjid Al Alam, Rumah Panggung “Si Pitung” , Kampung Tugu dan city tour dari Kota Tua menuju Marunda.
Rundown Jelajah Kota Toea
08.00 - 08.15 wib Registrasi Ulang di Museum Mandiri
08.15 - 09.45 wib Perjalanan ke Marunda 
09.45 - 10.30 wib Mengunjungi Masjid Al Alam
10.30 - 10.45 wib Menuju rumah panggung “Si Pitung”
10.45 – 11.45 wib Menjelajahi rumah panggung “Si Pitung”
11.45 – 13.00 wib Makan Siang
13.00 – 13.30 wib Menuju Kampung Tugu
13.30 – 14.20 wib Berkunjung ke gereja Tugu
14.20 – 16.00 wib Perjalanan ke Kota Tua
Registrasi & pendaftaran 
Komunitas Jelajah Budaya 
T: 0817 9940 173 / 021 99700 131 
Email : kartum_boy@ yahoo.com / kjb1527@gmail.com 
jelajahkotatua@yahoogroups.com 
Pendaftaran dan pembayaran terakhir hari Senin 25 Agustus 2014. Peserta terbatas


Awal Perjalanan
Pagi itu sesuai jadwal  yang ada dan ngerasa uda bayar serta ikutan nich acara uda pada ngerumun di Museum Bank Mandiri {MBM}. Saya sendiri harus berangkat pagi banget ngejar kereta supaya ngga ketinggalan, ngalahin jam pagi saya buat berangkat gawe. Entah saya yang kepagian atau emang jadwal keretanya yang tepat waktu...yang jelas saat pindah kereta dari Stasiun Kampung Bandan menuju Stasiun Jakarta Kota alamakkkk......3 gerbong rangkaian kereta sepi bingiiit......jadinya saya bak orang kaya yang carter kereta.....hahahahahaha, menikmati banget perjalanan kereta menuju Stasiun Kota dalam kesendirian pagi......

Alhasil sepertinya saya perserta terpagi yang datang hari itu....dan di sambut dengan meriah di depan pintu museum oleh Mas Wege Van Java.....selamat pagi......sapanya.......

Semakin mendekati waktu untuk perjalanan satu persatu peserta jelajah mulai berdatangan, seperti biasa kalau uda lama ngga jumpa pasti heboh saling tegur sapa, menanyakan kabar, cupika cupiki dll. Setelah semua peserta absen, ngambil jatah snack dan kalau uda dirasa komplit...langsung menuju bus, ada yang unik dari KJB ini kalau trip mempunyai ciri khas "roti buaya" sebagai sambutan selamat datang....saya ngga tahu maknanya apa... tetapi dari cerita yang saya dengar konon buaya ini melambangkan kesetiaan.


pagi itu jalanan menuju lokasi masih  lancar

Jam menunjukkan pukul 08.15 wib....semua peserta mulai bergerak menuju Bus Pariwisata berjudul Safari Dharma Raya, busnya bersih dan adem sebagaimana layaknya bus pariwisata. Tetapi kami belum bisa bergerak menuju tempat tujuan di karenakan masih ada 2 peserta yang belum datang........yuhuuuuu lain kali on time ye...hihihihihi, jam menunjukkan sekitar pukul 08.30 wib....semua peserta dalam satu bus pariwisata bergerak menuju lokassi tujuan, setelah sebelumnya menjemput 1 peserta yang menunggu di dekat seputaran pintu masuk ancol.

Tempat Tujuan

Hari itu sepanjang perjalan menuju Marunda lancar, selain hari masih terhitung pagi dan masuk hari minggu serta jalanan tidak rame lalu lintasnya, yang biasanya sepanjang kawsan Marunda Cilincing ini banyak sekali truck-truck berbadan besar dan lebar mengangkut peti kemas, kebayang seadainya hari kerja pasti kondisinya sangat tidak menyenangkan macet sepanjang perjalanan yang akan kami temui, berita yang tersiar di sepanjang jalur Marunda Cilincing ini merupakan "Jalur Tengkorak"....nyaris sepanjang minggu pasti ada korban kecelakaan di kawasaan ini terutama sepeda motor.

Pertama : Mengunjungi Masjid Al Alam

gerbang pintuk masuk Masjid Al Alam

Masjid Al-Alam Marunda menjadi kunjungan pertama peserta Jelajah Kota Toea, berlokasi di di tepi pantai Marunda, Jalan Marunda Besar RT 09/RW 01, Kampung Marunda Besar Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi masjid yang berada persis di pesisir pantai Marunda ini juga menjadi salah satu dari 12 obyek destinasi wisata pesisir di Jakarta Utara.




Perjalanan menuju lokasi Masjid terlihat bangunan rumah susun marunda nampak jelas kelihatan dari kejauhan.......namun sayangnya sepanjang perjalanan menuju lokasi masjid......sampah mengenang tampak terlihat di sepanjang bibir pantai.....budaya yang masih di pelihara oleh sebagian besar masyarakat kita, terkesan kumuh dan jorok lokasi ini...

rumah susun Marunda nampak dari kejauhan



tumpukan sampah sepanjang pinggiran pantai



jalan menuju ke Masjid Al Alam


Menurut Bapak Muhammad Isak Ansari seorang narasumber yang ikut jelajah hari itu memberi keterangan bahwa dulunya letak Masjid Al Alam Marunda ini lokasinya  berada seratus meter kebelakang dari lokasi yang sekarang. Berukuran sekitar 10x10 M2, atapnya  berbentuk joglo ditopang oleh 4 {empat} pilar bulat bentuknya menyerupai bidak dalam permainan catur.  


lubang unik dalam Masjid Al Alam 

                     


Bahkan Mihrab yang ada dalam masjid ini pun ukurannya kecil pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok, berada di sebelah kanan mimbar, masjid ini berplafon setinggi 2 meter dari lantai dalam, nah kebayang kan itu kondisinya......puanaseeee polllllll......, yang unik  dan menarik yang belum pernah saya jumpai di masjid manapun yang telah saya kunjungi, ada sebuah lubang kecil di sisi kiri tembok masjid bentuknya lonjong seukuran telapak tangan, menurut Pak Isak saat saya tanya untuk apa fungsi dari lubang ini....? beliau menjawab biasanya dalam upacara pernikahan tempat mempelai pria memberikan mas kawin... tentu saja berupa uang ......kaga kebayang kalau wujudnya almari bisa-bisa ngejebol tembok donk...hihihihihihi

                                               4 pilar dalam Masjid Al Alam masih asli


Saat saya tanya Mas Kartum apa keistimewaan lain dari masjid ini....? adalah ke empat soko tiang penyangga atau pilar bulat yang bentuknya menyerupai bidak catur merupakan bangunan asli dari Masjid Al Alam ini.

makam yang terdapat dalam Masjid Al Alam

Saya melihat ada sebuah kuburan di dalam lokasi masjid ini....entah itu kuburan siapa, dan di samping kanan masjid ini ada areal pemakaman, namun sayang tidak terawat, rumput dan padang ilalang nyaris menutupi areal pemakaman.


arel pemakaman yang terdapat di samping kanan masjid penuh padang ilalang

Ada satu lagi yang unik adanya sumur di luar masjid hal yang termasuk langka kita temui saat ini, yang mana kondisinya masih terawat dengan baik. Menurut saya kondisi bangunan Masjid Al Alam ini masih terlihat bagus, cuma sayang agak kurang dari segi kebersihannya, khususnya di halaman masjid.


Pesisir Teluk Jakarta



kapal-kapal yang terlihat dari teluk utara Jakarta



salah satu kapal yang bersandar di dermaga

Sebelum lanjut ke lokasi selanjutnya rombongan jelajah mampir sejenak di pesisir teluk Jakarta Utara, dari lokasi ini kami dapat melihat kapal bersadar di dermaga, bisa menyewa perahu menyusuri teluk ini dengan harga sewa sebesar Rp. 5.000,- saja, namun ternyata hari itu tak satupun peserta yang mencobanya, di kawasan pesisir teluk ini terdapat penjual makanan seperti ikan bakar, kelapa muda, dan hindangan khas pantai pada umumnya ada di kawasan ini. Setelah di rasa cukup melihat-lihat sejenak dan berfoto-foto dari para pejelajah....perjalanan di lanjutkan menuju lokasi kedua.....  


Kedua : Menuju Rumah Panggung Si Pitung

foto keluarga kedua Rumah Panggung Si Pitung

Lokasinya masih satu wilayah dengan Masjid Al Alam terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, diperkirakan dibangun pada abad ke 19. Rumahnya Panggung Si Pitung ini berbentuk panggung terbuat dari papan, bercat merah dan masih terawat dengan baik, namun sayang di tempat ini saya tidak menemukan brosur ataupun keterangan yang bisa menceritakan sejarah tentang kawasan ini.



Di dalam rumah ini terdapat furnitur seperti : meja kursi tamu, tempat tidur, meja kursi makan, peralatan memasak dan beberapa peralatan lainnya yang masih terawat dengan baik, yang nyaris semuanya terbuat dari kayu, sayang saya tidak menemukan pramuwisata di tempat ini untuk ditanya-tanya mengenai sejarah Rumah Panggung Si Pitung ini, Pak Isak sendiripun saya tidak temukan saat saya ingin bertanya........entalah kemana beliau berada. Dan semua teman-teman saya pada asyik sendiri-sendiri dengan berfoto-foto kesana kemari.


Si Pitung Robin Hood Betawi

Rumah panggung Si Pitung ini terbuka, siapapun bisa masuk dan hari itu lumayan ramai yang datang, bahkan ada yang sedang mengadakan reuini di lokasi ini, terus saya menjumpai sepasang remaja yang sedang kasmaran duduk di kursi panjang di ruangan tengah, saat saya tegur karena terdapat tulisan : "dilarang duduk" mereka berdua justru tertawa cekikikan tanpa rasa bersalah........haiyahhhhh lain kali cari tempat mojok yang aman ya.....




Karena saya tidak bisa mendapatkan narasumber di kawasan ini, maka cara terampuh adalah googling untuk mendapatkannya, seperti tersebut di bawah ini....
Beragam pro dan kontra menyelubungi di balik kisah legenda Si Pitung ini, tetapi pada dasarnya tokoh Si Pitung adalah cerminan pemberontakan sosial yang dilakukan oleh “Orang Betawi” terhadap penguasa pada saat itu, yaitu Belanda. Apakah hal ini benar atau tidak, kisah Si Pitung begitu harum didengar dari generasi ke generasi oleh masyarakat Betawi sebagai tanda pembebasan sosial dari belenggu penjajah. Hal ini ditunjukkan dari Rancak Pitung di atas bagaimana Si Pitung begitu ditakuti oleh pemerintah Belanda pada saat itu.


Pada tahun 1892, Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah Kepala Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2) memberi nasihat untuk menangkap Si Pitung. Setelah ditangkap, kurang dari setahun kemudian, pada musim semi 1893, Pitung dan Dji-ih merencanakan kabur dengan cara yang misterius dari tahanan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak berhasil. Karena kejadian tersebut, Kepala Penjara dicurigai melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Akhirnya seorang Petugas Penjara mengakui bahwa dia meminjamkan sebuah belincong (sejenis linggis pencungkil) kepada Si Pitung, yang kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding (Hindia Olanda, 25-4-1893:3; Lokomotief 25-4 1893:2). Akibatnya, Si Pitung lepas lagi


Berdasarkan rumor, Pitung pernah menampakkan diri kepada seorang wanita di sebuah perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tersebut (Hindia Olanda, 12-5-1893:3), tetapi hasilnya Pitung tidak dapat ditemukan. Karena sulitnya menemukan dan menangkap si Pitung, harga untuk penangkapan Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden. Pemerintah Belanda pada saat itu ingin menembak mati Pitung di tempat, tetapi sebagian pejabat mengatakan, jika Pitung ditembak justru akan menumbuhkan semangat patriotik, sehingga niat ini diurungkan oleh kepolisian Batavia untuk menembak ditempat walaupun pada akhirnya hal ini dilakukan juga.




Sebagai tindakan balas dendam, Pitung melakukan pencurian dengan kekerasan termasuk dengan menggunakan sejata api. Akhirnya Pitung dan Dji-ih membunuh seorang polisi intel yang bernama Djeram Latip (Hindia Olanda 23-9-1893:2). Dia juga mencuri dari wanita pribumi, Mie, termasuk pakaian laki-laki serta pistol revolver dengan pelurunya. Pernyataan ini didukung oleh Nyonya De C, seorang pedagang wanita di Kali Besar yang menyatakan bahwa Pitung mencuri sarung yang bernilai ratusan Gulden dari perahunya (Hindia Olanda 22-11-1892:2).


Dji-ih ditangkap kembali di kampung halamannya ketika sedang menderita sakit. Pada saat itu Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk memperoleh pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampung pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit, dia tidak berdaya untuk melawan, walaupun pada saat itu pistol dalam jangkauannya (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawanan. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di Java-Bode (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di suatu tempat yang tak jauh dari Batavia beberapa minggu kemudian.
“’Itoe djoeragan koetika ketemoe Si Pitoeng betoelan di tempat sepi troes, Si djoeragan menjikip pada Si Pitoeng dan dari tjipetnja Si Pitoeng troes ambil pestolnja dari pinjang, lantas tembak si djoeragan itoe menjadi mati itoe tempat djoega.’ (Hindia Olanda 1-9-1893:2.)
Beberapa bulan kemudian, di bulan Oktober, Kepala Polisi Hinne mempelajari dari informan bahwa Pitung terlihat di Kampung Bambu, kampung di antara Tanjung Priok dan Meester Cornelis. Kemudian dalam perjalanannya Hinne diberi laporan bahwa Pitung telah pindah ke arah pekuburan di Tanah Abang (Hindia Olanda 18-10-1893). Kemudian, Hinne menembaknya dalan penyergapan itu. Pitung ditembak di tangan, kemudian Pitung membalasnya. Kemudian Hinne menembak kedua kalinya, tetapi meleset, dan peluru ketiga mengenai dada dan membuatnya terjerembap di tanah. Sehari sesudah kematiannya, hari Senin, jenazah dibawa ke pemakaman Kampung Baru pada jam 5 sore.


Setelah Hinne menangkap Pitung, setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Kepala Polisi Distrik Tanah Abang untuk mengawasi seluruh Metropolitan Batavia-Weltevreden. Setelah kejadian tersebut Pemerintah Hindia Belanda melakukan pencegahan agar “Pitung-Pitung” yang lain tidak terjadi lagi di Batavia. Bahkan karena ketakutannya makam Si Pitung setelah kematiannya, dijaga oleh Pemerintah Belanda agar tidak diziarahi oleh masyarakat pada waktu itu.
Berdasarkan cerita legenda, Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut di atas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2), sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong, beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil orang (Versi Film Si Pitung Banteng Betawi), tetapi yang menarik, versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat di-”lemahkan” jika dipotong rambut-nya. Berdasarkan koran Hindia Olanda dikatakan bahwa sebelum kematiannya Si Pitung telah dipotong rambutnya. {http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/kisah-si-pitung-legenda-santri-mujahidin-asal-betawi.html}



Menurut Sejarahwan Betawi Ridwan Saidi :



KEMANA HASIL RAMPOKAN SI PITUNG
Si Pitung tidak pernah menikmati hasil rampokannya, Si Pitung tak pernah beristri, karena buronan yang tidak menetap disuatu tempat, ia juga bukan penjudi, atau pun pemabuk, ia seorang penganut tarekat, dan menurut Margaret van Teel, Pitung sempat beberapa kali kali menyelundupkan surat yang ditujukan pada pengurus Masjid Al Abs Kampong Melayu. Dalam surat itu pula Pitung menggunakan nama samaran Solihun, orang yang soleh.
Dikalangan tarekat tatkala itu berkembang keyakinan bahwa merampas harta untuk kepentingan perjuangan adalah halal belaka. Ini disebut fa'ie. Pitung menjalankan tugas ini setelah tokoh-tokoh pemberontakan petani di Jakarta dan sekitarnya kesulitan dana selama itu pelukis Raden Saleh telah disita kekayaannya pada tahun 1870 karena terlibat pemberontakan petani. Dan pada 1880 Raden Saleh meninggal dunia di Bogor dalam keadaan miskin.

Seluruh hasil rampokan Pitung diserahkan untuk kepentingan perjuangan. Bukan dibagi-bagikan langsung kepada rakyat kecil sebagaimana selama ini di dongengkan. Karena itulah Pitung amat sulit ditangkap karena jaringannya amat luas. Bahkan salah seorang calon korbannya, Haji Safiudin Kampong Marunda, akhirnya menjadi mitranya. Pitung sering kali berkunjung kerumah Haji Safiudin di Marunda yang kemudian terkenal sebagai rumah Si Pitung.
@Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi, Majalah Tani, April 2009}

AKHIR RIWAYAT
Karena seringnya Pitung berkunjung ke Marunda, akhirnya tercium mata-mata Belanda. Jalur Pitung dilacak. Pitung selakunya muncul di Pondok Kopi, Jakarta Timur, jika hendak ke Marunda. Pada suatu petang Schout Hine dengan kekuatan satu regu pasukan polisi bersenjata lengkap menanti Pitung di Pondok Kopi. Tak ayal lagi begitu hari mulai gelap Pitung muncul, ia dihujani peluru. Pitung rebah tapi tak langsung tewas ia dibawa dengan mobil ambulans yang sudah disiapkan ke rumah sakit militer, kini RSPAD Jakarta Pusat.
Menurut laporan Margaret van Tee, sepanjang perjalanan Pitung terus menerus menyanyikan lagu Nina Bobo sehingga ditegur Schout Hine apa kiranya permintaan Pitung terakhir karena tampaknya ajal hendak menjemput. Pitung mengatakan ia minta dibelikan air nira dengan es. Permintaannya dikabulkan. Segelas es nira sejuk diminumnya, belumnya kering segelas itu Pitung berpulang.
Pitung mati muda dalam usia dua puluh delapan tahun.
@Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi, Majalah Tani, April 2009}

AKSI TIDAK BERKOMPLOT

Dalam menjalankan aksi perampokannya Si Pitung tidak membangun komplotan, melainkan kompak berdua dengan sepupunya Ji'ih yang kemudian di hukum mati. Setelah itu Si Pitung bekerja sendiri. Karena itulah sulit polisi mendapatkan informasi tentang Pitung.
Apa yang dikenal sebagai rumah Si Pitung yang berlokasi di Marunda, Jakarta Utara, sesungguhnya rumah Haji Saifudin seorang Bandar perdagangan ikan. Ada dua versi tentang perampokan di rumah Haji Saifudin, versi pertama mengatakan Pitung bener-benar telah merampok Haji Saifudin. Versi kedua meragukan kalau Haji Saifudin sempat dirampok. Diperkirakan justru terjadi kesepakatan antara Saifudin dan Pitung. Selanjutnya Saifudin menyerahkan sejumlah uang. Penulis meyakini versi kedua yang mungkin terjadi.
Sumber : Si Pitung, perampok atau pemberontak ? {Ridwan Saidi, Majalah Tani, April 2009}



Bahkan rumah Panggung Si Pitung ini menjadi tempat Presiden terpilih Jokowi, saat  mendeklarasikan dirinya menjadi Capres pada tanggal 21 Maret 2014 lalu.

Sebelum menjelajah ke tempat selanjutnya kami semua peserta makan siang dan beristihat sejenak di lokasi ini, hari itu menu yang di sajikan sangatlah pas dengan suasana siang yang terik itu antara lain, sayur asem, ikan asin di sambalin, tempe, tahu, kerang hijau dan buah semangka.....di tambah suasana teduh dari rumah panggung plus tiupan angin sepoi-sepoi, menambah nikmat makan siang bersama hari itu, selamat santap siang........
















Ketiga : Berkunjung ke Gereja Tugu


foto keluarga ketiga di Gereja Tugu

Para penjelalah melanjutkan ke lokasi berikutnya Gereja Tugu, jaraknya sekitar ± setengah jam dari lokasi Rumah Si Pitung. Gereja Tugu merupakan salah satu dari 12 Jalur Distinasi Wisata Pesisir Jakarta Utara, Terletak di Utara Jakarta, Gereja Tugu merupakan peninggalan dari Portugis. Gereja ini terletak di Kampung Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dibangun pada sekitar tahun 1676-1678 oleh orang Portugis.  Dan Gereja Tugu ini dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya, berdasarkan peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 1999.



Tiba di lokasi ini sekitar jam 13.00 wib lewat, tetapi kita tidak bisa langsung masuk ke dalam gereja di karenakan ada acara kebaktian doa orang meninggal, yang tampaknya baru di mulai belum lama saat rombongan kami tiba, nyaris ± 2 jam lamanya kami menunggu kebaktian doa dalam gereja itu usai.





Di lokasi Gereja Tugu ini terdapat area pemakaman keturunan Portugis Ambon, salah satunya Pendeta/Guru Laimena, bentuk makamnya sangat unik tidak biasa seperti makam-makam umum lainnya, saya sendiri baru menjumpai makam unik di tempat ini.




Menurut Om Robby seorang mantan pelaut yang kami jumpai hari itu bercerita bahwa orang-orang Tugu yang masih keturunan asli Portugis memiliki nama keluarganya sendiri, seperti Abrahams, Cornelis, Michiels, Quicko, dan lain-lain. Sampai sekarang pun keturunan asli Portugis masih menggunakan nama belakang itu.





Ukuran Gereja Tugu ini tidak terlalu luas, bentuk bangunannya sederhana tanpa dekorasi apapun baik di luar maupun di dalam,  keunikan yang dapat dilihat ada pada pegangan pintunya yang terlihat kuno dan antik,  yang mungkin tidak terdapat di gereja manapun, kobon kabarnya bangunan Gereja Tugu ini masih asli walaupun sudah mengalami pemugaran. Di samping depan kanan gereja terdapat lonceng yang sudah terlihat lama pula tergantung dengan baik di tempatnya.













Keempat : Menuju Kampung Tugu

kondisi Kampung Tugu saat ini
Masih ada satu tempat yang seharusnya kami kunjungi seperti yang ada dalam itinerary Jelajah Kota Toea yakni : Kampung Tugu, sebenernya lokasi Gereja Tugu itu sendiri berada di kawasan Kampung Tugu, akan tetapi menurut keterangan dari Om Robby rumah asli penduduk Kampung Tugu saat ini sudah tidak ada lagi, masih ada satu rumah pemiliknya bernama Andreas, karena satu dan lain hal tetapi kami tidak berkunjung ke sana.


kalinya penuh dengan tanaman eceng gondok dan rumput

Penduduk Kampung Tugu sendiri saat ini lebih memilih menyewakan lahan tanah mereka kepada perusahaan peti kemas, truck kontainer, gudang dsb, sayang sekali kami tidak bisa mendapati satu bangunan asli dari rumah penduduk Kampung Tugu ini, justru saya mendapati kali yang terdapat di sebrang tembok gereja  kali yang penuh dengan sampah dan tanaman eceng gondok di sepanjang kali.....dan pemukiman padat penduduk.
Kampung Tugu sejarahnya adalah kampung peninggalan Portugis yang terletak di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kampung ini berisikan orang-orang keturunan Portugis dan masyarakat yang menghuninya disebut sebagai Warga Tugu. Warga Tugu sendiri bila keturunan asli itu seorang lelaki, maka nama keluarga masih terus dipakai. Tetapi bila seorang perempuan, maka nama keluarganya akan menjadi hilang. Dan Budaya Portugis ini menganut system "patrialkal" dimana menggunakan garis keturunan dari pihak ayah.


                


Berbicara soal Kampung Tugu tak bisa lepas dari sebuah tradisi khas Kampung Tugu itu sendiri  adalah Keroncong Tugu yang sepertinya telah melekat dengan nama Kampung Tugu hingga kini. Kesenian khas Bangsa Portugis ini biasa ditampilkan pada saat perayaan hari besar seperti Natal dan tahun baru. Keunikannya lainnya dari Keroncong Tugu itu sendiri adalah terletak pada pola tetabuhan permainan-permainan alat keroncong seperti selo yang khas, ukulele, dan cakcuk {seperti gitar kecil}. Lagu-lagu yang dimainkan oleh Keroncong Tugu berbahasa Indonesia, Belanda dan Portugis.

  
Akhir perjalanan
Dengan usainya kunjungan dari Gereja Tugu maka, usailah pula penjelajahan kali ini, selama perjalanan telah terlewati dengan segala suka dan dukanya bagi masing-masing bagi peserta penjelajah yang ikut, serta meninggalkan kesan dan kenangan yang berbeda pada setiap individunya. 
Dalam trip kali ini peserta yang ikut sekitar ± 32 orang, tetapi saya tidak semuanya kenal hanya beberapa orang yang saya kenal dengan lumayan baik, mereka-mereka  itu adalah :


                                 


Kartum Setiawan@ namaya......saya mengenalnya belum terlalu lama, setau saya orang paling penting di Meseum Bank Mandiri {MBM}, perawakannya sedang, kulitnya coklat tidak terlalu terang, walaupun wajahnya tidak ceria.....hehehehehe tetapi beliau cukup ramah buat di tanya-tanya. Di Komunitas Jelajah Budaya {KJB} kedudukannya adalah seorang CEO, nah....kebayang kan kalau KJB lagi bikin acara beliau orang paling rempong dan penting banget karena pasti dicari-cari banyak orang buat di tanya-tanya.......tetapi Mas Kartum ini rempongnya ngga sendirian sich, ada asisten setia namanya adalah.......



               


Wege Van Jawa@.....tetapi saya rasa itu nama palsu alias nama bekennya di KJB, bahkan WG lover menjadi panggilan buat para fans-fansnya.....tapinya saya pribadi ngga ngefans lho jadi buat Mas Wege begitu dipanggilannya jangan kepedean kellleeesss...., ngga beda jauh dengan Mas Kartum Setiawan, Den Bagus Wege ini perawakannya sedang, tidak gemuk, kulitnya coklat agak sedikit terang, wajahnya jenaka dan biasanya ngocehnya kaga nahan....buuuanyak biiingiiiit......kalau ada acara trip termasuk salah satu orang yang paling sibuk mondar mandir kesono kemari sembari teriak-teriak, agar supaya jalannya trip bisa sesuai rencana, terus jeprat jepret menjadi salah satu yang harus dia kerjakan, dan biasanya selalu dimintai tolong para peserta buat mendokumentasikan dengan kamera masing-masing, seru dan heboh pembawaannnya.....tetapi hari itu pensiun tidak menerima titipan kamera seperti biasanya...saya sampai lupa mau minta tolong untuk mengambil gambar dari kamera pribadi.



Hari itu hari yang paling membahagiakan buat Den Bagus Wege karena anak dan istrinya turut serta dalam jelajah kali ini alhasil putri kecilnya yang bernama Nayra menjadi obyek model foto bagi para peserta yang ikut. Nayra ini umurnya baru menginjak 1,5 tahun, tetapi uda lincah berjalan, terus tidak rewel sepanjang jelajah berlangsung, padahal kondisi cuaca cukup terik siang itu. Yang  lucu adalah saat ayah atau ibu memerintahkan sesuatu contohnya memijat seseorang....maka si Nayra ini akan melakukannya...hihihihi gemes bingiiit dech sama si bocah hitam manis ini.......dan menjadi penjelajah termuda hari itu....



                


Muhammad Isak Ansari @.......boleh dibilang uda senior, narasumber kami hari itu, perawakannya  tubuhnya berperut buncit dan tingginya sedang, rambutnya ikal ngakunya sich Nyong Ambon.....Cuma marganya apa beta tidak bertanya, pembawaannya ramah walaupun raut wajahnya serius, bicaranya banyak sepanjang awal perjalanan, menceritakan sejarah Batavia, beserta tempat yang akan di kunjungi, saya kurang mendengerkan beliau bercerita........maklum agak mengantuk dikarenakan saya datang terlalu awal......tetapi sayup-sayup saya mendengar beliau bercerita sepanjang perjalanan kawasan Marunda Cilincing, berikut akses jalan dan nomor angkot beserta tarifnya komplit beliau ceritakan, sampai kawasan kramat tunggak yang kini telah berganti nama menjadi Islamic Center hingga lokasi perpindahannya pun beliau sebutkan kalau ngga salah ingat namanya Rawa Bebek....hihihihihi, seru saja mendengar beliau bercerita panjang kali lebar....sehingga ini meringankan beban kerja Mas Kartum hari itu jadi menghemat tenaga bicara....terus lucunya karena hari itu pakai sepatu baru......maka akhirnya kakinya lecet dan akhirnya beliau terpaksa beli sandal jepit dech...hahahahaha.....lain kali kalau lagi jalan-jalan jangan pakai sepatu baru ya Pak Isak......hahahahahaha



Robby Sepellwa@.....semoga nama belakang beliau tidak salah tulis, lain kata lain cerita sama dengan Pak Muhammad Isak, Om Robby ini juga bersuku Ambon, kurus kecil perawakannya....gayanya flamboyan maklumlah Si Om Robby ini mantan pelaut yang suka juga dengan sejarah, jadi begitulah beliau dalam berpenampilan kancing kemeja atas di buka satu itu ciri khas atau pertanda orang Ambon sejati katanya......dan saya ngerasa di jaman muda beliau.......pastinya seorang play boy cap kampak.......hahahaha, kaga nahan ngelihat gaya bicaranya yang serius tapi jenaka dan selalu mengerak-gerakkan kedua tangannya itu ......nah lo kocak bukan, saat kami meminta beliau untuk menyanyi satu dua bait lagu...beliau berucap...nanti ibu-ibu pada lari......sing ada lawan......
Si Om Robby ini kami temui saat kami tiba di Gereja Tugu hari itu, tetapi karena sedang berlangsung upacara sembayangan jenazah, alhasil kami harus menunggu nyaris sekitar ± 2 jam lamanya, beruntung bertemu dengan beliau yang ramah dan banyak cakap....hehehehehe, karena kami mendapatkan cerita tentang Gejera Tugu, Kampung Tugu dan Keroncong Tugu dengan gayanya yang periang itu beliau berkisah.....saat saya tanyakan mengapa tidak dibikin buku saja supaya bisa di baca, tetapi beliau menjawab semua terekam dengan baik dalam ingatannya....yuhuuuuuu


           


Etty Dhamayanti@......seorang guru "mitamitik" di SMA Negeri 71 Jakata, bu guru yang satu ini rajin buanget ngetrip...... dan selalu bersama-ersama putra putrinya yang bernama Ipu dan Teya. Rajin juga menghadiri hal-hal yang berbau "kesejarahaan" baik itu pameran dan seminar. Kaget juga bertemu Bu Etty hari itu karena beliau sekarang  langsing, dari terakhir kali saya bertemu, saat saya tanya tentang mengkomsumsi produk yang sedang marak di tawarkan, beliau menjawab tidak menggunakan mengingat harganya yang mahal bingiiit itu... berkulit putih dan berkaca mata menjadi ciri khasnya.
Saya salut dengan ibu guru yang satu ini tripnya bikin ngiri kalau liat foto-fotonya yang selalu di share di facebook, ada satu tempat yang bikin saya iri buat berkunjung tetapi belum ada kesempatan buat kesana yaitu "Goa Jomblang" yang terletak di Propinsi DIY....seru kalau ngeliat foto-fotonya yang jelas bikin sirik saya secara pribadi....hehehehehehehe, kapan ya bisa kesana.....
Tetapi hari itu beliau tidak membawa putri bungsunya, hanya berdua dengan putranya Ipu, seneng dech bertemu Bu Etty lagi hari itu bertukar pengalaman trip dan nanya rencana trip mendatang akan kemana....next bisa ketemuan lagi ya Bu Etty.




Selvina Agusnita @....saya memanggilnya Kak Nita, uda lama saya ngga ketemu Ka Nita, sampai lupa kapan dan dimana ya terakhir kali saya bertemu....hari itu saat saya ketemu dia......alamak kata-kata yang diucapkankan adalah......kok tambah gemuk sich....hihihihihi....padahal saya ngarepnya Kak Nita bilang kok tambah cantik sich....yuhuuuuuuu. Perawakannya tidak terlalu tinggi, badannya sedang, berkulit putih dan berkaca mata menjadi ciri khas penampilannya.........bisik-bisik yang saya denger dari tetangga sebelah nich....Kak Nita ini punya "six sense".....hihihihihi bener apa ngga ya....???? kalau bener pengen diramal sich......

               



Reyni Dwi Asiaty@.......ini trip ketiga saya ketemu sama Reyni di setiap KJB bikin acara, perawakannya gede bongsor, kulitnya putih dan menggunakan hijab....hobbynya motret dan jalan-jalan, belum lama berselang abis pulang trip dari Benua Eropa.....tetapi dia sangat tidak rekomendasikan travel yang digunakan saat trip Eropa kemarin.......katanya tidak memuaskan jadi jatuhnya sama dengan trip sendiri ngga pakai travel....waduhhhhh....kalau hal itu terjadi pada saya...alhasil saya pasti nangis bombay secara biaya yang dikeluarkan buat trip ini tentunya ngga murah.....


      


Mugiati S Ita@......kalau dibilang tinggi tidak juga, berkulit putih dan berkata mata minus menjadi ciri khas Si Mba Ita begitu saya memanggilnya, terus pembawaannya ceria dan ngemengnya banyak.....hihihihihi, saya belum terlalu sering barengan trip bersamanya, menurut saya tempat gawenya keren banget di kedutaan Slovakia itu kalau bener....kalau salah tolong dibenerin ya Mba ita, pasti Mba Ita ini bahasa inggrisnya bagus  dan bener banget ya makanya bisa gawe di situ.
Si Mba Ita ini hobby juga jalan-jalan, terus rajin banget foto-foto, share status via facebook, mulai dari kondisi jalanan sepi, macet, banjir, kebakaran, kecelakaan, lagi happy, sedih, galau, makan di kafe dan hal-hal aneh lainnya yang dia temukan selama dalam perjalanan, terkadang penting juga tuch statusnya bagi orang yang butuh......
Terus alasan lain Mba Ita ikutan jelajah kali ini adalah : tempat dimana Jokowi mendeklarasikan dirinya menjadi Capres pada tanggal 21 Maret 2014 lalu.....sepertinya Mba Ita ini begitu mengidolakan Sang Presiden RI mendatang.


 


Sondang Susan@....ini cewe berdarah Batak, tetapi marganya apa saya kurang faham yang jelas bukan marga satwa pastinya....yups!!!!!, perawakannya lumayan bongsor, kulitnya sih ngga bisa dibilang terang ya coklat agak terang dech kalau bole dibilang begitu....sama dengan Mba Ita.......Sondang ini biasa di panggilnya, gawenya juga di kedutaan cuma kedutaan apa saya juga ngga tau....yang pasti bahasa inggrisnya baik dan benar lah.....hehehehe, penampilanya tomboy abisss, rambutnya pendek ikal dan selalu menggunakan koas hitam kalau ngetrip begitulah ciri khas Si Ito yang satu ini.
Hobby yang paling di sukai selain jalan-jalan adalah hasil bidikannya keren abissss itu menurut saya lho...., bisa dilihat dari hasilnya bila di share di facebook, terus nalurinya tajem banget kalau ngeliat tulisan-tulisan yang ajaib yang dia temui di jalanan.....terus orangnya lebih suka motret dari pada di potret.......hari itu karena ngga biasa pakai sendal cewe......akhirnya sama dengan Pak Isak beli sendal jepit juga terpaksa....hahahahaha padahal biasanya saya ngeliat Sondang selalu pakai sepatu atau sendal gunung kalau lagi jelajah.......entalah hari itu pengen tampil beda kali ya ....apa itu yang akhirnya membuat Sondang datang terlambat........lantaran galau memutuskan pakai sendal apa sepatu..........hahahahahahaha


                             


Sita Rahmah@...Tante Sita ini orangnya renyah ketawanya plus hebring pembawaannya, penampilannya bergaya anak muda. Perawakannya tidak tinggi sich terus ngga terlalu langsing juga.....terus apalagi ya....???? ngocehnya banyak ouy....hahahahaha...seneng dech ngelihat tingkah laku Tante Sita yang ceria itu, sepertinya beliau sangat menikmati setiap perjalanan wisata.....terus ada dua hal yang bikin saya iri pertama kamera yang di pakai dan perjalanan wisatanya yang sudah ke sampai luar negara......nah Tante Sita ini yang datang terlambat bersama Sondang.....entah apa yang membuat terlambat kedatangannnya....??? mungkin syal motif tengkorak itu kali ya.......hahahahahahaha........sampai ketemu di lain Jelajah ya Tante Sita.....


            



Hardi Kwik@...Om Hardy begitulah saya memanggilnya, paling senior diantara kami, tapi jangan salah semangat senior ini ngga kalah jauh sama yang junior, ini kali kedua saya barengan trip sama Om Hardy, setelah Jelajah Banten Lama tahun lalu. Sebagai seorang yang profesional di bidangnya yang konon kata toko sebelah sebagai tukang foto yah....bahasa kerennya fotografer.....hasil bidikannya uhuyyyy.....itu pose model dari berbagai jenis gaya terabadikan dengan sensasional dari yang berbusana komplit hingga kurang bahan....bergentayangan di wall FBnya.......yuuuhuuuu
kalau trip Om Hardy salah seorang yang memegang peranan penting dalam hal perdokumentasian, beliau selalu menyiapkan kameranya sampai dengan posisi yang pas dalam berpose untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Yang patut di acungi jempol.........panasnya terik matahari tidak menghalangi Om Hardi hari itu untuk mengangkat kamera beserta tripotnya.....beliau selalu menikmati setiap moment penjelajahan dari satu tempat ke tempat yang lainnya tanpa keluhan.....saya melihatnya seperti itu. Senang bertemu dengan dengan beliau seklilas dalam perjalanan ngoborlin politik yang sedang menghangat di negeri ini, seru saja walaupun hanya seklilas.....masih tergiang di telinga istilah...."kapal karam"......cerita yang belum tuntas, berharap next jelajah bisa ketemu Om Hardy lagi......


                    


Maria Rosalina@.........nama komplitnya itu kalau bener dech...hehehehehe, tapi biasa di panggil Rita, terusnya hari itu berkostum merah dan berkaos kaki merah pula  saat mengetahui saya ikutan trip ini  sudah booking tempat supaya namanya disebut dalam catper ini yuuuhuuuu....... saat pertama kali saya mengenalnya ketika Love Our Heritage {LOH} bikin trip Glodok-Pecinan sekitar 4 tahun lalu, perawakannya lumayan bongsor...ups!!!!, kulitnya putih, berwajah oriental, pembawaannya heboh dan rame serta bawel orangnya....hihihihihihi, ngga beda jauh lah dengan saya tapi masih bawelan dia dech......,  rajin buanget ngedatangi museum, kurasa nyaris museum di Ibukota uda pernah dia jamah, terus rajin datang diacara-acara yang berhubungan dengan permuseuman baik itu pameran, diskusi, seminar, bedah buku, dll. Rita ini orangnya ringan tangan ngebantuin hal-hal yang berkaitan dengan trip walaupun bukan termasuk panitia seperti mis: mengingatkan orang untuk absen, ngebagi brosur dan hal-hal rebet lain dia kerjakan dan sepertinya tampa pamrih saya sich ngelihatnya begitu.....narsis juga salah satu bagian dari hobbynya.....hehehehehehehe
Kalau dulu gaweannya ngitung-ngitung keluar masuknya uang dari perusahaan kali ini banting stir menjadi seorang pramuwisata alias tour gaet....., jadi kalau ada yang butuh di bantuan buat di pandu keliling Ibukota untuk mendapatkan tempat-tempat unik dan menarik, colek saja Rita ini biasanya dia di panggil begitu....panggilan nama yang sama dengan saya, Rita ini bersahabat baik dengan..........




Putu Dinar@ salah satu orang penting di LOH, ini kali kedua saya ketemu Putu di trip KJB, setalah trip Banten Lama beberapa bulan lalu. Masih tomboy penampilannya....rambutnya ikal panjang berkepang satu dan berkaca mata menjadi ciri khasnya. Putu ini orangnya ngga terlalu berisik seperti kebanyakan kaum cewe....terus kalau sedang tertawa matanya tertutup rapat...hihihihihi, hari itu saya pulang barengan Putu naik KRL via Stasiun Beos.....alamak padatnya orang beli antrian tiket sampe susah banget buat jalan menuju peron.....ngga banyak yang bisa dicerikan dari Si Putu ini abisnya orangnya pendiem sich hahahahaha......suka malu jalan sama Putu karena saya yang berisik alhasil Si Putu cuma jadi pendengar.....hihihihihihi.....


Bambang@.....mungkin banyak yang belum tau dengan pemilik nama yang satu ini, terkadang profesi dan jasanya suka di lupakan nyaris semua orang yang ikut bersamanya, menurut saya Pak Bambang ini adalah orang yang sangat penting dalam terlaksananya jelajah kali ini. Yap...beliau adalah seorang driver bus pariwisata Safari Dharma Raya yang di sewa hari itu. Dalam mengemudikan busnya beliau sangatlah hati-hati dan waspada selama dalam perjalanan, hari itu hanya sendirian karena menurutnya sang kenek belum balik ke markas dari lebaran kemarin. Terima kasih ya Pak Bambang telah membawa kami semua selamat sampai tujuan hingga kembali ke tempat asal......





Dan akhirnya saya Si Cantik Marita Setyaningsih@.......sebagai penulis cerita dalam Jelajah Kota Toea Kampung Toegoe dan Si Pitung, mengucapkan terima kasih pada semuanya yang telah berpatisipasi dalam jelajah kali ini. Jikalau ada tulisan yang tidak berkenan seperti tersebut di atas mohon maaf ya manteman semuanya, tidak bermaksud membuka aip-aip pribadi setiap orang tetapi hanya melihat hal nampak dan kasat mata semata....., senang bertemu dengan kalian semuanya....tambah lagi pengetahuan saya tentang Legenda Budaya Betawi yang tidak mungkin dapat dikunjungi sendiri karena pasti rebet mencari lokasinya yang ternyata memang jauh letaknya di ujung Jakarta Utara.....next masih pengen ikutan jelajah lagi bila waktu dan kesempatan serta kondisi perduitan saya memungkinkan......hihihihi, dapat bertemu dengan teman lama dan baru tentunya, terus masih pengen foto-foto dan masih pengen belajar nulis lagi........#salam wisata budaya

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer