JEJAK SPOORWEG di BATAVIA
JEJAK SPOORWEG di BATAVIA
πKE KOTA TOEA TUK BELAJAR SEJARAHπ
Bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Pemerintah Hindia Belanda selama 350 tahun lamanya. Tetapi atas penjajahan itu tidak semuanya meninggalkan sejarah kelam penuh duka. Banyak peninggalan Kompeni yang monumental hingga kini membawa manfaat besar bagi Bangsa Indonesia. Selain bangunan kuno bersejarah yang dipergunakan sebagai gedung pemerintahan dan pusat perkantoran, peninggalan lain yang fenomenal dan bermanfaat adalah Kereta Api.
Di sekitaran tahun 1869 di Batavia pernah ada Trem yang di tarik menggunakan kereta kuda dengan Rute Stasiun Pasar Ikan sampai dengan Stasiun Meester Cornelis.
Kereta api adalah moda transportasi yang paling diminati oleh masyarakat kita khususnya yang berdomisili di Pulau Jawa. Bagi sebagian besar warga Jabodetak KRL, MRT & LRT adalah moda transportasi andalan warga untuk berakfitas. Selain cepat dan harga ticket terjangkau kereta api merupakan sarana transportasi favorit untuk dinaiki.
Sehubungan dengan moda transportasi Kereta Api, pada tanggal 21 September 2025 lalu Komunitas Jelajah Budaya (KJB) dibawah pemimpinan Kartum Setiawan mengadakan Jelajah Kereta Api Jalur Non Aktif di Kota Tua Jakarta.
Kegiatan ini diadakan sehubungan dengan Pameran Foto: Jalur Kereta Api Non Aktif Banten, Jakarta, Jawa Barat, 14 September 2025.
π€PENJELASAN UMUM SEJARAH KERETA API DI BATAVIAπ
| Kartum Setiawan menjelaskan Jalur Kereta Api |
Museum Bank Indonesia dijadikan lokasi berkumpulnya peserta yang sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan ini. Setelah urusan administrasi terbereskan Mas Kartum Setiawan memulai menghatarkan mukadimah mengenai Sejarah Kereta Api di Jakarta.
Dinarasikan bahwa Jalur kereta Api Batavia–Buitenzorg merupakan jalur kereta api pertama di kota Batavia yang menghubungkan Stasiun Batavia dengan Stasiun Buitenzorg (Stasiun Bogor) sepanjang hampir 60 km. Setelah Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) berhasil membangun jalur kereta api Samarang - Tanggung, William Poolman melalui NIS kembali memperoleh izin membangun jalur kereta api dari Batavia menuju Buitenzorg pada tanggal 27 Maret 1864. Izin tersebut diberikan untuk membantu pengangkutan hasil perkebunan di wilayah Priangan Barat ke Pelabuhan Batavia. Secara politik jalur ini juga penting untuk melancarkan hubungan administrasi pemerintahan. Namun Pemerintah mengurungkan rencana tersebut karena masih banyaknya pro dan kontra terkait pembangunan jalur kereta api Batavia–Buitenzorg (dikutip dari Wikipedia)
| peserta jelajah mendengarkan dengan serius |
Pembangunan jalan rel Batavia – Buitenzorg dilakukan secara bergelombang, maka pengoperasiannya pun diberlakukan secara bertahap. Jalur kereta api Batavia untuk pertama kalinya dioperasionalkan, pada tanggal 15 September 1871 yang melintas antara Pasar Ikan (Kliene Boom) – Batavia Noord – Koningsplein (Weltevreden/Gambir) sejauh 9 km dengan rangkaian sebanyak 14 kereta penumpang. Pengoperasian kedua dimulai 16 Juni 1872 dijalankan kereta api anatara Stasiun Koningsplein – Bukit Duri (Meester Cornelies) dan pada 31 Januari 1873 diresmikan operasional jalur kereta api antara Bukit Duri – Buitenzorg.
(dikutip dari Buku Kereta Api di Jakarta dari Zaman Belanda hingga Reformasi, karya Kartum Setiawan, Penerbit Kompas)
πPENGUBURAN 2 KEPALA KERBAU DI STASIUN BATAVIAπ€
| bahwa tahun 1929 ditanam 2 kepala kerbau |
Tahukah kalian bahwa pada tanggal 8 Oktober 1929 di Stasiun Jakarta Kota (Beos) setelah para pegawai mengadakan upacara selamatan di stasiun lama dekat dengan Pasar Ikan, siang harinya dikuburkan 2 Kepala Kerbau hal ini dilakukan sebagai perlambang untuk melindungi bangunan Stasiun Kota yang baru dari segala bencana dan marabahaya yang tidak diinginkan. Lokasi penguburan 2 Kepala Kerbau di kubur di antara Tugu Jam dan Pintu Masuk Stasiun.
Yang membuat kagum pada waktu itu orang-orang Belanda turut hadir menyaksikan dan melihat tradisi kearifan lokal dari Orang-Orang Betawi.
π£MELINTAS DI STASIUN JAKARTA KOTAπΎ
| menyusuri kawasan Koeta Toea |
Penjelajahan berlanjut menuju ke daerah Kampung Bandan melintas jalan melalui dalam Stasiun Jakarta Kota yang terkenal dengan sebutan BEOS.
Sebagian besar masyarakat umum beranggapan Stasiun Jakarta hanya sekedar stasiun tempat turun dan naik kereta untuk menuju tempat tujuan. Tetapi bagi sebagaian orang yang mengemari sejarah terutama arsitektur bangunan pasti akan terpukau melihat bangunan ini apalagi jika mendengarkan kisah pembangunannya.
Bangunan Stasiun Jakarta Kota ini sebagian besar masih original. Arsitektur bangunan Stasiun Jakarta adalah seorang Belanda kelahiran Tulungagung Jawa Timur yang bernama Frans Johan Louwrens Ghijsels. Rancangan Ghijsels memadukan gaya antara struktur teknik modern barat dengan tradisional setempat hingga rancangan Ghijsels ini dikenal dengan sebutan Het Indische Bouwen (Gedung India).
Karya Ghijsels sangat kental dengan balutan “art deco” terkesan sederhana namun elegan mengambil filosofi dari Bangsa Yunani Kuno Kesederhanaan adalah Jalan Terpendek Menuju Kecantikan. Coba perhatikan jika sedang berkunjung ke Stasiun Jakarta Kota keramik yang masih melekat didinding stasiun itu masih asli, juga lengkung atas stasiun yang tinggi menjulang merupakan keindahan seni elegan yang masih bisa kita lihat sampai kini.
Namun sangat disayangkan kondisi bangunan Stasiun Kota kini sudah banyak mengalami perubahan, ada yang di sekat kaca pembatas, lantai yang diganti keramiknya dan ruangan-ruangan yang disewakan kepada pihak ketiga untuk komersil, sebenarnya tidak mengapa untuk bisnis asal tidak mengubah dan menambah bangunan yang ada sehinga nilai sakral dari history itu masih dapat dipertahankan, namun terkadang nilai komersil jauh lebih penting dibandingkan dengan menjaga history itu sendiri.
Menyimak kisah lama yang yang dituturkan terlalui dalam bayangan saya mengenai kondisi Stasiun Jakarta Kota dikisaran tahun 1929 begitu megahnya, atmosfir kemegahan nampak memancar dari dalam stasiun manakala orang-orang Belanda dan pribumi naik dan turun kereta, membayangkan mereka menjinjing koper, berpantalon rapi, menggunakan topi lalu berjalan elegan menuju koridor stasiun.
Menurut saya Bangsa Belanda memang “kejam” telah menjajah negeri ini hingga berabad lamanya, tetapi dampak dari penjajahan itu banyak meninggalkan hal-hal positif, seperti bangunan dan gedung yang masih ada hingga kini perhatikan arsitektur bangunannya luar biasa bukan di masa itu bisa membangun gedung dengan begitu megahnya, hanya sayang pihak terkait belum bisa maksimal dalam merawat dan menjaganya. Juga yang vital adalah peninggalan jalur kereta api, mungkin kalau negara kita tidak dijajah oleh Kompeni kita tidak memiliki jalur kereta api yang terbentang sepanjang Jabodetabek hingga Pulau Jawa.
π£MENYUSURI JEJAK JALUR LAMA KERETA API ANTARA KAMPUNG BANDAN-BATAVIA NOORDπ
| penampakan Jalur Kereta di Kampung Bandan |
Melanjutkan langkah menjelajah kearah luar stasiun sekitar lebih kurang 200 meterlah masuk ke Jalan Lada. Wilayah ini merupakan kawasan pemukiman dengan deretan rumah penduduk yang sangat padat berjajar. Melihat penampakan dari luar sepertinya penduduk sebagaian besar warganya berprofesi sebagai pedagang mulai dari cilok, baslok, batagor, bakso, mie ayam, nasgor dll terlihat dari gerobak yang terparkir dihalaman beranda rumah mereka.
| kondisi Jalur Kereta Kampung Bandan saat ini |
Di Kawasan ini dulunya terdapat Jalur Lama Kereta Api Antara Kampung Bandan – Batavia Noord, dan “Jejak” nya masih dapat kita lihat dengan kasat mata BANTALAN REL KERETA API yang masih tersisa berjajar, dan saat ini di atas bantalan rel kereta api tersebut di bangun jembatan yang menghubungkan sungai menuju seberang yang kalau disusuri jalanan tersebut akan menuju Kampung Bandan. Bahkan Jejak Rel Kereta Api tersebut masih dapat kita lihat penampakannya dengan jelas, kalau diselusuri dengan jelas rel kereta api tersebut telah tertanam dengan jalanan.
π€EKS STASIUN BATAVIA NOORDπ€
| di tempat ini dahulu terdapat Stasiun Batavia Noord |
Usai menjelajah jejak rel kereta api di kawasan Kampung Bandan – Batavia Noord, kami melanjutkan langkah kaki menuju Eks Stasiun Batavia Noord yang kini lokasinya terdapat di samping gedung Bank BNI dan tempat itu sekarang menjadi lapangan bola.
Sayangnya di lokasi ini tidak terdapat secuilpun jejak peninggalan dari Stasiun Batavia Noord yang bisa dijadikan petunjuk bahwa dulunya di tempat ini berdiri sebuah stasiun, kini semuanya telah rata dengan tanah tak bersisa.
| foto Stasiun Batavia Noord |
Padahal secara logika menurut saya kalau yang namanya stasiun pastilah adalah sisa penampakan dari bangunan sebagai pertanda bahwa dahulu di lokasi ini berdiri dengan megah sebuah stasiun yang bernama Batavia Noord, tetapi kondisinya kini tidak ada jejak bukti sejarah bahwa dahulu di tempat ini berdiri sebuah stasiun.
πMELIHAT JALUR TREM DI TAMAN FATAHILLAHπ
| Jalur Trem yang masih tersisa |
Taman Fatahillah merupakan iconik simbul peradaban sejarah Batavia masa lalu yang bangunannya masih kokoh berdiri. Selain Taman Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni dan Keramik dan Museum Sejarah Jakarta. Di Kawasan Taman Fatahillah ini terdapat “Jejak Rel Jalur Trem” yang dahulunya menghubungkan Pasar Ikan menuju Harmoni.
πSEJARAH JALUR TREMπ
| penjelasan Jalur Trem ketika itu |
Dimulai dengan Trem Kuda pada sekitaran tahun 1869. Dalam buku Kisah Betawi Tempo Doeloe Robin Hood Betawi karya Alwi Shahab, Trem Kuda merupakan kereta Panjang yang dapat memuat 40 penumpang. Sesuai dengan Namanya kereta tersebut ditarik oleh tiga sampai empat kuda. Sang Kusir biasanya menggunakan terompet sebagai klakson. Trem Kuda sendiri lewat setiap lima menit dan beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 – 20.00 dengan tarif 10 sen.
Pada 1891 keberadaan Trem Kuda digantikan Trem Uap. Kereta tak lagi ditarik kuda melainkan lokomotif yang dijalankan dengan ketel uap. Rutenya pun lebih panjang yaitu dari Pasar Ikan sampai Jatinegara lalu jalur trem bercabang di Kawasan Harmoni. Selain kearah Tanah Abnag, jalur trem juga menjalar ke Jatinegara melintasi Pasar Baru – Gunung Sahari – Kramat – Salemba – Matraman.
Sekitar 20 tahun kemudian, seiring perkembangan teknologi Trem Uap pun tergeser oleh Trem Listrik. Namun Trem Uap masih mengiringi kemunculan Trem Listrik hingga dinonaktifkan pada 1933. Selama 27 tahun Trem Listrik merajai jalanan Jakarta hingga akhirnya tergusur oleh bus-bus dan jenis kendaraan angkutan lain.
πRUTE-RUTE TREMπ
Rute 1:
Stasiun pintu Gerbang Amsterdam menuju Stadhuisplein (Taman Fatahillah) – Niewpoort Siraat (Jalan Pintu Besar Utara dan Selatan) – Molenvllet West (Jalan Gajah Mada) – Harmoni.
Rute 2:
Rute ini merupakan lanjutan dari Rute1. Dari Harmoni – Rijswiljk (Jalan Veteran) – Wihelmina Park. (Masjid Istiqlal) – Pasar Baru – Senen – Kramat – Salemba – Matraman – Meester Cornelis (Jatinegara).
Rute 3:
Dari Harmoni menuju Tanah Abnag – Kampung Lima Weg (Sarinah) – Tamarin Delaan (Jalan Wahid Hasyim) – Kebon Sirih – Kampung Baru (Jalan CutMutia) – Kramat.
Rute 4:
Rute ini merupakan cabang dari Rute 3. Dari Harmoni menuju Istana Gubernur Jenderal (Istana Merdeka) Koenigsplein (Medan Merdeka) – Stasiun gambir – Tugu Tani – Kampung Baru (Jalan Cut Mutia).
JARAK:
Total Panjang jalur tremyang ada 40 kilometer dan terbagai menjadi 6 lajur. Jalur utama melewati Oud Batavia (Jalan Cengkeh, Jakarta Kota) hingga Meester Cornelis (Jatinegara) dan memiliki jarak 14 kilometer.
KELAS:
Jalur trem dibagi menjadi 3 jelas, yaitu Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Kelas terahir ini diperuntukkan bagi penduduk pribumi yang umumnya hanya berbentuk seperti bak terbuka (zaman itu itu disebut pikolan). Fasilitas ini dipergunakan untuk mengangkut ikan, sayuran, buah-buahan dan sebagainya. Rata-rata penumpang biasanya terdiri dari penumpang kelas 1 sebanyak 15%. Sedangkan sisanya untuk kelas 2 dan 3.
ARMADA:
Pada tahun 1937 jumlah armadanya yang dimiliki oleh pemerintah untuk melayani seluruh jalur
Trem Penarik Besar 42
Trem Penarik Kecil 39
Gerbong Bak Terbuka 23
Gerbong Penumpang 54
JALUR TREM:
Jalur Trem ini melewati bangunan atau tempat penting di Batavia yaitu:
- Gerbang Amsterdam yang merupakan pintu masuk Batavia.
- Stadhuisplein (Taman Balai Kota).
- Kantor Dewan Kehakiman.
- Balai Kota Batavia.
- Kantor Bank Jawa.
- Stasiun BEOS (Stasiun Jakarta Kota).
- Harmoni.
- Istana Gubernur Jenderal (Istana Merdeka).
- Koningsplein (Medan Merdeka) Lokasi Lapangan Ikada dan tempat diadakannya Pasar Gambir.
- Stasiun Gambir.
- Wihelmina Park (Masjid Istiqlal).
- Pasar Ikan.
- Weterloopein (Lapangan Banteng).
- Stasiun Meester Cornelis (Stasiun Jatinegara).
Monumen Jalur Trem ini diresmikan pada tahun 2013 oleh Unit pengelola Kawasan Kota Tua Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Letak Jalur Trem ini bisa dilihat jalan di samping Museum Wayang, terbingkai dalam kaca sehingga kita masih bisa melihat dengan jelas, namun sayang tulisan dalam monument tersebut terlalu kecil dan sudah mulai memudar sehingga agak susah membacanya.
πMELIHAT TEMBOK PEMBATAS STASIUN BATAVIA NOORDπ
| foto pembatas rembok Batavia Noord |
Masih di seputaran Kawasan Kota Tua di lokasi ini terdapat tembok Pembatas stasiun Batavia Noord, lokasi ini merupakan lokasi teristimewa namun menyeramkan di zaman itu mengapa hal ini bisa terjadi…..??? karena ditahun 1928 terjadi kecelakaaan KRL di stasiun Batavia Noord (Jakarta Kota). Kecelakaan terjadi karena rem blong sehingga KRL menabrak stootblok sampai hancur lalu keluar rel dan menghajar pagar tembok. KRL baru berhenti setelah sebagian KRL masuk ke badan jalan raya di depan Javasche Bank (Museum Bank Mandiri). Masinis telah berusaha mengerem dengan rem tangan tapi hasilnya nihil. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini kecuali seekor kuda yang tewas saat KRL menabrak sado yang sedang berada di jalan raya. (Sumber : Komunitas Sejarah Perkeretapian Indonesia)
| beranda Depan Museum Bank Indonesia |
Berucap syukur karena pada Tahun 1972, Gubernur Jakarta Bapak Ali Sadikin pada waktu itu mengeluarkan Dekret yang resmi menjadikan Kota Tua Jakarta sebagai Situs Warisan. Keputusan Gubernur ini ditunjukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana, berkat Dekret yang dikeluarkan oleh Gubernur Jakarta Bapak Ali Sadikin itu kita masih bisa melihat peninggalan sejarah Batavia hingga saat ini semoga bisa tetap lestari dan terawat, karena kota tua saat ini sedang bebenah mempercantik diri untuk lebih menunjukkan kelasnya dan menjadi icon tujuan utama salah satu tempat wisata yang layak untuk dikunjungi.
πACARA SELESAI SEE YOU NEXT EVENT KJBπ
Jelajah Kereta Api Non Aktif Kota Tua Jakarta ditutup dengan mengikuti tour Museum Bank Indonesia. Dan sekaligus menjadi hari terakhir Pameran Foto Jalur Kereta Api Non Aktif Banten, Jakarta, Jawa Barat, tertanggal 14 – 21 September 2025.
Menghaturkan terimakasih kepada Mas Kartum Setiawan telah berperan sebagai guru sejarah 1 semestar pada hari itu, memberikan paparan secara langsung mengenai Sejarah “Jejak Spoorweg di Batavia” yang jejaknya masih bisa kita lihat sampai dengan yang telah tiada alias raip.
| Princess Syahrita yang nulis cerita |
Dan saya “Princess Syahrita”……. πΈπ yang menarasikan cerita penjelajahan ini selain saya emang pintarπ©πππ, menyimak dengan baik selama jelajah berlangsung walaupun itu tidak bisa 100% lah yahπ, jadinya saya harus membaca bukuπ, mencari referensi, nanya-nanya mbah google dll. Karena ini menarasikan sejarah jadi janganlah sampai mengarang bebas dalam menulisnya π. Karena menulis sejarah begitu banyak kisah dan cerita dalam berbagai pemahaman masing-masing.
| see you next trip guys..... |
Untuk semua Sahabat Komunitas Jelajah Budaya teriring salam hangat persahabatan πππ. Lindungi Kunjungi Lestarikanπ£πΎ
Note: Share Photo πΈ diambil dari dokumentasi KJB dan Sahabat KJB lainnya.

Komentar
Posting Komentar