Menyibak Lembar Buku Tradisi Makan Siang Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya

 

Menyibak Lembar Buku Tradisi Makan Siang 

Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya

 

Kuliner nusantara Bangsa Indonesia seperti menemukan warna tersendiri di negeri ini. Terkemas dalam ragam peradaban yang kaya akan kultur budaya dan tradisi. Kekayaan rempah Indonesia yang melimpah ruah menghasilkan ragam kuliner dengan banyak varian di setiap daerahnya. Mulai dari Aceh hingga Papua aneka rasa dan rupa disajikan dengan ciri khas kearifan lokal masing-masing daerahnya.

 

Keberagaman sajian kuliner walaupun berbeda dari tiap-tiap daerah di nusantara, tetapi bisa menyatu dalam rasa dan selera masyarakat Indonesia. Bisa saja hidangan di setiap daerah itu serupa tetapi berbeda nama.

 

Masyarakat Indonesia jika bertemu dan berkumpul mengadakan acara makan-makan selalu menjadi tradisi yang tidak dapat ditinggalkan. Bisa bertemu lalu menikmati makan siang bersama bukan hanya sekedar makan, tetapi selalu menghasilkan cerita yang berkesan diakhir acara. Secara tidak langsung makan siang bersama dengan pilihan kuliner yang dipilih sesuai selera akan menghadirkan rasa bahagia.

 

Ide Menulis Kuliner

Berawal dari tanyangan di laman media sosial @omarniode Undangan Menulis Buku Antologi dengan tema Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragm dan Penyajiannya. Mengelitik hati untuk berpatisipasi menulis kuliner nusantara yang pernah saya nikmati.

Perjalanan wisata saya ke Pulau Madura menyempatkan diri menikmati kuliner lokal Kaldu Kokot. Kuliner ini unik karena perpaduan cita rasa gurih dan asin disajikan dalam satu masakan. Bahan dasar yang digunakan adalah kikil sapi dan kacang hijau. Unik karena kacang hijau dimasak menjadi bubur lalu dicampur dengan kikil sapi.


Kaldu kokot ini lebih cocok disajikan dengan menggunakan lontong dari pada nasi putih terutama bagi yang pertama kali mencicipinya, taburan bawang goreng akan menambah masakan ini lebih harum. Untuk menambah cita rasa kenikmatan sepiring kaldu kokot tambahkan perasan jeruk nipis dan sambal. 


Yang spesial Kaldu kokot telah dinobatkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2021 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Kuliner lain yang saya tulis adalah Sambel Tumpang dan Selat Solo, yang berasal dari Kota Solo Jawa Tengah. Kedua masakan ini walaupun berasal dari Kota Solo tetapi mempunyai cita rasa yang berbeda. 


Cita rasa yang dihasilkan dari Sambel Tumpang ini adalah kaya akan rempah yang menghasilkan rasa gurih, manis dan asin. Rasa gurih yang dihasilkan berasal dari santan yang telah berpadu dengan rempah-rempah. Dengan bahan utama tempe semangit (tempe yang telah mengalami fermentasi lebih lanjut sehingga menghasilkan aroma dan cita rasa yang khas/tempe yang didiamkan selama beberapa hari), tahu putih, santan, daun salam, daun jeruk, lengkuas, cabe rawit, garam, gula jawa, gula pasir dan air secukupnya.

Menurut sejarahnya Selat Solo adalah hidangan yang berasal dari Kota Solo yang mendapat pengaruh dari hidangan Eropa yakni salad. Hal ini mengacu pada kata salad yang merupakan bagian utama dari hidangan ini berupa daging sapi has luar yang tidak cocok untuk dimasak sebagai salad. Tetapi ternyata daging sapi has luar ini lebih cocok untuk dimasak sebagai bistik yang disajikan dalam kuah manis encer seperti kuah semur berwarna kecoklatan. Selat solo sendiri juga sering disebut sebagai bistik jawa. Pengaruh Eropa dalam hidangan selat solo ini dapat dilihat dari penggunaan moyones yang berpadu dengan kecap manis sehingga rasa yang dihasilkan dari hidangan ini adalah manis gurih mirp dengan kuah semur.

 

Peluncuran Buku


Karena ini merupakan lomba menulis buku yang diikuti oleh banyak penulis professional dibidang literasi saya tidak berekspektasi apapun. Sampai pada suatu kesempatan Mbak Katerina salah satu tim juri menghubungi saya dan memberi kabar kalau semua hasil tulisan penulis Tradisi Makan Siang Indonesia dibukukan. Tentu ini suatu apresiasi yang membanggakan bagi 40 penulis yang terlibat dalam buku antologi Tradisi Makan Siang Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya yang diberikan oleh Ibu Amanda, Omar Niode Foundation, Food Blogger id Community, Nusa Indonesian Gastronomy Foundation dan Penerbit Diomedia.

 

Peluncuran buku Tradisi Makan Siang Indonesia diselenggarakan pada Kamis, 16 Oktober 2025 jam 14.30-17.00 WIB di Atelier Rasa, Jakarta, yang bertepatan dengan World Food Day atau Hari Pangan Sedunia. 

 

Pada kesempatan yang berbahagia itu hadir beberapa penulis buku Tradisi Makan Siang Indonesia dan berkempatan menikmati kuliner yang berasal dari Gorontalo masakan dari Kak Zahra Khan bersama Chef Ragil Imam Wibowo.

 

Menyibak Lembar Buku Tradisi Makan Siang Indonesia


Ungkapan sekapur sirih yang disampaikan  oleh Ibu Amanda Katili Niode pada buku terbitan CV Diomedia ini menyebutkan dirinya terinspirasi ketika menjadi salah satu kontributor Buku At the Table: Food and Family Around the World. Buku tersebut diterbitkan di Amerika Serikat yang berisi tentang kisah dari 38 negara dari berbagai penjuru dunia. Dari sinilah muncul ide untuk mendokumentasikan tradisi makan siang di Indonesia. Tentu beliau sudah bekerja sangat keras hingga akhirnya buku ini bisa terbit.

 

Bahagia bisa menulis satu buku bersama dengan 40 penulis yang professional dan beberapa diantaranya sering menang lomba. Buku ini diterbitkan dengan sangat luxury, hardcover dan full collor. Yang teristimewa buku ini ditulis dengan dua bahasa Indonesia dan Inggris (bilingual). Buku ini adalah buku antologi terbaik dari 8 buku antologi yang telah saya tulis.

 

40 penulis masing-masing bernarasi menceritakan kearifan kuliner lokal dari 17 provinsi di 8 pulau lengkap dengan kisahnya. Bagaimana kuliner itu dipersiapkan bahannya, cara mengolahnya, tempat untuk menyajikan sebelum dihidangkan. Hingga penikmatnya terkesan akan cita rasa dari masakan yang telah disantapnya sebagai hidangan makan siang bersama teman, rekan kerja, sahabat dan keluarga.

 

Ungkapan Rasa Bahagia


Buku antologi Tradisi Makan Siang Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya terbit karena Ungkapan Rasa Bahagia dari Ibu Amanda Katili (@amandakatili) bekerja sama secara harmonis dengan @omarniode, @nusa.foundation, dan @foodbloggeridcommunity, lalu diterbitkan dengan sangat luxury oleh @penerbitdiomedia.

 

“Mengkonsumsi makanan lokal, seperti yang banyak diangkat dalam buku ini, merupakakan langkah ramah iklim. Tidak hanya mengurangi jejek kaborn dari distribusi pangan, tetap juga mendukung petani kecil, nelayan tradisional, dan produsen lokal yang menjaga cita rasa serta keterbelanjutan ekosistem pangan.” (Amanda Katili Niode)

 

Buku ini tidak hanya membahas kuliner semata, ke 40 penulis menyampaikan rasa bahagianya saat berbagi cerita. Bagaimana makanan itu dipersiapkan dengan penuh rasa ketulusan saat memasaknya, karena ini resep tradisional turun temurun yang harus tetap ada dan layak untuk dilestarikan.

 

 

MENDAPAT PENGHARGAAN


Buku antologi Tradisi Makan Siang Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya meraih Gourmand Awards sebagai Best Book in the World di Riyadh Arab Saudi tanggal 30 November 2025. Pada Saudi Feast Food Festival oleh Edouard Cointreau President of Gourmand Awards.

 

Menurut Edouard Cointreau tradisi makan siang di Indonesia memperlihatkan berbagai hidangan yang ada di Indonesia mencerminkan jiwa dan warisan sebuah bangsa.

 

HARAPAN


Saya sebagai salah satu penulis di buku ini merasa sangat bangga, bisa ikut berpartisipasi memperkenalkan kuliner yang dimiliki bangsa ini. Setelah saya membaca buku ini ternyata Indonesia adalah negeri yang sangat luar biasa, bukan hanya tentang kultur budaya dan tradisi yang beragam, tetapi sajian kuliner yang melimpah dari Aceh hingga Papua.

 

Harapan saya dengan diraihnya Gourmand Awards sebagai Best Book in the World. Buku Tradisi Makan Siang Indonesia, Khazanah Ragam dan Penyajiannya bisa dikenal luas hingga ke manca negara. Dan orang di luar belahan dunia lain juga makin mengetahui bahwa Indonesia tidak saja kaya tradisi budaya dan keindahan alamnya semata, tetapi memiliki ragam jenis kuliner tradisional yang hingga kini kenikmatannya masih dilestarikan.

 

 

 

 

Komentar

  1. Senang bisa sebuku dengan Mbak Marita. Saya tuh beberapa kali makan Selat Solo. Duh mendadak jadi teringat sajian zaman dulu, steak khas Jawa yang dicintai banyak orang. Kompilasi antara serat dan proteinnya begitu menarik meski secara fisik tampaknya cenderung sempurna. Semoga kita bisa nulis bareng di buku antologi yang lain ya Mbak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer