MEMORI NEGERI DI ATAS AWAN

KENANGAN CERITA NEGERI DI ATAS AWAN


Kebersamaan.......... , sebuah Memori Indah yang  tak kan bisa terulang

1. Awal Perjalanan@
Pergi ke Dieng adalah keinginan yang sudah teramat lama ingin ku kunjungi, tetapi baru ada kesempatan yang tidak sengaja dan mendapat info dari teman saya Dinda, akan ada trip ke Dieng 30 November 2012 – 2 Desember 2012 dengan sharing cost terjangkau Rp. 300.000 yang ngadain dari kaskuser………
Hari yang ditentukan pun tiba, menjelang berangkat menuju meeting point Plaza Semanggi, cuaca Jakarta sangat tidak bersahabat hujan turun dengan derasnya, saya yang berencana mau berangkat usai jam kantor pukul  17.00 menjadi kalang kabut dan hiruk pikuk mengingat batas akhir kumpul jam 20.00, sedangkan dari Cempaka Mas menuju ke Plaza Semanggi jaraknya tidak terlalu jauh sebenarnya, tetapi berhubung hujan pasti jalan menuju ke arah sana macet.



Dengan memanjatkan doa sekitar jam 18.00 saya berangkat menggunakan bus umum jurusan Pulo Gadung Tanah Abang untuk turun di Sabang kemudian nyambung ke arah Semanggi, tadinya berencana mau menggunakan Trans Jakarta (TJ) tapi dengan menggunakan TJ dengan kondisi hujan pasti akan menjadi lama jarak tempuhnya. Alhamdullilah  bus yang saya tunggu tidak lama lewat dan masih  bisa naik walaupun saya tidak mendapatkan tempat duduk, maklum menjelang bubar kantor, hujan dan hari jumat pula, ngga kebayang jalanan ibu kota pasti kacau balau, dan prediksi saya benar jalan menuju ke arah Sabang sepanjang Cempaka Putih menuju Senen nyaris macet total karena ada genangan air di sepanjang jalur lambat, tapi emang dasarnya sopir-sopir bus kota Jakarta gila abis di jalanan cara mengemudinya ngga perduli hajar terus sampai daerah Senen, macet total selain padat kendaraan ada stasiun kereta api yang jamnya juga padat  jadi harus menunggu sampai kereta lewat, saya melihat jam tangan sudah menunjukkan jam 18.45 sementara lalu lintas benar-benar berhenti tidak bergerak sama sekali, yang namanya klakson mobil dan motor saling bersahutan memekakan telingga, dalam hati saya waduh gara-gara ngebelain mau trip murah perlu perjuangan jiwa dan raga…………!!!! Tapi karena uda bayar dan pamitan sama orang rumah gengsi dong kalau nyerah gitu saja……………
Sepanjang perjalanan saya banyak berdoa supaya hujan tidak turun lagi dan lalu lintas menjadi lancar, akhirnya saya tiba di sabang dan segera mencari kendaraan menuju Semanggi, melihat kondisi sepanjang Thamrin menuju Sudirman macet total saya memutuskan naik ojek, akan tetapi sepanjang jalan Sabang tidak ada ojek mangkal seperti biasanya waduh celaka nich dalam hati saya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.15, saya berpikir pasti peserta lain juga terlambat mengingat perjalanan mereka juga pasti terhambat menuju lokasi, akhirnya saya mendapatkan ojek di samping Sarinah setelah tawar menawar harga akhirnya deall Rp. 40.000,  masalah tidak berakhir begitu saja karena lalu lintas benar-benar macet total tidak bergerak walau si abang ojek sudah menerobos jalur busway yang begitu padat dengan kendaran pribadi, bus umum, kopaja, metro mini, motor….ampun dah………..!!!!! Tapi abang ojek rupaya mengerti kepanikan saya sehingga kami bekerja sama untuk bisa menuju lokasi, saya harus rela naik turun ojek sepanjang jalan menuju Semanggi, alhamdullillah akhirnya saya tiba dengan selamat di depan pintuk masuk Plaza Semanggi waktu menunjukkan sekitar jam 19.50, atas kesalutan saya sama si abang ojek akhirnya saya bayar dengan ihklas hati dan kerelaan menerobos di tengah padatnya lalu lintas sepanjang Thamrin Sudirman di tengah gerimis hujan saya memberi abang Rp. 50.000 (seandainya saya naik busway saya cuma mengeluarkan dana  sebesar Rp. 3.500 doang) buat abang ojek makacih ya abang uda nganterin saya selamat sampai Plaza Semanggi…………………….semoga abang sehat dan banyak rejeki, amin……………..
Sampai di depan Dunkin Donuts tempat dimana kami perserta di harapkan untuk berkumpul, saya sempat clingukan maklum selain belum kenal sama peserta lain dan panitia penyelengara nih acara yang berjudul lengkapnya Gatara Josua Sahelangi (sungguh sebuah nama yang terdengar ajaib di telingga saya, sambil manyun sejenak ngebayangin wajahnya….) masalahnya saya belum lihat RURISA alias RISA sohib saya yang biasa ngajak saya trekking, curang banget dia belum datang padahal kantornya deket banget cuma selemparan belalai gajah doang di SCBD…………..tapi belum nampak batang idungnya…….tapi seseorang menegur saya ternyata si Dinda, dimana saya juga agak lupa sama nich bocah secara saya baru ketemu sekali waktu trip ke Pedalaman Baduy bulan September lalu, setelah basa basi sejenak and ngegosip soal si Joshua yang belum muncul dan tidak bisa dihubungi sebagai teleponnya, ada peserta yang sempet panik (malu balik kerumah kali yak seandainya ngga jadi piknik..he…he…..) tak lama kemudian saya melihat mahluk hidup yang postur tubuhnya kulitang (kurus tinggi langsing) dan penampakannya seperti futu dia yang tercantum di BB saya, saya spontan berkata pada Dinda itu Joshua bukan ya…….? sambil menunjuk  kearahnya, kemudian saya menyapanya dan dia menunjukkan sebuah senyum persahabatan sambil berkata ……….“saya uda nyampai di sini dari jam 17.00 tapi bingung nich BB aku low batt dan sudah mencoba kontak bus yang disewanya tapi belum juga datang….”
Tak lama kemudian Risa muncul dengan membawa pengganti teman kami yang gagal berangkat karena kondisi kesehatan tak memungkinkan Icut untuk pergi, maka Icut pun memberikan kepada pemeran penganti yang bernama Ade Supriyadi. Sambil menunggu peserta yang lain datang kami beberes dan saling berkenalan sekilas satu sama lain biar ngga asing-asing banget nantinya, walaupun cuman sekedar nanya nama dan berhaha……. hihi….. doang sich biar dikira kaga somsek……….yuhuuuuuu.
Karena tadi sempet keujanan dan badan rada kedinginan juga setelah dari toilet kami berempat (Gw, Risa, Dinda and Ade) mampir ke Dunkin Donut membeli minuman untuk menghilangkan rasa dahaga dan kepala yang mulai agak peyung dikit karena terkena rintik ujan bersama Si Abang ojek tadi, alamakzan betapa terkejutnya diriku manteman hanya memesan 4 cangkir teh panas saja aku harus membayar Rp. 70.000 sebuah harga yang sangat tidak wajar kurasa telah terjadi permarkupan harga disini mentang-mentang kita kedinginan dia jual muahal buanget yak………….(he…he….gw norak ngga sich…..) sungguh terlalu………., tapi sekedar rekomen saja next kalau ke dunkin donut jangan pesan minuman itu ya …………ngga masuk akal harganya, coba buat makan di “warteg” pasti bisa buat bayar semua peserta tour dan lebih kenyang ouy……………..
Waktu yang dinantikan akhirnya pun tiba sekitar jam 21.20 rombongan yang di pimpin oleh Kepala Suku Joshua akhirnya bergerak meninggalkan Semanggi menuju Wonosobo, dimana sebelumnya para peserta diabsen dan berdoa terlebih dahulu agar kami tiba dengan selamat di tempat tujuan (tetapi kali ini tidak ada peserta yang bernama Selamat lho….). Jalan menuju ke arah Cikampek benar-benar Pamerpaha (padat merayap sebagai maksud maap bukan mesum yak…) sehingga perjalanan begitu menyedihkan dan mungkin ada beberapa peserta yang galau dengan perjalanan kali ini, saya hanya bisa memanjatkan doa kepada Tuhan semoga kami diberi kelancaran dan keselamatan selama dalam perjalanan. Istirahat pertama kami berhenti di rest area masih seputar Cikampek entah di KM berapa itu and apa nama tempatnya gw lupa soalnya sempat tertidur (manteman ada yank inggat ngga nama tuch tempat…kasih tau dong….). Keluar dari pintu toll Cikampek ternyata juga padat dan itu membuat sepanjang perjalanan menjadi sangat menjenuhkan………………….bosen buanget, secara tiap hari juga jalanan Jakarta macet………entah belum terbiasa dengan jalur menuju Wonosobo atau mungkin sopir bus baru pertama kali jalan ke arah trayek dimaksud laju kendaraannya tidak maksimal dan baru tersadar tuch sopir lebih banyak istirahatnya……………….rasanya jadi gemes banget pengen bantuiin nginjek gas dech kalau ngga ingat celaka he….he……
Kami memasuki kota Wonosobo sekitar jam berapa ya???? Waduh gw lupa nihh…..ada yang ingat ngga ya….???? Pokoknya siang dah. Sebelum menuju ke Dieng kami menjemput seorang pemandu wisata lokal yang bernama Pak Didi (benarkan aku kalau salah ya…..). Akhirnya kita berhenti di alun-alun kota Wonosobo yang lumayan rindang dan nyaman buat beristiharat sejenak.
Tiba-tiba ada masalah yang agak dikit pelik……terjadi salah paham atau bahasa kerennya miss komunikasi antara si Joshua dengan pemilik kendaraan, bahwa bus yang di sewa tidak mau melanjutkan perjalanan ke arah Dieng…!!!!! Nah lo masalah bukan weee…….. jangan-jangan kami harus kemah di ni alun-alun dalam hati…..????? akhirnya Si Jo (begitu aku memanggilnya biar singkat aja and keliatan kalau gw keren and gaul) berkata bahwa menuju ke arah Dieng tidak bisa menggunakan bus besar harus bus kecil yang hanya berisi 15 orang, Pak Didi pun membenarkan hal itu akhirnya diputuskan untuk menyewa bus menuju Dieng, setelah Pak Didi berkontak ria dan bernegosiasi dengan pemilik bus akhirnya di sepakati harga sewa deal Rp. 500.000,- per bus, karena peserta ada 30 orang maka harus sewa 2 bus, jadi kami harus iuran perorang Rp.35.000,- (harus rela kali kalau ngga bisa rempong secara uda nyampe Wonosobo tapi ngga nyampe Dieng….apa kata orang rumah, manteman, handai taulan yang uda kita pamiti??? malu abissss lah………)
Sambil menunggu bus sewaan kami datang kami diberi kesempatan istirahat sejenak untuk mengisi perut, saya berempat memutuskan makan Tahu Kupat di sebrang alun-alun yang rasanya kalau boleh jujur dari hati yang paling dalam …….ngga enak sich. Setelah makan sambil menunggu teman yang lain  datang kembali, biasa naluri seorang model mengatakan gw harus narsis and pose di tuch alun-alun dan tidak boleh terlewatkan untuk mengabadikan tempat tersebut……..yuuuhuuuuu….

                            
BERPOSE SEJENAK DI ALUN-ALUN KOTA WONOSOBO SEMBARI MENUNGGU BIS KE DIENG

Akhirnya sekitar jam 13.30 kami semua rombongan berangkat dengan menggunakan bus yang telah kami sewa sampai kepulangan kami ke Jakarta bertolak menuju kawasan Dieng yang berjarak sekitar 26 KM dari kota Wonosobo, kebetulan saya serombongan dengan si pengagas acara tour ini Si Jo, dengan sopir yang bernama Pak Buang begitulah beliau minta di panggil walaupun wajahnya Rambo (dengan kumis tebal dan rambut gondrong nyaris sebatas bahu) tapi hatinya………… Rinto, saya dan Risa kebetulan duduk di depan samping si Mr. Rambo itupun dilakukan setelah 3 kali berganti tempat duduk…..curang banget ya nyari posisi yang enak….he…he….semoga ngga ada yang sirik setelah baca coretan ini…… 

hai.......sisi lain alun-alun Kota Wonosobo

Dieng sendiri secara etimologis, ada beberapa versi yang menjelaskan arti nama Dieng. Pertama, berasal dari bahasa Sansekerta ardi yang berarti gunung dan hyang yang berarti kahyangan atau bisa juga berarti Dewa Pencipta sehingga bisa ditafsirkan sebagai gunung tempat bersemayamnya dewa-dewi. Pengertian ini bisa juga dihubungkan dengan peninggalan-peninggalan purbakala berwujud candi yang banyak bertebaran di sana. Kedua, kata Dieng berasal dari bahasa Jawa adi yang berarti indah atau elok dan aeng yang berarti mengagumkan karena bersifat aneh.

JALANAN MENANJAK MENUJU DIENG    

Sepanjang perjalanan menuju Kawasan Dieng jalanan cukup terjal tanjakannya, sangat di sarankan para wisatawan yang datang berkunjung ke Dieng wajib berganti kendaraan dengan mengunakan sopir lokal mengingat medannya yang cukup terjal, curam, jalannya sempit sehingga kalau berpapasan dengan kendaraan lain harus waspada dan ada beberapa jalan yang rusak, dan tidak memungkinkan untuk menggunakan bus besar seperti bus-bus pariwisata pada umumnya.         
        

HAMPARAN LADANG DAN PEGUNUNGAN YANG DISELIMUTI KABUT      
                                                                           
Mr. Rambo tenyata sangat ramah tidak salah saya menjuluki beliau “wajah bole Rambo tapi hati Rinto” sepanjang perjalanan Si Mr. Rambo bercerita sekilas tentang sejarah seputar kawasan Dieng dan sekitarnya, bahwa kawasan Dieng sendiri terletak di kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah berada di dataran dengan ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut ini 55 km arah timur laut kota Banjarnegara, yang wilayahnya di bagi 2 bagian yakni Kabupaten Banjarnegara untuk wilayah barat dan Kabupaten Wonosobo untuk wilayah timur, dulunya merupakan sebuah gunung berapi yang sangat besar dan tinggi. Suatu saat gunung tersebut meletus dengan dahsyat hingga melemparkan badan puncaknya ke daerah sekelilingnya yang kini membentuk bukit-bukit besar maupun kecil, seperti rangkaian perbukitan Gunung Perahu (2.565 m), Jurang Grawah (2.450 m), Gunung Kendil (2.326 m), serta perbukitan lain, seperti Gunung Pakuwojo, Bismo Pangonan dan Sipendu dengan ketinggian antara 2.245 m – 2.395 m. Perbukitan kecil yang merupakan potongan atau irisan badan puncak gunung yang terlempar, antara lain membentuk Gunung Naga Sari, Pangamun-amun, Gajah Mungkur serta perbukitan dengan ketinggian antara 1.630 m – 2.154 m, dan di kelilingi pegunungan antara Gunung Sindoro, Gunung Sumbing Gunung Perahu, Gunung Rojojembangan dan gunung Bismo.

SEPANJANG MENUJU PERJALANAN DIENG

Saya dan Risa berinteraksi dengan Mr. Rambo maklum terbawa naluri profesi jadi pengen taunya bak Polisi nanyain Tersangka….. Si Jo sendiri ngga bisa ditanyain karena dia juga baru bikin pengakuan dengan sejujurnya kalau itu baru pertama kalinya dia pergi ke Dieng nah lho…….gubrak abis kan jadinya……….,  tapi rupanya Mr. Rambo dengan senang hati memberikan penjelasan bahwa Dieng adalah penghasil sayur mayur seperti wortel, kol dan kentang sebagai primadonanya dengan kwalitas paling baik dan super adalah penghasil utamanya.

Panorama Sepanjang Jalan Menuju Dieng

Dan yang paling spesifik serta tidak ada daerah lain di Indonesia adalah CARICA adalah sejenis buah papaya tapi namanya carica buahnya seperti papaya tapi kecil-kecil, dan rasanya manis biasanya di buat dalam bentuk manisan dan dodol. Yang unik dari buah carica ini adalah jika pohon carica ini di tanam di luar Dieng  maka akan tumbuh menjadi pohon pepaya biasa, unik bukan patut di coba si carica ini……

POHON CARICA

Sekitar jam 15.00 kita sampai di kawasan Dieng, saat memasuki Pintu Gerbang dasar emang pada narsis atas perintah sang kepala suku alias ketua rombongan Si Jo minta berhenti sejenak kepada Mr. Rambo, untuk berfutu-futu ria di depan Pintu Gerbang yank ada tulisannya “Kawasan Dieng Plateo”, terjadi kehebohan sejenak untuk berfutu-futu dengan berbagai pose-pose narsis masing-masing para peserta tour, sayangnya bus rombongan pertama tidak behenti jadi hanya rombongan bus kami saja yang memanfaatkan moment tersebut, untungnya saya bersama Si Jo sang kepala suku rombongan tour ini dan untung lagi saya tidak salah memilih naik bus Si Mr. Rambo ………….
         

MEMASUKI GERBANG KAWASAN DIENG PLATEAU

Seperti kesepakatan awal sebelum berangkat menuju Dieng, kami singgah sebentar ke Home Stay yang sudah di sewa sebelumnya untuk sekedar menaruh barang-barang dan membawa perlengkapan sekedarnya untuk menuju Kawah Sileri, Kawah Candradimuka dan Sumur Jalatunda.

SARAN DAN TIPS :
1.  Bila baru pertama kali datang ke Dieng sebaiknya berganti dengan kendaraan kecil atau bus kecil dan pergunakan sopir setempat, mengingat medan perjalanannya yang cukup terjal dan jalanan sempit.

2. gunakan pemandu wisata setempat dan pastikan dia menguasai seluruh tempat wisata yang ada di kawasan Dieng dan sekitarnya, sehingga kalau ada pertanyaan sang pemandu bisa menjawab pertanyaan anda dengan benar. Tanyakan juga tempat wisata yang lebih menarik walaupun anda sudah mempunyai daftar untuk dikunjungi, siapa tau tempat wisata yang di tawarkan lebih menarik, tanyakan pula kekurangan dan kelebihan dari tempat tersebut.

3.    jangan segan-segan untuk bertanya tentang segala hal yang berkaitan dengan tempat tersebut, apa yang boleh dilakukan dan terlarang, berbicaralah dengan bahasa dan tutur kata yang sopan dengan lebih pada etika adat setempat.

2. KAWAH SILERI @


Kawah Sileri satu dari beberapa obyek wisata alam di Dataran Tinggi Dieng sebuah Kawah vulkanik yang terletak di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini menjadi tempat pertama tujuan kami, jalan menuju kawah ini tidak terlalu jauh dan tidak terlalu terjal karena ada anak tangga menuju kesana dengan berjalan kaki menuruni bukit sekitar 300 meter, fasilitas dalam kondisi yang cukup memperihatinkan ini memiliki akses jalan yang kurang terawat, banyak lubang di sepanjang jalan dari gapura masuk sampai ke lokasi.
Sebaiknya jika kesana memakai masker karena bau belerang yang cukup menyengat, dan yang tidak biasa akan membuat kepala menjadi puyeng, pemandangan di sekitar kawah ini cukup indah dan udaranya sejuk tapi sangat tidak sedap buat menghirup udara karena bau belerang yang sangat menyengat, jarak aman dari kawah ini sebaiknya 4 meter karena kalau terlalu dekat sangat berbahaya pastinya. Sileri sendiri konon katanya diambil dari air kawah yang berwarna putih keabuan yang mirip dengan air leri (air dari cucian beras), sehingga akhirnya kawah tersebut diberi nama Kawah Sileri. Aliran air dari Kawah Sileri ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengairan perkebunan milik penduduk yang berada di sekitar kawah, sekitar tahun 90-an air di kawah ini berwarna putih seperti air tajin (air rebusan beras), tetapi karena tercemar oleh air dari pertanian di sekitar lereng-lerengnya maka airnya berubah kehitaman.
                  
MERAME...... di KAWASAN KAWAH SILERI


Sepanjang perjalanan menuruni perbukitan menuju kawah, kita akan disuguhi pemandangan yang sedikit kurang mengenakkan. Pemandangan kamar mandi umum dalam kondisi rusak dengan "limbah" berwarna kekuningan yang berserakan di dekat pembuangan air. Entah limbah apa itu, saya sendiri kurang mengetahuinya. Tidak jauh dari kawah terdapat bangunan seperti pendopo yang digunakan sebagai gardu pandang untuk melihat pemandangan kawah. Bangunan ini juga tampak tidak terurus, genting-genting sudah beterbangan entah ke mana. Di sebelah gardu pandang tersebut terdapat sebuah papan peringatan agar pengunjung tetap waspada dan menjaga jarak dengan kawah. Walaupun masih minim dengan fasilitas pendukung, Kawah Sileri ini tetap menjadi alternatif obyek wisata yang wajib dikunjungi di Dataran Tinggi Dieng. Pemandangan yang disuguhkan oleh kawah ini tak kalah cantik dengan pemandangan obyek wisata lain di Dieng. Hamparan kawah seluas kurang lebih dua hektar ini selalu tertutup oleh kepulan asap berwarna putih dengan bau belerang yang khas seolah tak pernah berhenti menyelimuti permukaan kawah. Setelah berfutu-futu narsis sekitar setengah jam kurang lebih, kami meninggalkan Kawah Sileri ini untuk menuju Kawah Candradimuka. Tips bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kawah Sileri karena minimnya fasilitas parkir kendaraan yang tidak memadai, kendaraan hanya diparkirkan di pinggir jalan begitu saja tanpa ada yang mengawasi, jadi sebaiknya sebelum kendaraan anda tinggal kunci dengan baik.

Panorama Alam  Kawah Sileri

TIPS DAN SARAN :
1. jika berkunjung ke Kawah Sileri  sudah menjelang sore ada baik menggunakan pakaian hangat dan perlengapan lain, karena udaranya cukup dingin

2.     bawa masker, karena bau belerang yang dihasilkan cukup menyengat

3.    tidak ada fasilitas MCK di tempat ini, jadi kalau mau buang air cukup repot terutama umat cewe

4.    sangat disarankan kepada Yth Pemda setempat agar Kawasan kawah Sileri ini dikelola dengan baik, dibuat loket pintu masuk, tempat parkir yang memadai juga brosur yang menerangkan tentang Sejarah Kawah Sileri.

3. KAWAH CANDRADIMUKA@

Pose .............dulu di Kawah Candradimuka

Perjalanan menuju Kawah Candradimuka ini agak membutuhkan perjuangan fisik yang lumayan berat bagi kami, karena kami tidak sempat istiharat sama sekali karena perjalanan panjang yang amat melelahkan dari Jakarta, dan sangat meleset dari jadwal sebagaimana itinerary yang saya terima dan baca seharusnya kami jam 08.00 sudah tiba di Dieng, tetapi karena satu dan lain hal kami tiba di Dieng sudah menjelang sore. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat para peserta tour termasuk saya untuk melanjutkan perjalanan menuju Kawah Candradimuka yang lumayan terjal kondisinya letaknya di atas bukit dengan jarak tempuhnya sekitar 5 kilometer, dengan trekk naik di kemiringan antara 30-45 derajat jalan menuju Kawah Candradimuka belum memungkinkan untuk dilewati kendaraan besar dengan kondisi jalan berbatu dan tanah yang cukup labil untuk ditapaki. Tetapi di kawasan ini bisa di lalui kendaraan bermotor roda 2, bila ingin menggunakan sepeda motor sebaiknya motor dalam kondisi sehat dan waras, karena jalannya berupa bebatuan yang cukup terjal, dan yang lebih penting anda adalah orang yang piawai dalam berkendara, bagi yang baru bisa naik motor jangan mencoba di trayek ini karena pasti bisa benjol abis…….

                  JALANAN DAN PEMANDANGAN MENUJU KAWAH CANDRADIMUKA                 

Konon kabarnya keberadaan Kawah Candradimuka selalu dikaitkan dengan cerita pewayangan Jawa kisah Gatotkaca / Tetuka, di kawah ini  Gatutkaca rebus sehingga memperoleh kesaktian Otot Kawat Tulang Besi demikianlah legenda mengenai Kawah Candradimuka. Kawah ini  terletak di Dataran Tinggi Dieng  tepatnya di desa Pekasiran Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Untuk menuju Kawah Candradimuka ini kami harus rela banget berjalan kaki…….. menaiki bukit yang dikelilingi pemandangan lembah alami nan eksotis  pemandangan alamnya sungguh luar biasa indahnya, selain hamparan hijau dari kebun sayur mayur yang ada di lokasi ini, di kelilingi pula oleh jajaran pegunungan dan hawa dingin yang mulai menusuk hingga ke dalam tulang karena di sertai hembusan angin. Kawah ini termasuk kawah aktif karena dari dalam kawah masih sering muncul Semburan Gas namun tidak berbahaya.



Kawah ini bukan merupakan kawah gunung berapi, melainkan pemunculan solfatar dari rekanan tanah. Terdapat dua lubang pengeluaran solfatar yang masih aktif, salah satunya mengeluarkan solfatar terus menerus sedangkan yang lain secara berkala. Tempat ini dipakai untuk Upacara Ritual Ruwatan 1 Suro. 

TIPS DAN SARAN :
1.      jika berkunjung ke Kawah Candradimuka hari  sudah menjelang sore ada baiknya menggunakan pakaian hangat dan perlengapan lain, karena udaranya cukup dingin.

2.    bawa masker, karena bau belerang yang dihasilkan cukup menyengat bila disertai hembusan angin.

3.    tidak ada fasilitas MCK di tempat ini, jadi kalau mau buang air cukup repot terutama buat cewe.

4.    bagi pemula yang baru pertama kali datang ke lokasi ini, jangan segan untuk selalu menanyakan kepada pemandu wisata anda mengenai rute jalan dan kondisinya, ini penting terutama yang punyak penyakit yang berhubungan dengan masalah pernafasan.

5.     sangat disarankan kepada Yth Pemda setempat agar Kawasan Kawah Candradimuka ini dikelola dengan baik, dibuat papan petunjuk arah secara jelas, kedai makanan, toilet, parkir yang memadai juga brosur yang menerangkan tentang Sejarah Kawah Candradimuka itu sendiri.


4. SUMUR JALATUNDA@

 SUMUR JALATUNDA  

Sebuah tempat wisata lain di wilayah Dieng yang berasal dari kawah mati selama ribuan tahun, yang terisi air sehingga terlihat seperti sebuah sumur raksasa berdiameter 90 m dan kedalaman ratusan meter. Ada kepercayaan penduduk setempat jika seseorang berhasil melemparkan batu menyeberangi sumur tersebut, maka segala keinginannya akan terlaksana. Bahkan air sumur Jalatunda mempunyai kekuatan magic sehingga banyak dimanfaatkan wisatawan. 

KAWASAN SUMUR JALATUNDA   

Bila anda ingin melemparkan batu di tempat ini tidak perlu repot mencari batu karena ada penjual batu di tempat tersebut dengan harga Rp. 500 perbatu. Adapun target lemparan antara perempuan dan laki-laki berbeda jauhnya. Bagi perempuan, cukup dengan melempar batu kerikil ke tengah sumur, maka ia dapat dikatakan berhasil. Sementara bagi lelaki, target lemparannya lebih jauh lagi, yaitu hingga ke seberang sumur yang ditandai dengan rimbun pohon bunga berwarna ungu, yang tumbuh di sela-sela batuan di sisi seberang sumur.        
                                          
Menurut saya pribadi tempat ini tidaklah telalu istimewa, mungkin karena pengunjung hanya bisa melihatnya dari atas tanpa bisa mendekat ke lokasi ini, di tambah dengan hamparan alang-alang yang menggangu pandangan mata untuk menikmati Sumur Jalatunda itu sendiri secara leluasa, tetapi ada yang unik dari lokasi ini yaitu anak tangga menuju ke atas sumur tiap-tiap orang akan berbeda dalam menghitungnya, sayang saya sendiri tidak melakukan penghitungan ini, tetapi beberapa teman ada yang menghitungnya katanya jumlahnya 88 anak tangga.


MAKAN BAKSO di LOKASI PARKIR  
      
Sebelum kembali ke home stay, kebetulan di tempat itu ada penjual bakso lumayan buat menganjal perut sembari mengusir udara dingin yang mulai menyerang, jadilah bakso di serbu oleh nyaris semua para peserta, sampai si abang penjual kerepotan karena berbagai macam permintan sesuai selera masing-masing, yang seru justru menunggu gantian  mangkok di situlah rasa kebersamaan tercipta.

TIPS DAN SARAN :
1.      jika berkunjung ke Kawah Candradimuka hari  sudah menjelang sore ada baik menggunakan pakaian hangat dan perlengapan lain, karena udaranya cukup dingin.

2.     di tempat ini ada fasilitas MCK.

3. di tangga menuju ke atas ada Pengemis, tidak ada salahnya jika andabersedekah seihklasnya.

4.  untuk masuk ke lokasi ini dikenakan tiket, entah berapa harganya tetapi yang pasti terjangkau, namum sayang di sini saya juga tidak mendapatkan brosur untuk mendapatkan sejarah dari Sumur Jalatunda itu sendiri. Maka disarankan bertanyalah pada gaet yang yang bawa dengan semaksimal mungkin tentang Sejarah dari Sumur Jalatunda itu sendiri.

5. TOKO OLEH-OLEH TRI SAKTI@

KESIBUKAN BELANJA OLEH-OLEH DI TOKO TRI SAKTI     

Sebelum kembali ke home stay rombongan tour terlebih dahulu mampir di tempat penjualan oleh-oleh khas Dieng, Pak Didi menyarankan agar kami berbelanja sekarang saja demi efisiensi waktu karena besok pagi-pagi sekali kami harus berangkat menuju Golden Rise Sikunir untuk melihat terbitnya Sang Surya dari ufuk timur.
Terjadi kegaduhan dan hiruk pikuk di tempat ini semua tester yang ada dan disedikan oleh Si Pemilik Toko oleh-oleh di sikat habis bersih oleh semua para peserta tour termasuk saya tentunya……yang namanya gratisan pasti lah tak kan terlewatkan walaupun hanya sedikit kebagian…….he…he…..
Di toko ini menjual khas makanan dari dieng ada keripik kentang, jamur, kacang babi (maapp ya mereka menyebutnya demikian), buah carica yang sudah dibuat dalam bentuk manisan dan dodol, yang unik dan spesifik adalah minuman yang bernama PURWACENG minuman asli khas dieng dengan berbagai rasa kopi, susu dan original, karena yang empunya toko emang baik banget kami dibuatkan minuman tersebut untuk di coba, menurut saya yang paling enak yang rasa susu, kalau yang rasa original kata penjualnya rasanya pahit.
Oleh-oleh disini harganya terjangkau, saya membeli keripik kentang ukuran 100 gram harganya Rp. 10.000,- , kacang babi sama, teh tambi asli dari Perkebunan Dieng juga Rp. 10.000,- yang adak mahal adalah Purwaceng 1 kotak isi 6 bungkus harganya Rp. 30.000, ssssttttt….. tapi saya berhasil merayu bapak penjual dengan membayar hanya Rp. 25.000,-……jangan sirik ya buat yang lain……………………yuhuuuuuu……………
                  
PURWACENG RASA KOPI DAN SUSU
            
Saya dan beberapa orang menjadi rombongan akhir yang membeli oleh-oleh ini dan kebetulan letaknya tidak jauh dari home stay kami tinggal, waduh saya lupa apa ya nama home staynya…..? temen-temen kasih tau dong ……………makanya kami cukup berjalan kaki saja.

6. HOME STAY@

Sampai di home stay semua peserta tour sudah menempatkan posisinya masing-masing ada yang di kamar beberes, ada ngobrol-ngobrol supaya lebih akrab dan ada yang stand by di depan tipi karena kebetulan malam itu ada pertandingan bola Indonesia melawan musuh bebuyutan nyaris segala bidang yaitu Malaysia……..
Yang seru adalah saat mau mandi wuiiih……jangan di tanya itu air dinginnya seperti kita mandi air es, bayangin uda malam pula dan harus mandi masak ngga mandi sich uda seharian di jalan, kebayang rasanya itu air…………beeeeeerrrrr rasanya sampai saya ngga bisa napas karena setiap guyuran air itu sensasinya membeku di sekujur tubuh……………..,
Yang seru adalah temen kami yang menamakan dirinya “Juragan Kepiting” …..entah apa sebagai maksud sepertinya hanya dia dan Tuhan yank tau dari arti nama tersebut………. Juragan Kepiting alias JURPIT walaupun badannya gede, rambut kribo, kulit sawo matang sich….weee jangan tanya hebohnya minta ampun, gw curiga dia itu “penakut”……..soalnya ngga berani liat pertandingan bola entah kenapa zipper banget……...takut Indonesia kalah, tapi ngga sampai segitunya sich Bang Jurpit…please dech……..harus diakui kalau ngga ada dia ngga rame bin heboh………..
Setelah makan malam saya sekitar jam 20.00 langsung tidur, soalnya besok kita akan melihat terbitnya Sang Surya dari timur, jadi menurut Si Jo kita harus berangkat pagi-pagi banget sekitar jam 3.30 pagi harus sudah berangkat, itu artinya kita harus bangun antara jam 2.30 – 3.00. Saya terbangun sekitar jam 2.30 dan langsung berkemas-kemas hanya cuci muka dan gosok gigi, untuk mandi maaf ngga berani, menyentuh tuch air buat kumur saja wuiiiiihhhhhh……….rasanya seperti mengambil air dari kulkas, ngga kebayang kalau mandi pasti langsung meriang……….
Ketika saya keluar dari kamar, saya mendapati Si Jo sudah rapi mengunakan kostum hitam-hitam bak mau pergi ke pemakaman wae…he..he………….weeee salut dech buat Jo sepertinya dia orang nomor satu yang paling siap. Terjadi kehebohan yang luar biasa saat si Jurpit nanya air dingin ngga sich…rupaya dia mau mandi, rempong banget tuch Si Kribo balak-balik nanya and keluar masuk kamar mandi antara mau mandi apa kagak….bawelnya ngelebihi cewe, abis dech tuch pagi bikin gaduh suasana home stay……. Tak lama kedengeran suara byur…byur….byur…disertai teriakan histerisssss dari kamar mandi…..…jiiiaahhhh Si Jurpit mandi juga rupanya……….tapi gaduhnya itu gubrakkkk abis dah….sampai ayam saja ngga berani berkokok denger teriakan dia yank super histeria………bak naik halilintar di Ancol………, ssssttttt…. tapi beberapa temen curiga kalau Si Jurpit tuch……..cuma action wae pura-pura mandi padahal dia cuma buang-buang air dari bak ….he…he….he….

Sekitar jam 3.15 kita kumpul di ruang tengah sembari berkenalan satu sama lain karena kemarin waktunya ngga sempet, setelah memperkenalkan diri secara singkat masing-masing perserta tour, sekitar jam 3.45 semua rombongan berangkat menuju Golden Rise Sikunir……sayang saya tidak sempat berpamitan sama pemilik home stay dimana kami bermalam, buat yang punya rumah terima kasih ya, maafkan kami jika membuat tidak nyaman dan menggangu tetangga kanan kiri, soalnya di pagi-pagi buta bikin suasana gaduh dan heboh……………..

TIPS DAN SARAN :
1.  Ada baiknya bila menyewa home stay kasih saja uang kepada yang punya rumah untuk di masakin saja dari pada makan nasi kotak. Soalnya masakannya jadi dingin dan cenderung mubazir karena saya melihat banyak yang tidak habis, kalau masak dan di sajikan dengan masakan sederhana saja sesuai biaya yang di berikan pasti lebih nikmat dengan hidangan yang masih panas walaupun sederhana, apalagi kalau bisa mendapat makanan rumahan yang biasa di masak oleh pemilik rumah itu lebih memuaskan.

2.    jangan segan minta air panas pada sang pemilik penginapan dimana ada tinggal, bila sebelumnya telah diperjanjikan tersedia air panas, sedangkan alat pemanas dalam kamar mandi tidak berfungsi.

3.    buat pemilik penginapan ada baiknya tiap kamar ada stop kontak buat kami untuk mengecash peralatan elektronik kami yang hanya HP dan batteray kamera, agar tidak saling berebutan di satu titik saja sehingga bisa membahayakan dapat jadinya korsleting listrik.

4. ada baiknya sebelum meninggalkan penginapan periksa seluruh bawaan anda jangan sampai tertinggal, untuk menjaga hubungan baik dengan pemilik penginapan jangan tinggalkan sampah berceceran di ruangan manapun tanpa terkecuali, walaupun kita sudah membayar bukan berarti kita bersikap seenaknya, siapa tau next time kembali kita bisa dapat diskon…….


7. GOLDEN SUNRISE SIKUNIR@

KETIKA SANG SURYA MENINGGALKAN PERADUAN MALAMNYA UNTUK TAMPIL MENJEMPUT SANG FAJAR DI UFUK TIMUR

Perjalanan menuju sunrise dieng, udaranya dingin banget dan sepanjang perjalanan cuacanya berkabut tidak telalu tebal sich cuma sepertinya jarak pandangnya hanya sekitar 1 M saja. Golden Sunrise Sikunir ini letaknya berada di Desa Sembungan, Desa Sembungan adalah desa yang letaknya paling tinggi di Pulau Jawa menurut keterangan Si Mr. Rambo. Kami rombongan berhenti sejenak di sebuah Masjid yang terletak di desa tersebut sekitar 15 menit untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah itu perjalanlan dilanjutkan menuju Sikunir dengan kondisi jalan sangat terjal, rusak, sempit dan hanya bisa dilewati oleh 1 kendaraan saja, jika berpapasan harus sabar menunggu.

Pesona Sang Surya Menyapa Bumi

Untuk melihat Sunrise Sikunir ini, kita harus rela banget mendaki bukit di tengah kegelapan pagi, tapi jangan di tanya sepagi itu dalam kondisi gelap suasana sudah ramai oleh penunjung lainnya, kami harus berlomba dengan waktu jangan sampai Sang Surya terbit lebih dahulu sebelum sampai puncak, jangan di tanya lelahnya seperti apa dengan kondisi yang kurang istirahat dan hawa dingin yang luar biasa menembus hingga ke dalam tulang, ditambah kondisi agak gelap harus mendaki dalam kegelapan pagi menjelang fajar. Saya lupa sampai di puncak jam berapa, yang jelas Sang Surya belum menampakkan jati diri untuk tampil dan mengucapkan salam pagi kepada dunia………

 GOLDEN RISE SI KUNIR

Salah satu Pemandangan yang ditunggu Para Wisatawan saat melihat Sunrise Dieng adalah hamparan awan pekat dibawah pandangan mata yang berwarna keemasan sehingga seakan-akan sedang mengambang di atas awan, itu sebabnya mengapa Dieng dinamakan Negeri di Atas Awan….yuuuhuuuu…..jangan di tanya Kala Sang Surya perlahan menampakan dirinya malu-malu, muncul kepermukaan sedikit demi sedikit, bak anak kecil yang malu-malu ketika pertama kali berkenalan……..

 
Kebersamaan Menyambut Sang Mentari Pagi.......
  
Rasa lelah mendaki bukit terbayar sudah saat Sang Surya benar-benar menampakkan dirinya tampil secara utuh sungguh indah Ciptaan Sang Maha Kuasa, tiada bandingannya….. moment indah tersebut tidak disia-siakan oleh kami para perserta tour dengan heboh, gaduh and gubrak abis berfoto-foto bak model dengan segala model dan gaya narsisnya masing-masing, justru disitu rasa kebersamaan dan keakraban terjalin secara perlahan, walaupun sumpah dech….pasti ngga ingat siapa-siapa namanya…….he…he….



    
Kami sangat beruntung berangkat dibulan antara September – Desember karena di musim hujan seperti bulan-bulan ini (Oktober- Desember) adalah kesempatan bagus untuk melihat fenomena terbitnya Sang Surya, karena justru agak susah di cari saat di musim-musim bulan kemarau diluar bulan antra Oktober-Desember. Dan saya sangat bersyukur kepada Tuhan pagi itu tidak turun hujan jadi kami bisa melihat terbitnya Sang Surya dari ufuk timur.
                   

DANAU DI SEBRANG GOLDEN SUNRISE SIKUNIR

Sebelum menuju tempat wisata selanjutnya Jurug Sikarim kita beristiharat dulu sejenak, begitu sampai bawah terlihat hamparan danau entah apa namanya…..saya juga lupa bertanya. Di tempat parkir banyak penjual makanan dan minuman berbagai aneka ragam ada : kentang goreng, cireng, sosis goreng dan yang unik adalah Sagon Dieng, patut di coba kalau pas kesini harganya murah hanya Rp. 5.000 saja, uniknya cara penyajiannya dalam pembakaran disitu letak seninya Sagon Dieng.  


SAGON DIENG

TIPS DAN SARAN :    
kalau berwisata ketempat ini pakailah pakaian hangat, kaos tangan dan gunakan sepatu yang aman buat trekking dan jangan lupa membawa penerangan, karena menjelang matahari terbit kondisi jalannya masih dalam kondisi gelap, terjal dan sangat berbahaya bagi yang tidak berpengalaman.


8. CURUG SIKARIM@



Letak Curug Sikarim ini masih satu wilayah dengan Golden Sunrise Sikunir di jalur Desa Sembungan, saat ini belum ada transportasi yang menuju Curug Sikarim sepanjang perjalanan kita akan di suguhi hamparan ladang pertanian yang menghijau dan sepertinya kentang menjadi tanaman primadona di sini. Jalanan menuju Curug Sikarim ini cukup menguras tenaga karena menuruni kawasan perbukitan, nyaris tidak ada jalan datarnya, menikung dan melelahkan….wuihhh saya ngga kebayang baliknya nanti pasti gempor abissss….karena akan menanjak terus.

              


Menurut Pak Didi jaraknya hanya 1,5 km tapi saya rasa beliau bohong abissss dech………..secara kita uda lebih jalan dari 1,5 km perasaan ngga nyampe-nyampe…….., jangankan kelihatan itu curug terdengar suara airnya pun tidak…ampun bener dah….. apalagi teman perjalanan saya group paling bungsu Si Jurpit mulai teriak-teriak ngaco ngga sabar….. di tambah ada panggilan alam yang harus di penuhi sepertinya uda di ujung penantian banget ………..dia berkata-kata : deketnya orang jawa bilang sama orang kota itu beda banget, kalau orang jawa bilang tinggal 10 menit lagi and uda deket…., tapi tidak bagi orang kota itu artinya masih 1 jam bahkan lebih…..please dech Pak Didi jangan bohongi kami……..ouy……..tolong….…kaki gw uda gempor nich…..



Sayangnya curug ini tidak ada papan penunjuk jalannya, sehingga sebagian peserta yang tiba lebih dahulu salah jalan hingga 500 M…… nah lho ngga kebayang harus balik lagi naik keatas ouy…..saya beruntung tiba belakangan dengan beberapa teman termasuk Si Jo…..lumayan dech ngga harus dapat tambahan bonus jalan secara uda ngos-ngosan juga.
 Jalanan menuju curug hanya jalan setapak penuh dengan semak belukar yang hanya bisa di lewati satu orang saja lumayan sempit dech….kalau sampai bepapasan harus saling merapatkan diri supaya bisa saling lewat, tapi …… kalau berpapasan dengan gajah yang pasti harus lari sekencang-kencangnya……..


                
Tapi kalau bole jujur ya….maap banget nich kalau ada yang ngga setuju ……secara pribadi saya tidak begitu terkesan dengan Curug Sikarim ini, karena tidak seperti dalam  bayangan saya selama ini……, dan yang pasti tidak balance dengan  perjalanan menuju ke lokasi ini, singkatnya kegemporan saya tak terbayarkan dengan imajinasi saya tentang Jurug Sikarim ini,……pantesan sepanjang jalan saya tidak perpapasan dengan rombongan wisatawan lain menuju lokasi ini selain para petani yang mengurus ladangnya maupun yang panen kentang…….

                     

Curug Sikarim merupakan kawasan wisata yang jauh dari permukiman penduduk menyebabkan obyek wisata ini masih asri dan belum banyak terjamah, sehingga menyebabkan obyek wisata ini belum terkelola secara optimal, namun demikian obyek wisata ini menawarkan sisi keindahan berupa latar berbukit yang menjulang yang sekitarnya banyak ditumbuhi tumbuhan langka yaitu Pakis Galar. Gemuruh suara air terjun Curug Sikarim yang dihasilkan menambah suasana tempat tersebut menjadi eksotis dengan udara sejuk, lumayan untuk sekedar melepas lelah setelah menempuh jalanan yang terjal dan berliku…. Kami di tempat ini hanya sekitar 45 menit saja, setelah itu perjalanan akan dilanjutkan ke Candi Arjuna, Telaga Warna dan  Dieng Plateau Theater

PEMANDANGAN DISEPANJANG PERJALANAN MENUJU CURUG SI KARIM

Perjalanan menuju ke tempat parkir kendaraan menjadi penyiksaan dan derita tiada akhir, kebayang kan saat berangkat jalannya menurun tajam dan sebaliknya….pasti menanjak tiada henti weee…. ini tantangan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus di jalani dengan cuaca matahari yang sudah mulai naik kepermukaan menjelang siang. Sampai ada salah satu teman kami cewe yang tiba-tiba sakit …..tapi Si Jo dengan sigap segera mencari motor pinjaman dari petani setempat untuk membawa yang sakit segera ke atas….., tak lama kemudian ada peserta cewe lain yang nyusul naik motor juga……. Saya tiba-tiba merasa tertantang pengen nyobain seperti apa rasanya dibonceng naik motor di jalur yang seekstrim itu nanjak dan menikung………. (ngeles yak padahal uda ngga kuat lagi buat jalan…..he…he…..he….).

               
PEMANDANGAN ALAM CURUG SIKARIM     


Akhirnya saya menjumpai bapak-bapak petani yang mau mengantar saya ke atas, jangan ditanya rasanya itu jantung serasa di luar area….adrenalin berpacu dengan kencangnya……mana si bapak tancap gas abis di tikungan yang menanjak dan berliku…..…wuiihhhhh rasanya itu ngga bisa dituliskan dengan kata-kata, yang menjadi permasalahan sebelum saya naik itu motor, Si Jurpit nitip kameranya yang super berat dan mahal banget pastinya  karena dia mengamatkan kepada saya jangan sampai jatuh karena itu harganya bisa buat beli 5 motor, kebayang kan itu harga kamera berapa…???? Sementara saya ngga kebayang kalau di tikungan tiba-tiba jatuh …..pasti saya harus jual Monas dulu buat ngeganti tuch kamera…….
Buat bapak petani entah saya lupa nanyain namanya……. hebat ouy…….naik motor ngebonceng saya yang bisa dikatakan lumayan berat tapi tancap gas and hajar abis sampai ke atas, saya rasa Valentino Rossi saja pasti kalah balap sama tuch bapak di Circuit Curug Sikarim ini………… ada kisah haru disini sebagai ucapan terima kasih saya kepada si bapak saya memberi imbalan sebesar Rp. 20.000 terkejut saya saat beliau berkata : “mba itu ngga kebanyakan ngasihnya………..hiks…hiks…..” ternyata masih ada kejujuran disini sementara di jakarta saya biasa beradu debat dulu dengan sopir bajaj dan ojek untuk jarak yang amat dekat……dan yang lebih mengharukan lagi motor yang ditumpangi teman saya Risa dan 3 orang lainnya malah ngga mau dibayar dan menolak tegas dan kata-katanya bikin pengen mewek “saya tulus menolong mba, sumpah….” Ya Tuhan semoga Engkau memberi rejeki dan pahala buatnya….tapi kami memaksa untuk menerima uang sebesar Rp. 20.000 sekedar menganti uang bensin. Sayang banget moment yang sempat mamacu adrenalin itu tak terabadikan………….
 
Hallo…….buat Pemda setempat ada baiknya jalan menuju Curug Sikarim di perbaiki dong, supaya bisa di akses kendaraan, terutama untuk mengangkut hasil pertanian dari ladang supaya lebih efisiensi waktu ngga tega rasanya ngelihat ibu-ibu mengendong karung dengan bawaan yang boleh dibilang ngga ringan, sempat saya di tanya sama serorang ibu petani yang saya temui sebelum saya dibonceng naik motor “dari air terjun ya mba…., iya saya jawab……, wah jauh pastinya…, iya saya jawab…, ya jauh mba…wong saya saja ngga pernah kesana kok…”

TIPS DAN SARAN : 
1.  karena Curug Sikarim ini belum banyak diakses orang ada baiknya kalau kesana harus sudah pernah dengan orang yang pernah kesana atau gunakan gaet lokal, kalau tidak menggunakan gaet lokal bertanya dengan para petani yang anda jumpai di sepanjang jalan, agar tidak tersasar karena tidak ada petunjuk dari curug ini.

2.jangan bawa bawaan yang merepotkan diri sendiri karena medannya lumayan melelahkan, ada baiknya kalau kesini harus dalam keadaan sehat fisik.

3.bawa air minum dan cemilan karena tidak ada yang jualan ditempat ini, dan juga jangan kebanyakan minum karena sepanjang jalan tidak ada MCK buat cewe cukup merepotkan kalau mau buang air kecil.

4.kalau tidak kuat jalan kaki bisa minta tolong para petani yang kebetulan lewat menggunakan motor untuk diboceng, berikan tips yang cukup pantas buat sekedar penganti bensin, tapi hati-hati buat yang penakut sedikit mengerikan dibonceng di jalur ini menanjak, menikung, dan jalanan yang tidak rata setengah rusak dan berbatu.

5. usahakan bila cuaca hujan sebaiknya tidak ke curug ini, karena tidak ada tempat buat berteduh dan pastinya perjalanan menjadi lebih berat.

6.Masukan buat Pemda juga dengan di kelola dan diberi fasilitas yang layak Curug Sikarim ini, tentunya akan menambah kas daerah anda.

9. KOMPLEKS CANDI ARJUNA@


Candi Arjuna sebuah kompleks candi Hindu peninggalan dari abad ke-7-8 ini terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara atau Dieng zona Selatan, yang merupakan salah satu candi tertua di Jawa. Di dalam kompleks ini hanya tinggal 5 candi berusia lebih dari seribu tahun yang masih berdiri dengan kokohnya.


Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. Entah siapa yang memberi ide, candi-candi ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh pewayangan oleh penduduk sekitar. Candi utamanya adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar.




Di sebelah kirinya berdiri berjajar Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Puntadewa memiliki bentuk yang hampir mirip dengan Candi Arjuna, sementara Candi Srikandi dan Candi Sembadra sedikit lebih kecil dan pendek. Berdasarkan cerita penduduk sekitar, Candi Puntadewa berada di tengah-tengah Srikandi dan Sembadra sebagai penengah bagi kedua kakak beradik yang sama-sama menjadi istri dari Arjuna tersebut.
          
SEKITAR KOMPLEK KAWASAN CANDI ARJUNA

Indahnya taman dengan pohon-pohon cemara dan bunga-bunga di sekeliling kompleks candi menghadirkan nuansa keindahan di tengah kedamaian dan keheningan suasana. Di kejauhan nampak asap putih yang mengepul tiada henti dari kawah-kawah vulkanik yang banyak terdapat di Dieng. Perbukitan dan pegunungan yang mengelilingi menambah kesan damai di hati.

TAMAN SEKITAR KOMPLEK KAWASAN CANDI ARJUNA

Kompleks Candi Arjuna memberikan nuansa lain daripada sekedar tempat persembahyangan umat Hindu pada masa lalu. Sedikitnya relief dan prasasti yang mengungkap tentang latar belakang candi ini menjadikannya sebagai salah satu candi paling misterius di Asia

Trimurti di Candi Srikandi

Kompleks Candi Arjuna merupakan candi hindu tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan dibangun pada tahun 809 M dan merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa. Hal ini terlihat dari adanya Lingga dan Yoni di dalam candi utama, serta arca Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya di relung-relung bangunannya. Namun arca-arca ini sekarang ditempatkan di dalam Museum Kaliasa, tidak jauh dari bangunan candi. Secara arsitektur, Candi Arjuna masih dipengaruhi oleh budaya India yang sangat kental. Bentuknya mirip dengan candi di India selatan yang disebut Wimana. Sementara itu Candi Semar kemungkinan besar mengambil bentuk mandapa, yang menjadi bagian dari candi di India, sebagai tempat untuk para peziarah dan festival.


Tidak banyak relief yang ditemukan di kompleks candi ini. Hanya ada relief yang menggambarkan ketiga Dewa Trimurti yaitu Siwa, Wisnu dan Brahma, yang semakin memperkuat bukti bahwa candi ini adalah candi Hindu. Namun anehnya, relief ini tidak dipahatkan pada candi utama. Penggambaran ketiga dewa ini terdapat pada dinding-dinding Candi Srikandi. Sementara dinding candi-candi lainnya nampak polos. Tidak ada satupun dari 12 prasasti yang ditemukan menjelaskan mengenai hal ini. Hanya ada hiasan Kala di pintu masuk candi serta relung tempat arca-arca disemayamkan. Masing-masing candi memiliki ciri khas dan keindahan tersendiri, dan dibangun tidak bersamaan dengan tujuan untuk bermeditasi.
Pada candi-candi ini selalu digambarkan dewa-dewa pendamping utama Siwa, kecuali pada candi yang istimewa yaitu candi Srikandi yang digambarkan pada relung-relung semu adalah dewa-dewa utama agama Hindu yaitu Brahma, Siwa dan Wisnu. Masing-masing candi memiliki ciri khas dan keindahan tersendiri, dan dibangun tidak bersamaan dengan tujuan untuk bermeditasi.
Pada candi-candi ini selalu digambarkan dewa-dewa pendamping utama Siwa, kecuali pada candi yang istimewa yaitu candi Srikandi yang digambarkan pada relung-relung semu adalah dewa-dewa utama agama Hindu yaitu Brahma, Siwa dan Wisnu.
Dinamakan komplek candi dieng plateau, karena keberadaan candi - candi di dieng berada dalam kelompok yang berdekatan. yang masing - masing kelompok terdapat beberapa candi. Pada awalnya Van Kinsbergen seorang tentara inggris pada tahun 1814 melihat sekumpulan candi yang terendam pada genangan air, kemudian pada tahun 1956 diadakan pengeringan telaga, tempat candi tersebut berada. Selanjutnya upaya pengeringan dilakukan pada tahun 1864 oleh pemerintah Hindia Belanda. yang sempat terhenti beberapa tahun.
   

Dari beberapa tempat yang sudah saya kunjungi, hanya Komples candi Arjuna yang paling terawat, tolietnya cukup bersih, rumputnya terawat, kebetulan saya berkunjung pada hari minggu jadi lumayan ramai juga pengunjungnya, selain itu ada juga sekelompok orang yang menggunakan kostum teletabiues dan wayang orang, dan mereka ini menawarkan untuk bisa berfoto dengan tarif murah sekali bidik Rp. 5.000  saja.


10. TELAGA WARNA DIENG@


Setelah dirasa cukup bernasis ria di Kawasan Candi Arjuna, kami melanjutan perjalanan menyusur ke arah timur sejauh 1,5 kilometer menuju lokasi Telaga Warna. Dinamakan Telaga Warna karena fenomena alam yang terjadi di tempat ini yaitu berupa pergantian warna air dari telaga tersebut. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena di dalam air tersebut terdapat kandungan sulfur cukup tinggi sehingga saat sinar Matahari mengenainya maka warna air telaga nampak berwarna warni.


Keindahan Panorama Telaga Warna Dieng dapat dilihat dari beragam sudut, karena Telaga Warna Dieng merupakan salah satu Obyek Wisata Dieng yang paling photogenic bagi anda yang gemar fotografi, anda tidak akan kecewa jika berkunjung ke telaga warna Dieng ini. Di sekitar danau ini juga dikelilingi hutan lindung disekelilingnya. Kami beruntung datang ke Dieng di saat musim hujun seperti sekarang ini karena kalau musim Kemarau Panjang, air di Telaga Warna Dieng ini surut sehingga akan mengalami penurunan daya tarik atas obyek wisata yang satu ini.
Di kompleks Telaga Warna ini juga terdapat obyek wisata lain yaitu : Goa Semar, Goa Sumur, Goa Jaran, Telaga Pengilon, karena keterbatasan waktu kami peserta tour tidak singgah di tempat-tempat tersebut, hanya beberapa peserta yang bermain flying fox dengan tarif Rp. 20.000 saja.
          


Saat saya dan beberapa teman menunggu teman-teman yang lain untuk hunting foto dan berjalan-jalan di sekitar Telaga Warna, saya melihat beberapa rombongan yang sudah cukup umur boleh dikata Eyang Kakung dan Eyang Putri gitu dech, membawa jurigen air keluar dari kawasan hutan lindung, saya penasaran ketika saya tanyakan kepada Mr. Rambo, dia bilang air itu diambil dari salah satu sumur di kawasan itu….tapi saya lupa namanya apa ya…??? bagi yang percaya air itu bisa untuk mengobati berbagai macam penyakit, kesehatan dan kecantikan supaya awet muda konon katanya kalau kita cuci muka dengan air tersebut……tau gitu saya pengen nyoba dech cuci muka…, sayang info terlambat saya dapatkan saat kami sudah meninggalkan kawasan Telaga Warna……..



TIPS DAN SARAN: 
1. Gunakan masker karena terkadang bau belerang yang cukup menyengat

2.    karcis masuk Kompleks Telaga Warna: Rp 6.000

3.     bila anda tidak sempat membawa kamera tidak usah kuatir karena di tempat ini ada fotografer yang siap mengabadikan anda dengan berbagai pose cukup membayar Rp. 5.000 langsung cetak murah bukan dan hasilnya sangat bagus karena teman saya Risa dan Dinda sudah membuktikan hasilnya

4. di tempat parkir kawasan ini di sediakan juga souvenir berbagai macam khas dieng, seperti kupluk dan syal bertuliskan Dieng dengan berbagai macam warna, makanan, minuman dll dengan harga relatif murah, harga kupluk berkisar 10.000 –Rp. 20.000, untuk syal Rp. 25.000 – Rp. 35.000 nah selamat berbelanja…..



11. DIENG PLATEAU THEATER (DPT)@

 


Dieng Plateau Theater menjadi tempat terakhir kunjungan wisata kami sebelum meninggalkan Dieng untuk menuju Kota Wonosoba dan kembali ke Jakarta. Memasuki kawasan ini kami disambut oleh plang yang bertuliskan "Welcome To DPT". DPT atau yang sering dikenal dengan Dieng Plateau Theater adalah sebuah pusat Interpretasi potensi alam dan budaya kawasan Dataran Tinggi Dieng. 

DPT (Dieng Plateau Theater)
adalah sarana wisata berupa bioskop yang materinya berupa informasi peristiwa alam Dieng, seperti peristiwa Sinila tahun 1979.  dibangun atas gagasan Gubernur Jawa Tengah H. Mardiyanto. DPT merupakan sarana edukasi, yang dilengkapi dengan peralatan audio visual dengan menampilkan Potensi wisata dataran tinggi dieng berupa kejadian Geologi, Seni budaya, Obyek Wisata, serta kehidupan sosial masyarakat dieng. Dokumenter yang terdapat di DPT  selain menggunakan Bahasa Indonesia juga diterjemahan kedalam Bahasa Inggris, memungkinkan touris mancanegara dapat memahami setiap kejadian yang ditayangkan dalam dokumenter DPT.
Secara administratif DPT masuk kedalam Kabupaten Wonosobo, secara Geografis DPT terletak di lereng bukit Sikendil kira-kira 1.5 km dari pertigaan masuk Dieng, 250 meter dari Telaga Warna. Berada pada ketinggian 2.100 m di atas permukaan laut.

                      
DPT sendiri dapat menampung pengunjung dengan kapasitas 100 Buah kursi, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti, WC, Area parkir, dan makanan kecil yang disediakan oleh penduduk setempat. Di sekitar tempat ini dilengkapi pula dengan taman dan tempat untuk bersantai. Dari kejauhan tampak rangkaian pegunungan seperti: Gunung Prahu, Gunung Juranggrawah, Gunung Pangonan, Gunung Sipandu, Gunung Nagasari, Gunung pangamun-amun, dan Gunung Gajah Mungkur.                                 


Sarana ini cocok sekali bagi anda yang ingin mengetahui sejarah dan peristiwa alam di Dieng dan Budaya masyarakat sekitarnya, sebagai tujuan wisata bagi para pelajar juga sangat dan Turis Mancanegara.

                            
RUANGAN DALAM DIENG PLATEAU THEATER

Di tempat ini kami menjumpai anak yang mempunyai “Rambut Gimbal” ciri khas dari Dieng yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia ini, namanya VITA gadis cilik mungkin usianya sekitar 8 tahun tapi saat kami menjumpainya dia malu, lebih tepatnya takut dech…secara kita serombongan 30 orang menyerbu dirinya dengan tujuan satu pengen foto bareng yak…., sayang kami tidak bisa berinteraksi sama sekali dengan dia bahkan saya pun tidak sempat mengambil gambar untuk kenangan. Tapi menurut Pak Didi mungkin si vita dalam kondisi capek dan sedang dalam kondisi bad mood karena seminggu lalu dia habis shooting untuk keperluan sebuah acara, padahal biasanya dia senang bila ada wisatawan datang menjumpainya bahkan mau berfoto bersama. Orang tua Vita sendiri juga berada di tempat ini berjualan makanan kentang dan jamur goreng, padahal teman saya Risa sudah memberikan makanan kepada Vita untuk mau sekedar berfoto bersama kami, tapi rupaya Dewi Keberuntungan kita kali ini tidak terkabul…….cucian dech……. Padahal mupeng buanget akunya ouy……
Kami memang datang di bulan bukan merupakan tradisi acara adat “Cukur Rambut Gimbal”, dimana upacara cukuran biasanya diadakan sekitar bulan antara Juli – Agustus, untuk upacara cukur rambut gimbal ini biasanya harus di dilengkapi persyaratan yang dikehendaki atau keinginan si anak, misalnya sepeda, baju, mainan dll….bagaimana ya kalau si anak minta pesawat terbang dan kereta api beneran……nah lho itu repot kan…..he…he…he…. ada yang bisa bantu jawab ngga ya….??????
TIPS DAN SARAN :
1.Dieng Plateau Theater wajib anda kunjungi, karena kita akan tau tentang sejarah  Kawasan Dieng dan sekitarnya.

2.  harga tiketnya cukup murah hanya Rp. 4.000/ orang

3.ditempat ini juga ada penjual souvenir bila anda belum sempat membelinya di tempat lain, buat kenangan atau buah tangan. Selain itu ada penjual makanan berupa kentang dan jamur goreng, minta di hangatkan atau di goreng kembali bila sudah dingin karena lebih enak jika dinikmati selagi panas.

12. MIE ONGKLOK DAN SATE SAPI@


okasi Mie Ongklok Longkrang

Tidak lengkap rasanya bila berwisata tidak menikmati kuliner khas setempat, sebelum rombongan tour kembali ke Jakarta kami mampir ke ketempat kuliner Mie Ongklok Longkrang bertempat di Kota Wonosobo dan lokasinya tidak terlalu jauh dari alun-alun kota. 


MIE ONGKOLOK

Selain Mie Ongklok ada juga makanan pendamping Sate Sapi, rasa dari mie ini agak manis dan sedikit kental tambahkan sambal akan lebih nikmat berikut satenya, harga Mie Ongklok sendiri cukup murahRp. 5.000/perporsi dan untuk Sate Sapi Rp. 15.000/perporsi, selamat menikmati…………….

                          
                                                               SATE SAPI

Akhirnya sekitar jam 16.00 Wisata Dieng ini harus berakhir, kami harus kembali ke Jakarta setelah sebelumnya  menurunkan satu teman kami yang akan pulang ke Malang,……mba siapa ya namanya………… dan setelah pindah bus dan beres-beres akhirnya kami perserta tour melanjutkan perjalanan menuju Jakarta……… sampai di Jakarta kami tiba dengan selamat jam 2.30 pagi hari di mana jalanan masih sepi banget, kami berpisah di Plaza Semanggi untuk menuju rumah masing-masing,  saya melanjutkan perjalanan pulang menuju Kelapa Gading dengan menggunakan Taxi yang ongkosnya lumayan mahal ya Rp. 70.000 untung masih ada duit tersisa di dompet saya……..sampai rumah jam menunjukkan pukul 03.15…waduh itu artinya saya hanya istirahat sebentar doang….karena jam 8.00 saya harus berangkat menunju kantor, alhasil sampai kantor saya bawaannya nguantuk berat……tetapi sedikit terobati karena siangnya teman-teman seperjalanan ke Dieng share futu-futu selama kami berada di Dieng, and di tambah komentar-komentar kocak selama kami bersama………..

AKHIR PERJALANAN@


Buat Gatara Joshua Sahelangi pelenggara tour kali ini tengkyu ya sukses lah buat perjalanan wisatanya, next kalau bikin acara tour murah meriah kabarin daku lagi ya Jo, entar aku buatin cerita perjalanannya lagi dech…………….dan buat teman-temen baruku seperjalanan : Ade Supriyadi, Reisza Pahlevi Cristianty, Nova Purba, Rurisa Chandra Amartawati, Fransesca Siane Naomi Np, Yanti Muthiah M, Dinda Eka Putri, Dharma Dharmendria (ajarain gw fotografi dong………), Fitier D’onion, Nisa Latifah Ihsan, Eny Rachmawati, Valent Valentina, Andriansyah S Putra, Ade Suhendra, Fajar Ramayelio, Juragan Kepiting (peserta paling heboh abissss…), Ita Riskatriyani, Muhammad Rudiawan, Queenbee Megasari Ritonga, Beta Sari Novalita, Romayasari (buat mba satu ini unik buanget dech trekkingnya pakai rok, salut buanget saya…), Sukiatno C Pamungkas, Don Marthinez, Dede PPS, Fandy Alfian Chaniago, Gusti Nur Iwari dan Retno Sari…….dan buat yang namanya belum disebut dan salah maafin daku yak………kalian semua teman perjalan yang seru dan keren abis lah semoga next time bisa jalan bareng-bareng lagi ya……………yuhuuuuuuuuu……………..

NB :
Catatan mengenai penulis : Rita, demikian saya di panggil cukup singkat dan jelas, ini salah satu perjalanan asyik dan unik yang saya pernah saya kunjungi, selain museum, kunjungan wisata daerah kepedalaman, naik gunung, pasar tradisional, pasar loak, tempat pelelangan ikan, tempat pembuatan kerajinan dll. 

Hanya sekedar ingin membuat catatan saja buat kenangan tentang tempat yang pernah saya kunjungi dan berbagi tips, banyak memang situs-situs yang membahas mengenai tempat-tempat wisata tapi pada umumnya hanya membahas yang indah-indah saja, tidak membahas kekurangan dari tempat wisata tersebut, siapa tau catatan saya ini berguna bagi calon wisatawan lain yang ingin berkunjung ke Negeri di Atas Awan Dieng, dan jika tulisan ini ada yang tidak berkenan and ada yang tersinggung maafin daku ya manteman, jika ada yang mau nambahin ceritanya boleh banget.

Terus data diatas saya dapatkan bukan saya pinter yak…, akan tetapi saya dapatkan dari hasil nanya-nanya sama Mr. Rambo alias Pak Buang sang driver lokal yang bawa mobilnya top abisss baik di tikungan dan tanjakan yang bikin hati kembang kempis secara jalanannya lumayan maut dengan jurang nyaris disepanjang jalan,  dan Pak Didi gaet setempat dan yang pasti nyontek dikit-dikit sama Eyang Googling, futu-futunya saya ambil dari milik beberapa manteman….….terus kalau banyak futu-futu saya wajar kali secara juga saya yang nulis nich cerita dan bolehlah sedikit narsis………..




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer